5 Saham yang Diprediksi Sudah di Pucuk, Jual atau Hold Nih?

IHSG memang masih cenderung sideways jika dibandingkan dengan pergerakan awal tahun. Namun, ada 5 saham yang di-downgrade oleh sekukritas, apakah tanda harga sahamnya sudah di pucuk?

5 Saham yang Diprediksi Sudah di Pucuk, Jual atau Hold Nih?

Mikirduit – Pasar saham Indonesia sepanjang 2023 memang bergerak cenderung stagnan. Sepanjang tahun ini saja, baru naik sekitar 1,03 persen. Namun, tetap saja, ada saham-saham yang dinilai sudah di pucuk. Berikut ini ada 5 saham yang di-downgrade oleh sekuritas, apakah tanda-tanda sudah ada di pucuk?

Dari total 5 saham itu, salah satunya adalah saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG). Dua sekuritas, yakni Ciptadana dan UOB Kayhian pasang target price ITMG di Rp23.500 sampai Rp25.000. Patokan itu jauh di bawah harga pasar per pembukaan 28 Agustus 2023 yang berada senilai Rp29.125.

Alasan kuatnya adalah estimasi penurunan laba bersih ITMG di 2023 dan 2024. Hal itu disebabkan normalisasi bisnis batu bara.

Untuk yang ITMG, kamu bisa baca selengkapnya di sini: Baru Beli Saham ITMG? Riset Dua Sekuritas Prediksi ke Rp23.000 sampai Rp25.000.

Nah, di luar ITMG, ada 4 saham lagi yang di-downgrade oleh beberapa sekuritas sepanjang Agustus 2023. 4 saham itu antara lain:

PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF)

UOB Kayhian melakukan downgrade saham KLBF dari sisi action yang tadinya buy menjadi hold, serta penurunan target price 9,3 persen menjadi Rp1.700 per saham dibandingkan dengan Rp2.400 per saham pada proyeksi awal dalam riset yang dirilis pada 10 Agustus 2023. Adapun, posisi target harga saham KLBF itu juga lebih rendah 6 persen dari harga KLBF per 28 Agustus 2023.

💡
Rekomendasi "HOLD" biasanya diberikan ketika analis percaya bahwa kinerja saham tersebut akan stabil atau memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas dalam waktu dekat, dan oleh karena itu, mereka tidak melihat kebutuhan untuk mengambil tindakan drastis seperti membeli lebih banyak saham atau menjual saham. Rekomendasi ini bisa juga mencerminkan pandangan netral terhadap saham tersebut, di mana potensi keuntungan dan risiko dianggap seimbang atau tidak ada perubahan besar yang diantisipasi dalam waktu dekat.

Downgrade itu dilakukan setelah analis UOB Kayhian menurunkan ekspektasi pencapaian laba bersih KLBF di 2023 sebesar 18 persen menjadi Rp3,18 triliun.

Ekspektasi laba bersih KLBF turun setelah perseroan mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 6,59 persen menjadi Rp1,53 triliun pada 2023. Meski, pendapatannya tumbuh 9,4 persen menjadi Rp15,18 triliun.

Dari segi penjualan, KLBF cukup tertekan di segemn produk kesehatan konsumen seperti vitamin dan minuman energi. Adapun, indikasi penurunan permintaan produk kesehatan konsumen diprediksi berlanjut hingga akhir tahun. Apalagi, kompetitor KLBF, yakni PT Sido Muncul Tbk. (SIDO) sudah mewanti-wanti risiko perlambatan pertumbuhan laba bersih karena permintaan produk kesehatan konsumen sangat lemah.

Namun, risiko saham KLBF lebih tinggi karena perseroan mencatatkan penurunan gross profit margin sebesar 1,1 persen sepanjang kuartal I/2023. Penurunan  

Penurunan gross profit margin KLBF diperkirakan akibat harga bahan baku farmasi aktif yang berkontribusi 80-90 persen dari biaya produksi belum turun secepat harga komoditas.

Hal itu terlihat dari penjualan lini bisnis farmasi yang tumbuh 31,9 persen hingga semester I/2023, tapi gross profit marginnya turun 2,18 persen.

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG)

BCA Sekuritas melakukan downgrade untuk saham TBIG hanya dari sisi target price dalam riset yang dirilis pada 22 Agustus 2023. Jadi, BCA Sekuritas menurunkan target pricenya sebesar 16 persen menjadi Rp2.500 per saham. Jika dihitung dari posisi harga pada 28 Agustus 2023, berarti masih ada ruang sekitar 20 persen kenaikan lagi hingga tembus target price tersebut.

Ada beberapa alasan BCA Sekuritas menurunkan target price saham TBIG tersebut seperti:

Pertama, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih TBIG sangat moderat ketika beban bunga yang cukup tinggi. Hal itu diprediksi mempengaruhi daya tarik TBIG sehingga harga sahamnya sempat mencapai titik terendah di levelRp1.875 per saham.

TBIG mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 17 persen karena beban operasional dan beban bunga yang lebih tinggi.  

Kedua, risiko kebijakan moneter ketat dari global, terutama Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan bisa menaikkan suku bunga satu kali menjadi kurang menguntungkan untuk TBIG.

Dari dua faktor itu, BCA Sekuritas menurunkan valuasi TBIG dengan metode discounted cashflow sehingga ketemu angkat target price Rp2.500 per saham.

Ketiga, selain itu dari segi bisnis juga cukup menantang dalam jangka pendek. Setelah PT Indosat Ooredoo Hutchinson Tbk. (ISAT) resmi merger dengan Tri Hutchinson. Emiten sektor menara mencatatkan penurunan penyewa karena ISAT dan Tri melakukan penyesuaian penyewaan menara. Hal ini, tidak hanya terjadi di TBIG saja, tetapi juga TOWR. Hal itu berdampak terhadap pendapatan dari sewa menara tersebut.

Namun, BCA Sekuritas mengungkapkan ada sentimen bagus untuk para emiten menara telekomunikasi dalam jangka menengah panjang. Dari oborolan dengan manajemen perusahaan operator telekomunikasi, mereka disebut akan mengoptimalkan belanja modal untuk ekspansi organik maupun inorganik. Hal itu diharapkan bisa mendongkrak permintaan untuk penyewaan BTS maupun kolokasi pada akhir 2023 nanti.  

Sebelumnya, kami juga memperkirakan saham menara punya prospek bagus di masa depan, terutama yang memiliki pangsa pasar bisnis fiber optic yang besar. Baca analisis lengkapnya di sini: Peluang Saham Menara di Tengah Tekanan Sewa dan Potensi Fiber Optik

PT Vale Indonesia Tbk. (INCO)

UOB Kayhian melakukan downgrade untuk saham INCP dari segi action dari BUY menjadi HOLD dalam riset yang dirilis pada 23 Agustus 2023. Lalu, target price juga diturunkan sebesar 22 persen menjadi Rp6.200 per saham. Adapun, dari revisi target price itu, harga saham INCO masih punya ruang kenaikan tipis sebesar 3,62 persen.

Alasannya, prospek jangka pendek harga komoditas nikel masih berpotensi turun karena adanya surplus produksi yang cukup besar. Rata-rata harga nikel LME diperkirakan bisa menyentuh level rendah sekitar 22.600 dolar AS per ton pada 2023 dan berlanjut 21.000 dolar AS per ton pada 2024.

Faktor utamanya antara lain pertumbuhan ekonomi China, salah satu konsumen nikel besar dunia, masih lemah, serta surplus produksi nikel telah menekan harga nikel dunia.

Namun, saham INCO dan nikel lainnya masih punya prospek seperti, permintaan nikel jangka panjang berpotensi lebih tinggi karena adanya kebutuhan produksi baterai kendaraan listrik lebih banyak lagi. Lalu, ada peluang margin keuntungan membaik karena biaya bahan bakar lebih rendah.

UOB Kayhian pun memperkirakan laba bersih INCO bisa tumbuh 32,2 persen pada 2023, tapi berpotensi turun 4,9 persen pada 2024. Hal itu terjadi karena ekspektasi harga rata-rata jual nikel yang lebih rendah di 2024.

Beberapa berita terbaru dari INCO lainnya adalah proyek Bahodopi Rotary in Electric Furnace (RKEF) berjalan dengan baik dan diekspektasikan beroperasi pada 2025. Proyek dengan nilai investasi 2,3 miliar dolar AS ini sudah melakukan pembangunan tahap awal seperti kantor dan infrastruktur lainnya. Ditargetkan, pembangunan tahap awal rampung di 2025. Lalu, proses pengadaan untuk pembangkit listrik gas, termasuk pasokan gas alam cair juga sudah mulai dipersiapkan.

Terakhir, kabar kewajiban divestasi saham INCO masih berlanjut yang diekspektasikan selesai pada kuartal III/2023. Kewajiban divestasi ini dilakukan agar INCO bisa mendapatkan perpanjangan izin pertambangan khusus yang berakhir pada 2025. Ekspektasinya, komposisi pemegang saham INCO nantinya 34 persen dimiliki MIND ID, 21,2 persen publik, 33,4 persen Vale Canada, dan 11,4 persen Sumitomo.

PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA)

Samuel Sekuritas melakukan downgrade saham ASSA dari aksi BUY menjadi HOLD dalam riset yang dirilis pada 23 Agustus 2023. Lalu, target pricenya juga diturunkan 8 persen menjadi Rp1.100 per saham. Dengan target price yang baru ini, ruang kenaikan harga saham ASSA sebesar 6,79 persen.

Adapun, downgrade itu dilakukan setelah kinerja ASSA sepanjang semester I/2023 mencatatkan penurunan. Pendapatan turun 25 persen menjadi Rp2,3 triliun, dan laba bersih turun 39 persen menjadi Rp70 miliar.

Beberapa penyebabnya antara lain, adanya tekanan di lini bisnis yang berkontribusi besar terhadap pendapatan perseroan, yakni Anteraja. Rasio belanja modal kerja untuk operasional bisnis terhadap pendapatan Anteraja naik 7,9 persen menjadi 20,7 persen. Lalu, bisnis Anteraja juga tengah sulit meningkatkan pendapatan akibat penurunan permintaan dari e-commerce. Soalnya, perusahaan e-commerce telah menciptakan layanan pengiriman last-mile-nya sendiri. Untuk itu, Anteraja perlu menemukan cara untuk bisa meningkatkan pendapatan, bisa bermitra dengan layanan lain untuk meningkatkan pengiriman paket harian atau mengambil tindakan efisiensi biaya.

Masalah penurunan permintaan ini berpotensi menggeser proyeksi Anteraja mencapai posisi balik modal di akhir 2023.

Di sisi lain, Anteraja berencana masuk ke bisnis cold chain. Soalnya, bisnis cold chain yang skemanya business to business bisa memiliki margin keuntungan yang lebih menarik.  

Bisnis cold chain ini adalah bisnis pengiriman untuk produk yang membutuhkan suhu terjaga agar kualitas tetap bagus. Contohnya adalah bisnis menjaga pengiriman makanan beku atau produk lainnya. Dalam bisnis ini, dibutuhkan peralatan khusus seperti kulkas, freezer, kontainer isolasi thermal, dan alat pemantau suhu yang canggih. Biasany, klien dari bisnis cold chain ini seperti, sektor makanan dan minuman, farmasi, industri kimia, dan lainnya.

Kesimpulan

Sebenarnya, dari kelima saham ini, hanya ITMG yang berubah dari buy menjadi sell, sedangkan yang lainnya mayoritas masih hold, yang artinya sikap dalam riset itu bersikap netral. Penurunan yang ada berpotensi hanya terjadi dalam jangka menengah pendek.

Namun, yang bisa dipelajari dari di-downgrade-nya kelima saham ini sepanjang Agustus 2023 adalah karena adanya risiko penurunan bisnis. Hal itu membuat perubahan aksi dari Buy menjadi Hold hingga penurunan target price yang dihitung dengan target ekspektasi laba bersih.

Lalu, sampai kapan posisi sell dan hold bisa kembali buy? jawabannya, ya sampai ada tanda-tanda pemulihan kinerja keuangannya lagi dari posisi saat ini.

BACA JUGA: Laba bersih per saham mempengaruhi harga saham? mitos atau fakta?

Selama periode itu apakah harga sahamnya pasti turun? belum tentu, ini adalah ekspektasi dengan melihat prospek fundamental yang dibandingkan dengan harga saham atau valuasinya. Jadi, bukan berarti harga saham langsung turun. Bisa saja naik dulu, habis itu baru dibanting. Jadi, ekspektasi ini berlaku untuk jangka panjang, setidaknya menjadi sentimen setiap laporan keuangan periode selanjutnya dirilis, apakah sesuai ekspektasi atau tidak.

Jadi, apakah dari kelima saham ini ada yang merupakan peganganmu?

Referensi

  • UOB Kayhian, 10 Agustus 2023, 2Q23: Weakness in Consumer Health Likely to Persist. Downgrade to HOLD
  • BCA Sekuritas, 22 Agustus 2023, Flowing down the hills to look for a 'jolt' momentum; D/G PT to IDR2,500/sh
  • UOB Kayhian, 23 Agustus 2023, Long-term Outlook Remains Promising Despite The Risk of Lower Nickel Prices
  • Samuel Sekuritas, 23 Agustus 2023, Headwinds All Around