Segini Besarnya Keuntungan Saham Ritel Saat Lebaran

Saham ritel menjadi salah satu yang sering dikaitkan mendapatkan keuntungan besar saat momentum lebaran. Namun, bagaimana kira-kria faktanya ya?

Segini Besarnya Keuntungan Saham Ritel Saat Lebaran

Mikir Duit – Saham sektor ritel sering dianggap ketiban berkah dari momentum lebaran, terutama saham ritel terkait fashion. Memang seberapa besar dampak keberadaan lebaran terhadap saham ritel? simak data dan faktanya di sini.

Untuk melihat sejauh apa lebaran memberikan dampak positif terhadap saham ritel, kita akan menganalisis tiga saham ritel dengan segmen bisnis berberda.

Pertama, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS), saham ritel dengan segmen pasar menengah ke bawah. Kedua, PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) dengan segmen menengah. Ketiga, PT Mitra Adi Perkasa Tbk. (MAPI) dengan segmen menengah ke atas.

Dengan membandingkan kinerja ketiga saham itu, kita akan melihat emiten ritel dengan segmen apa yang mendapatkan efek terbesar dari lebaran.

Perbandingan Kinerja Saham Ritel Saat Periode Lebaran

Selama periode 2019-2022, periode lebaran terjadi di kuartal kedua. Meski, ada pandemi Covid-19 yang membuat kinerja penjualan ritel sepanjang kuartal II/2020 terganggu, tapi data setelahnya cukup representatif menggambarkan dampak lebaran terhadap penjualan saham ritel.

Pertama, kita akan analisis saham RALS. Dengan melihat kinerja setiap tiga bulannya, akan terlihat pola menarik di sana.

kinerja pendapatan saham RALS
Kinerja pendapatan saham RALS periode 2019-2022. / Laporan keuangan

Saham RALS kerap mencatatkan pertumbuhan pendapatan hingga di atas 100 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya pada periode 2019-2022. Adapun, rata-rata pertumbuhan omzet RALS selama kuartal kedua dalam periode 2019-2022 itu sekitar 88,28 persen per tahun.

Posisi rata-rata pertumbuhan tahunan itu di bawah 100 persen per tahun karena adanya penurunan omzet sebesar 39 persen di 2020 akibat pandemi Covid-19.

Kedua, Saham LPPF pun menunjukkan pola yang serupa. Emiten di bawah Grup Lippo itu bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan di atas 90 persen setiap kuartal kedua di periode 2019-2022.

Kinerja pendapatan saham LPPF periode 2019-2022.
Kinerja pendapatan saham LPPF periode 2019-2022. / Laporan keuangan

Adapun, rata-rata pertumbuhan pendapatan di periode 2019-2022 hanya 63 persen per tahun akibat pandemmi Covid-19 di 2020. Waktu itu, LPPF mencatatkan penurunan pendapatan di kuartal kedua sebesar 54 persen.

Ketiga, saham MAPI memiliki pola yang sedikit berbeda. Perseroan memang mencatatkan pertumbuhan pendapatan kuartal kedua seperti saham RALS dan saham LPPF. Namun, pertumbuhannya tidak seagresif kedua emiten lainnya.

Kinerja saham MAPI periode 2019-2022. / Laporan Keuangan
Kinerja saham MAPI periode 2019-2022. / Laporan Keuangan

MAPI hanya mencatatkan pertumbuhan pendapatan kuartal kedua di atas 10 persen pada periode 2019-2022.

Bahkan, jika dihitung dengan rata-rata pertumbuhan tahunan, MAPI malah mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 3,1 persen per tahun. Hal itu disebabkan adanya penurunan pendapatan sebesar 55,75 persen pada kuartal II/2020.

BACA JUGA: Begini Prospek Saham NISP yang Auto Jadi Sahamnya Dividen Hunter

Kesimpulan

Saham RALS bisa dibilang menjadi emtien yang merespons dengan baik ketika ada kenaikan daya beli saat jelang lebaran. Hal itu wajar karena segmen pasarnya adalah menengah ke bawah yang menjadi mayoritas masyarakat di Indonesia.

Ketika masyarakat mendapatkan tunjangan hari raya dan memiliki daya beli, maka RALS akan menjadi tujuan utama mereka untuk berbelanja.

Begitu juga dengan LPPF yang cenderung ambil segmen menengah. LPPF juga masih merasakan dampak yang besar dari kenaikan daya beli masyarakat karena jumlah kalangan menengah di Indonesia juga cukup besar.

Berbeda dengan MAPI yang cenderung untuk kalangan menengah atas. Pertumbuhannya tidak terlalu besar karena segmen pasarnya cenderung terbatas, tapi daya belinya akan selalu kuat.

Secara keseluruhan, jika melihat kinerja saham ritel, akan terlihat kalau pola kenaikan permintaan ada di kuartal kedua dan keempat. Kuartal kedua didorong momentum lebaran, sedangkan kuartal keempat didorong oleh momentum natal.

Kelemahannya, saham ritel ini akan sangat bergantung dengan daya beli. Ketika daya beli menurun drastis, periode seasonal itu pun tidak akan memberikan pertumbuhan bisnis yang signifikan. Hal itu terlihat ketika terjadi pandemi Covid-19 di mana mobilitas terbatas hingga menggerus perolehan pendapatan mereka di musim yang harusnya banyak pembeli.

Namun ingat, prospek kenaikan penjualan kuartalan belum tentu langsung berefek ke harga saham ya. Data ini hanya menunjukkan kalau prospek bisnis saham ritel ditentukan oleh dua siklus, yakni lebaran dan natal. Jika daya beli di dua musim itu stabil, bisa dipastikan kinerja keuangan saham ritel akan aman dan harga sahamnya harusnya tidak turun dalam.

Dengan data-data ini, apa nih saham ritel yang menarik dikoleksi menurutmu?