5 Saham Paling Murah Berdasarkan PER-nya

Siapa sih yang nggak mau beli saham di harga bawah, terus ambil cuan di harga atas. Cari tau 5 saham yang harganya masih murah di sini.

5 Saham Paling Murah Berdasarkan PER-nya

Mikir Duit – Salah satu cara mengetahui apakah harga saham sudah murah atau belum adalah menggunakan rasio price to earning sering disebut PER. Lalu, apa saham yang lagi murah, serta saham yang bagus untuk pemula?

Saham murah bukanlah saham yang harganya murah, melainkan posisi harga saham dianggap sudah dekat dengan harga wajarnya. Dengan begitu, ada potensi harga saham bisa naik lebih tinggi lagi.

💡
update 31 Desember 2023

Ada beberapa indikator yang digunakan untuk menilai harga saham murah atau mahal. Salah satunya adalah price to earning ratio (PER).

BACA JUGA: Selain Investasi, Kamu Juga Wajib Punya Asuransi, Begini Perbedaan Asuransi Kesehatan dan Jiwa

Apa Itu Price to Earning Ratio?

Price to Earning Ratio adalah rasio yang membandingkan harga saham dengan laba bersih per saham emiten. Asumsinya, jika emiten mampu membukukan laba per saham senilai Rp1.000 per saham, sedangkan harga sahamnya cuma Rp1.100 atau bahkan Rp900 per saham, berarti harganya murah dong.

Kenapa bisa disebut murah? ya karena dari operasional bisnisnya saja dia bisa mencetak laba per saham hingga Rp1.000 per saham, sedangkan nilai pasarnya cuma Rp900 per saham. Jika rata-rata pertumbuhan bisnisnya 10 persen sampai 20 persen, berarti di tahun selanjutnya laba per saham bisa tembus Rp1.100 sampai Rp1.200 per saham. Jika itu terjadi, apakah harga saham akan diamdi Rp900 per saham saja? tentu tidak dong?

Namun, bayangkan ada saham yang punya laba per saham cuma Rp150 per saham, tapi harga sahamnya Rp13.500 per saham. Artinya, harga saham jelas kemahalan. Soalnya, dari operasional bisnisnya saja, si emiten hanya mampu catatkan laba bersih senilai Rp150 per saham.

Nah, di sini, angka PER yang dibuat dalam satuan kali paling kecil adalah yang terbaik. Sebaliknya, angka yang besar bisa menjadi buruk.

Bagaimana Cara Mengetahui Harga Saham Murah dengan PER?

Ada dua cara untuk mengetahui harga saham murah dengan PER.Pertama, kita bisa membandingkan harga saham dengan kompetitor yang sejenis.Dari perbandingan dengan kompetitor di sektor bisnis yang sama itu, pemilik PER terendah adalah yang termurah.

Kedua, kita bisa membandingkan valuasi harga saham dengan data historisnya, misal periode 5 tahun terakhir. Jika PER saham saat ini berada di bawah rata-rata PER saham 5 tahun terakhir, berarti harganya bisa disebut murah.

5 Saham dengan PER Termurah

Sampai 2 November 2023, ada 5 saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp1 triliun paling murah menurut PER-nya. 3 dari 5 saham itu berada di sektor batu bara. Sisanya, ada di sektor properti dan pelayaran.

Sektor PER Sekarang TTM Rata-rata PER 5 Tahun
ABMM Batu bara 1,83 8,33
CFIN Keuangan 2,05 19,34
INDY batu bara 2,23 7,68
ITMG Batu bara 2,55 7,13
ADRO batu bara 2,65 9,2

Keterangan:

  • Trailing twelve months (TTM), perhitungan berdasarkan kinerja 12 bulan terakhir. Misalnya, data terakhir kuartal III/2022, berarti data yang digunakan dari kuartal III/2021 sampai kuartal III/2022. Jadi, tidak dibatasi oleh periode tahun.
  • Satuan PER adalah kali, misalnya PER APLN berarti sebesar 1,5 kali.
  • Beberapa emiten yang ada masalah utang tidak dituliskan, meski PER-nya tergolong rendah seperti GIAA dan WSBP.

Kelemahan PER Sebgai Pencari Saham Murah

Masalah PER dalam mencari saham murah adalah datanya bisa bias oleh lonjakan laba bersih dari non-operasional. Misalnya, sampai 9 Maret 2023, PER PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) hanya 1,5 kali. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 5 tahunnya yang tembus 38,3 kali.

Namun, ingat, penurunan PER APLN bisa jadi disebabkan aksi penjualan mall Central Park, Jakarata Barat, senilai Rp4,5 triliun. Hasil penjualan aset itu berpotensi mendorong laba bersih APLN. Jika laba bersih tumbuh lebih cepat daripada harga saham, berarti rasio PER-nya bisa semakin kecil dengan drastis.

Bukan cuma itu, PER juga tidak bisa digunakan oleh bisnis yang pola siklusnya sangat signifikan. Misalnya, saham sektor batu bara. Dua saham batu bara yang punya PER terendah adalah PT Indika Energy Tbk. (INDY) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG).

Namun, PER rendah di sektor saham batu bara perlu menjadi perhatian. Pasalnya, harga batu bara dunia meroket pada 2022 yang mengerek kinerja laba bersih emiten di sektor tersebut. Lonjakan laba bersih yang melampaui kenaikan harga saham membuat PER emiten sektor tersebut menjadi kecil.

Di sisi lain,jika harga batu bara menyusut di 2023, berarti pencapaian laba bersihnya tidak akan setinggi di 2022. Jika harga saham sudah naik terlalu tinggi karena dianggap bagus oleh pemegang saham, berarti ada potensi jatuh cukup dalam juga.

Jadi, angka dari PER ini memang kurang representatif untuk emiten dengan bisnis yang memiliki pola siklus signifikan mempengaruhi kinerja keuangan.

Kalau begitu, apa saja saham yang murah di luar faktor emiten batu bara dan penjualan aset?

5 Saham LQ45 Paling Murah di Luar Emiten Batu Bara

Indeks LQ45 berisi saham-saham yang paling likuid di BEI. Untuk itu, berikut daftar saham LQ45 dengan PER paling rendah:

Sektor PER Sekarang TTM Rata-rata PER 5 Tahun
MEDC oil and gas 4,9 32,01
INKP pulp and paper 5,37 7,51
INDF consumer goods 6,44 10,15
GGRM Rokok 6,81 11,76
ASII konglomerasi 7,31 11,51

Kini, saham ASII sudah masuk tergolong ke 5 saham di luar batu bara dengan PER paling kecil. Cek update dividen di sini.

Risiko Beli Saham Murah dengan Indikator PER

Salah satu risiko beli saham murah dengan indikator PER adalah membeli di harga pucuk. Hal itu bisa terjadi misalnya kamu melihat PER saham-saham batu bara terlihat murah. Namun, jika kamu beli dengan asumsi harga murah itu, bisa jadi malah beli di harga tinggi.

Kenapa? ya karena posisi harga sudah kemahalan, sayangkan ketika di cek PER menjadi bias karena kenaikan laba bersih yang signifikan. Masalahnya, kenaikan itu hanya sementara dan belum tercerminkan signifikan untuk tahun depannya lagi. Akhirnya, ada potensi saham bergerak turun setelah beli dengan indikator PER tersebut.

Di luar itu, kamu juga berpotensi terjebak dalam value trap. Di mana, kamu menilai harga saham itu murah, tapi ternyata malah bermasalah dan harga sahamnya tenggelam. Bahkan, value trap bisa saja terjadi di saham yang terus bergerak stagnan dan kamu belinya di harga tinggi.

Kesimpulan

PER memang menjadi salah satu cara untuk mengetahui harga saham sudah murah atau mahal. Namun, tidak semua saham bisa menggunakan indikator valuasi ini.

Beberapa saham yang tidak bisa menggunakan PER itu berada di sektor perbankan hingga telekomunikasi yang punya beban depresiasi dari aset tetapnya yang tinggi.

Perbankan tidak begitu cocok untuk PER karena dalam pembentuk laba bersihnya ada bagian pencadangan untuk potensi kredit bermasalah. Di sini, laba bersih bank bisa naik-turun sesuai dengan tingkat risiko kredit bermasalah.

Untuk itu, selain melihat valuasinya, kita juga perlu menilai dari segi kinerja keuangannya. Jadi, apa nih saham murah yang kamu incar?