5 Saham LQ45 yang Turun Paling Dalam, Kapan Naiknya?

Meski IHSG turun 0,46 persen sepanjang tahun ini, Indeks LQ45 sudah naik 1,17 persen lho. Kira-kira saham LQ45 apa saja ya yang sudah turun dan siap bangkit?

5 Saham LQ45 yang Turun Paling Dalam, Kapan Naiknya?

Mikir Duit – IHSG sudah turun 0,46 persen sepanjang tahun ini, tapi indeks saham LQ45 sudah mulai naik 1,17 persen. Kira-kira, apakah ada saham di indeks LQ45 yang sudah turun dalam dan siap naik lagi? berikut kita ulas 5 saham di LQ45 yang turun paling dalam sepanjang 2023 dan prospek ke depannya.

Indeks LQ45 adalah salah satu indeks saham paling likuid yang paling senior di BEI. Jadi, indeks ini bisa menjadi salah satu cara untuk filter saham-saham yang fundamental bagus. Dari screening, 5 saham LQ45 yang sudah mencatatkan penurunan sangat dalam antara lain, PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA), PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS).

Kira-kira, kenapa kelima saham itu turun terus ya, dan apakah ada peluang saham-saham itu bangkit?

BACA JUGA: Kemana Investasi dengan Modal Rp100 juta Terbaik Saat Ini? Baca Analisisnya di Sini

Saham ARTO

Harga saham ARTO sudah turun 42 persen sepanjang 2023. Tren penurunan itu adalah lanjutan dari tren penurunan besar perseroan sejak mencapai level tertinggi di Rp18.000 per saham pada awal 2022. Namun, akankah harga saham ARTO akan bangkit lagi?

Sebenarnya, kenaikan saham ARTO yang signifikan sejak diakuisisi oleh Northstar pada 2020 sifatnya bukan didorong fundamental keuangannya. Sehingga penurunan saat ini menjadi wajar seperti ARTO mulai kembali ke harga wajarnya.

Hal itu terlihat dari rata-rata price to book value (PBV) yang tembus 20,48 kali. Saat ini, PBV ARTO sudah mulai susut menjadi 3,6 kali. Lalu, apakah ada peluang saham ARTO kembali?

Jika melihat peluangnya, bahkan posisi harga saham ARTO saat ini masih cukup mahal. Apalagi, jika dibandingkan dengan kompetitor terdekatnya, yakni PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) yang memiliki PBV sebesar 1,88 kali.

Kalau dilihat secara fundamental keuangan, ARTO menjadi salah satu bank digital yang sudah konsisten mencatatkan laba bersih. Walaupun, dalam kinerja kuartal I/2023, ARTO mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 7,55 persen menjadi Rp17,5 miliar.

Namun, kalau dilihat lebih rinci, penurunan laba bersih ARTO disebabkan adanya kenaikan beban pencadangan untuk antisipasi risiko kredit macet yang mencatatkan kenaikan 122 persen menjadi Rp133 miliar.

Soalnya, pendapatan bunga bersih ARTO justru mencatatkan pertumbuhan sebesar 33,64 persen menjadi Rp422 miliar. Artinya, dari segi operasional bisnis sebenarnya bertumbuh.

Kesimpulannya, saham ARTO punya prospek bagus, tapi mungkin ada peluang masuk di harga lebih murah lagi. Adapun, peluang saham ARTO untuk terbang menjadi Rp18.000 per saham masih cukup sulit. Belum ada sentimen kuat yang mampu mendorong pergerakan harga saham lebih tinggi lagi.

Saham EMTK

Harga saham EMTK sudah turun 31,55 persen sepanjang 2023. Saham EMTK melejit selaras dengan booming dari sektor teknologi pada 2021-2022. Apalagi, EMTK punya beberapa investasi di perusahaan teknologi seperti, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA), Vidio.com, hingga investasi di Grab.

Lalu bagaimana prospek saham EMTK? jika dilihat secara valuasinya, saham EMTK mulai menarik karena PBV-nya sudah 1,21 kali. Posisi valuasi itu sudah di bawah rata-rata 5 tahun yang ada di 4,52 kali.

Namun, pasti banyak yang mempertanyakan kinerja laba-rugi EMTK per kuartal I/2023 malah jadi merugi senilai Rp368 miliar dibandingkan dengan sebelumnya untung Rp4,22 triliun.

Di sini, kita akan membongkar kenapa kinerja saham EMTK turun?

Pertama, sebenarnya secara bisnis, EMTK masih bertumbuh, Pendapatan EMTK naik 14,85 persen menjadi Rp3,87 triliun. Namun, secara operasional, EMTK mencatatkan rugi usaha karena adanya rugi selisih kurs senilai Rp253 miliar dibandingkan sebelumnya yang untung selisih kurs Rp10 miliar.

Kedua, posisi rugi bersih EMTK makin diperparah dengan adanya kerugian hasil investasi dan bagian rugi bersih dari entitas asosiasi senilai Rp258,16 miliar. Kerugian itu disebabkan salah satunya kerugian investasi di BUKA.

Kesimpulannya, sebenarnya secara model bisnis EMTK mulai menarik karena masih terus bertumbuh. Hanya saja, tantangannya adalah sentimen non-operasional seperti rugi selisih kurs dan bagian rugi dari investasi yang membuat kinerjanya menjadi tidak menarik. Buktinya, meski EMTK rugi, tapi saham ini masih punya arus kas operasional yang positif sekitar Rp396 miliar.

Saham ESSA

Jika ARTO dan EMTK jatuh karena booming teknologi, nah saham ESSA turun karena berakhirnya booming komoditas. Jika EMTK dan ARTO masih mencatatkan pertumbuhan secara bisnis, dan harga saham turun karena naik terlalu tinggi oleh euforia, saham komoditas seperti ESSA terpukul oleh penurunan harga komoditas yang mempengaruhi pendapatannya.

ESSA yang merupakan produsen amoniak dan gas LPG ini mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 44,76 persen menjadi 87,84 juta dolar AS. Laba bersihnya juga merosot 87,98 persen menjadi 3,11 miliar dolar AS.

Dari sisi valuasi, harga saham ESSA secara price to earning ratio (PER) memang sudah terlihat rendah hanya sebesar 6,09 kali dari rata-rata lima tahunnya 35,26 kali. Namun, kalau dilihat dari pergerakan harganya dengan penurunan kinerja saat ini, posisi harga di sekitar Rp600-an per saham saat ini masih terlalu tinggi. Soalnya, kita tidak tahu sejauh apa penurunan harga komoditas ke depannya berefek ke kinerja ESSA tersebut.

Saham ADRO

Saham ADRO memiliki kasus berbeda terkait penurunan harga sahamnya sepanjang 2023. Sebenarnya, penurunan saham ADRO jelas disebabkan oleh penurunan harga batu bara sejak awal tahun. Namun, selain itu, saham ADRO juga makin tertekan setelah terkena efek kebijakan royalti batu bara terbaru dari pemerintah sejak September 2022.

Hal itu yang membuat kinerja keuangan ADRO cenderung mencatatkan perlambatan. Seperti, laba bersih ADRO hanya tumbuh 14,49 persen menjadi 458 juta dolar AS. Penurunan kinerja ADRO itu tidak sepenuhnya disebabkan penurunan harga batu bara karena dari segi pendapatan masih tumbuh 50 persen.

Sayangnya, beban pokok pendapatan ADRO mencatatkan kenaikan sebesar 72 persen menjadi 1,07 miliar dolar AS. Hal itu disebabkan adanya kenaikan biaya royalti yang dibayarkan ADRO kepada pemerintah sebesar 217 persen menjadi Rp7,36 triliun. Hal itu terjadi akibat perubahan kebijakan royalti batu bara tersebut.

BACA JUGA: Begini Penyebab Laba Bersih Saham Batu bara di Indonesia Kompak Hancur

Meski begitu, saham batu bara berpotensi bangkit lagi, jika ada saham yang sudah siap melakukan hilirisasi batu bara. Jika ada yang sudah mampu melakukan hilirisasi batu bara, mereka bisa menikmati insentif royalti 0 persen dan mengerek kinerja keuangannya sekali lagi.

Sejauh ini, para perusahaan batu bara di Indonesia baru menyatakan komitmen untuk melakukan hilirisasi, tapi belum ada yang merealisasikan.

Kesimpulannya, untuk itu, kita bisa menunggu harga saham batu bara berada di level lebih rendah lagi sampai ada salah satu dari emiten itu memulai melakukan hilirisasi. Jika itu sudah terjadi, ada peluang booming saham batu bara selanjutnya akan terjadi.

Saham PGAS

Harga saham PGAS sudah turun 22 persen sepanjang tahun ini. Namun, harga saham PGAS cenderung tidak terlalu terpengaruh oleh pergerakan harga gas dunia. Pasalnya, mayoritas bisnis gas PGAS adalah distribusi ke industri dan rumah tangga. Adapun, karakter saham PGAS memang sangat fluktuatif tanpa adanya sentimen booming komoditas tersebut.

Saham PGAS cenderung dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dalam mengatur harga gas industri ketimbang harga gas dunia.

Jika dilihat secara valuasi dengan PE, posisi harga PGAS saat ini sudah murah karena berada di level 7,13 kali, sedangkan rata-rata 5 tahunan PE PGAS itu sekitar 20,09 kali. Begitu juga dengan PBV-nya yang saat ini sekitar 0,82 kali dibandingkan dengan rata-rata 5 tahunnya 1,3 kali.

Masalahnya saham PGAS saat ini adalah adanya penurunan kinerja keuangan di kuartal I/2023. Secara pendapatan, PGAS mencatatkan pertumbuhan sebesar 11 persen menjadi 933,74 juta dolar AS. Namun, laba bersih PGAS malah turun 27 persen menjadi 86,03 juta dolar AS.

Penurunan laba bersih PGAS itu disebabkan kenaikan beban pokok penjualan yang lebih tinggi daripada pendapatan. Beban pokok pejualan PGAS naik16,29 persen menjadi 757 juta dolar AS. Secara keseluruhan, beban pokok penjualan PGAS disebabkan kenaikan hampir di seluruh pos bebannya.

Kesimpulannya, kita perlu pantau perkembangan kinerja PGAS di kuartal II/2023, jika masih mencatatkan penurunan lebih baik kita wait and see terlebih dulu. Soalnya, penurunan kinerja ini terjadi akibat operasional bisnis perseroan.