BI Diprediksi Naikkan Suku Bunga, Begini Efek ke Saham

BI diprediksi menaikkan suku bunga acuannya lagi demi menjaga kestabilan rupiah. Lalu gimana nasib pasar saham?

BI Diprediksi Naikkan Suku Bunga, Begini Efek ke Saham

Mikirduit – Bank Indonesia digadang-gadang bakal kembali menaikkan suku bunga acuannya. Lalu, bagaimana nasib pasar saham jika BI nekat kembali menaikkan suku bunganya? 

Dalam teorinya, kenaikan suku bunga acuan bank sentral akan berdampak negatif terhadap pasar saham. Alasannya, kenaikan suku bunga acuan berarti bisa menarik likuiditas di pasar saham untuk masuk ke pasar uang. Hal itu terjadi karena dari sisi investor akan melihat risiko perlambatan ekonomi karena suku bunga tinggi, sehingga mencari aset yang lebih rendah risiko. 

Sebaliknya, ketika suku bunga acuan bank sentral diturunkan, akan berdampak positif ke pasar saham. Soalnya, likuiditas dari pasar uang berpotensi pindah ke pasar modal. Hal itu terjadi karena ekspektasi investor menilai prospek pertumbuhan ekonomi lebih oke dan ada ekspansi di dunia bisnis.Kinerja emiten di pasar saham akan membaik sehingga aset high risk tersebut lebih menarik. 

Lalu, bagaimana dengan prospek rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia di April 2024 ini? Untuk itu, kita harus memahami alasan bank sentral menaikkan dan menurunkan suku bunga.

Alasan Bank Sentral Menaikkan dan Menurunkan Suku Bunga

Suku bunga adalah instrumen moneter yang digunakan untuk mengerem atau menggas laju peredaran uang di masyarakat. Kapan bank sentral harus menaikkan dan menurunkan suku bunga? 

Instrumen suku bunga ini sering digunakan untuk mengendalikan inflasi. Saat inflasi tinggi, bank sentral akan menaikkan suku bunga dengan harapan inflasi bisa terkendali. Meski, tidak semua karakter inflasi bisa dikendalikan dengan suku bunga. Contohnya, inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditas tidak bisa diselesaikan hanya dengan kenaikan suku bunga. 

Lalu, saat inflasi terlalu rendah hingga mendekati deflasi, bank sentral bisa menurunkan suku bunga sehingga meningkatkan peredaran uang di sektor riil. Intinya, suku bunga ini bak tuas yang mengendalikan agar inflasinya tidak terlalu tinggi hingga hiperinflasi atau terlalu rendah hingga menjadi deflasi. 

Selain itu, tingkat suku bunga juga bisa jadi strategi menjaga tingkat kurs mata uang dari dolar AS. Soalnya, dengan posisi suku bunga lebih tinggi ada potensi membuat investor asing masuk membawa dolar AS untuk diinvestasikan ke pasar uang atau SBN. Sehingga permintaan rupiah bisa meningkat dan memperkuat posisi rupiah terhadap dolar AS.

Di sisi lain, cara bank sentral untuk menjaga nilai tukar bukan cuma lewat suku bunga. Bank Indonesia sudah memiliki beberapa strategi intervensi untuk menjaga nilai rupiah terhadap dolar AS seperti, Domestic non-Delivery Forward (DNDF), pasar spot, pasar SBN. 

Selain bank sentral, pemerintah juga mengeluaarkan kebijakan devisa hasil ekspor yang harus disimpan di Indonesia. Meski begitu, semua strategi itu belum mampu menjaga rupiah balik ke kisaran Rp14.000 hingga Rp15.000.

Tujuan Bank Sentral China Terus Borong Emas di Harga Tinggi
Bank sentral China sudah borong emas selama 17 bulan berturut-turut. Ada pertanda apakah ini?

Apa yang Terjadi Saat Ini?

Rupiah mengalami pelemahan hingga ke level Rp16.000-an per dolar AS setelah aksi jual bersih investor asing hingga 2,1 miliar dolar AS di pasar SBN sepanjang 2024. Ditambah, gejolak rupiah juga terjadi saat periode cuti bersama lebaran, di mana peredaran rupiah meningkat. 

BI pun telah melakukan beberapa intervensi seperti memborong SBN dan berbagai instrumen intervensi di luar kenaikan suku bunga. Dengan aksi itu, cadangan devisa Indonesia di kuartal II/2024 berpotensi turun. Terakhir, cadangan devisa Indonesia per Maret 2024 berada di posisi 140,4 miliar dolar AS atau setara 6,4 bulan pembiayaan impor. Posisi itu masih aman dari standar kecukupan internasional, yakni 3 bulan impor. 

Sayangnya, rupiah tetap bertahan di Rp16.000-an. Dari sini muncul, harapan terakhir untuk menjaga rupiah adalah dengan menaikkan suku bunga. 

Menurut survey Bloomberg, 30 dari 41 analis memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen. Kenaikan ini menjadi level tertinggi baru suku bunga BI sejak beralih dari BI rate ke BI 7DRRR pada 2016. 

Adapun, jika BI menaikkan suku bunga, peluang investor asing masuk ke Indonesia juga besar mengingat selisih antara bunga BI dengan Fed Fund Rate menjadi sekitar 0,75 persen sampai 1 persen. Lebih oke dibandingkan dengan sebelumnya yang cuma 0,5 persen sampai 0,75 persen. 

Kalau  Suku Bunga Naik Lagi, Bagaimana Nasib Pasar Saham? 

Secara teori, pasar saham akan menjadi makin kurang menarik untuk sementara karena posisi suku bunga sangat tinggi. Namun, jika kenaikan suku bunga cukup efektif meredam pelemahan rupiah, pasar saham juga mendapatkan sentimen positif dalam jangka pendek. 

Jadi, kebijakan kenaikan suku bunga ini memang bak pisau bermata dua, tinggal pilih mau fokus menyelamatkan yang mana. Jika suku bunga tetap ditahan dan kurs rupiah bertahan di Rp16.000, berarti ada risiko kenaikan inflasi yang membuat  suku bunga berpotensi harus dinaikkan di masa depan. Lalu, apabila suku bunga dinaikkan, berarti ada risiko perlambatan ekonomi untuk jangka pendek, tapi jika efektif menstabilkan rupiah justru akan jadi positif. 

Untuk itu, kita yang di pasar saham harap bersabar dan tenang  jika BI kembali menaikkan suku bunga. Hal itu bisa membuat risiko fluktuasi di pasar saham makin tinggi, tapi bisa jadi peluang untuk memburu saham-saham fundamental bagus dengan harga menarik.

Prospek Penurunan Suku Bunga Bank Sentral

Dengan kondisi ekonomi saat ini serta The Fed yang belum kasih sinyal lebih kuat untuk penurunan suku bunga, ekonom memperkirakan BI akan baru menurunkan suku bunga pada 2025. 

21 ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga tejadi pada kuartal IV/2024 hingga kuartal I/2025. Hal itu disebabkan indeks dolar AS yang kembali menguat ke level 105 pada pertengahan April 2024. Untuk itu, strategi menahan penurunan suku bunga lebih lama jadi salah satu keputusan logis untuk menjaga stabilitas mata uang. 

Dengan begitu, kamu jangan kaget kalau pasar saham berpotensi kurang menarik hingga 2025. Meski begitu, momen ini bisa dijadikan ajang untuk mencari saham fundamental bagus yang murah. So, siapkan cash juga untuk masuk ke saham murah ya.

Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?

Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini