10 Saham yang Bakal Right Issue di 2026

Right issue tahun depan diperkirakan bakal lebih ramai. Terpantau sudah ada emiten yang punya rencana jelas, tetapi sebagian ada baru rumor pasar. Kira-kira siapa saja mereka? menarik dilirik saham-nya?

saham right issue

Mikirduit - Aksi right issue diramal masih akan marak tahun depan. Meski sebagian perusahaan statusnya masih rumor, tetapi harga saham sudah lebih dulu terbang. Lantas, siapa saja emiten potensial right issue di 2026? masih menarik-kah dilirik saham-nya? 

Highlight : 

  • Right issue tahun depan bakal lebih marak terdorong likuiditas longgar, kebijakan dan stimulus pemerintah, sampai pemulihan daya beli masyarakat.  
  • Ada 10 emiten yang masuk pantauan kami potensial right issue pada 2026. 
  • Sebagian sudah ada yang punya rencana jelas, tetapi kebanyakan masih rumor pasar atau status-nya baru diskusi internal. 
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Prospek aksi korporasi penggalangan tambahan modal melalui rights issue diperkirakan akan semakin ramai tahun depan. Sentimen tersebut didorong oleh likuiditas pasar yang lebih longgar, kebijakan fiskal yang berorientasi pada pemulihan daya beli dan konsumsi masyarakat, serta berbagai stimulus pemerintah yang mendukung aktivitas ekspansi korporasi.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sampai 12 Desember 2025 lalu, sudah ada 12 emiten yang melaksanakan right issue dari awal tahun dengan total pendanaan mencapai Rp17,5 triliun. 

Kami memperkirakan, apabila right issue PANI dan IMJS berhasil terserap sesuai rencana, maka total fundraising right issue 2025 dapat mencapai sekitar Rp32 triliun. 

Meski meningkat signifikan dibandingkan posisi per 12 Desember lalu, capaian tersebut masih lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2024 sebesar Rp34,41 triliun dan 2023 yang mencapai Rp51,37 triliun.

Right issue tahun ini bisa dibilang lebih sepi dari tahun-tahun sebelumnya, karena kondisi pasar yang selektif dan likuiditas yang ketat. Namun, tahun depan bisa beda cerita. Ada beberapa hal yang kami perkirakan bisa memicu right issue lebih digencarkan tahun depan : 

Pertama, likuiditas yang lebih longgar. 

Sebagaimana kita tahu bahwa Bank Indonesia (BI) sudah forward looking menurunkan suku bunga acuan sebanyak lima kali pada tahun ini, totalnya 125 basis poin (bps), dari posisi 6% menuju 4,75% saat ini. 

Implikasi penurunan suku bunga acuan tidaklah instant, ada waktu tiga sampai enam bulan, bahkan lebih, bergantung pada kondisi likuiditas dan strategi penyaluran kredit suatu bank terhadap suku bunga simpanan maupun kredit. 

Oleh karena itu kami berasumsi, seharusnya pada tahun depan, efek dari penurunan BI Rate akan lebih terasa pada suku bunga riil di bank. Hal ini akan memicu penyaluran kredit bank lebih ekspansif lagi tahun depan. 

Kedua, ada kebijakan baru dan stimulus pemerintah

Tahun depan juga diperkirakan akan ada sejumlah kebijakan dari pemerintah yang bisa memicu aksi tambah modal perusahaan. 

Seperti dari sektor bank di mana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dikabarkan tengah mengkaji penghapusan KBMI I atau bank dengan modal inti >Rp6 triliun. 

Lalu dari sektor asuransi melalui aturan POJK Nomor 23 Tahun 2023, setidaknya tahun depan mereka harus memenuhi penyesuaikan modal tahap pertama. Syaratnya, perusahaan asuransi minimal Rp250 miliar, perusahaan reasuransi minimal Rp500 miliar, perusahaan asuransi syariah minimal Rp100 miliar, dan perusahaan reasuransi syariah minimal Rp200 miliar. 

Selain dari pemerintah, ada juga sentimen terkait aturan free float MSCI yang potensi berlaku Mei 2026. Ini akan memicu perusahaan melakukan aksi korporasi guna meningkatkan porsi saham publik supaya bisa kejar targat masuk salah satu indeks populer global tersebut. 

Selain itu, dari stimulus pemerintah terpantau masih masih ada beberapa yang berlanjut tahun depan, seperti insentif pajak ke sektor padat karya, diskon PPn 100% untuk perumahan, dan bansos prioritas (meliputi: beras 10kg, program Indonesia Pintar, dan BLT Dana Desa). 

Ketiga, pemulihan konsumsi dan daya beli masyarakat. 

Poin ke-tiga ini masih berhubungan dengan poin pertama dan kedua, di mana likuiditas semakin longgar, ditambah kebijakan dan stimulus pemerintah memberi harapan konsumsi dan daya beli masyarakat semakin pulih. 

Selain itu, pada kuartal pertama tahun depan kita akan lebih awal menyambut momen Ramadan, yang biasanya menjadi periode puncak konsumsi. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk lebih agresif dan ekspansif dalam menyiapkan stok, kapasitas produksi, distribusi, hingga strategi pemasaran, guna menangkap lonjakan permintaan masyarakat sejak awal tahun.

Dalam pantauan kami, setidaknya ada 10 emiten yang potensial right issue tahun depan. Siapa saja mereka?

Saham INET 

Mulai dari INET dulu, kami pantau emiten ini sudah mengumumkan prospektus yang jelas terkait rencana right issue. Sayangnya, pernyataan efektif masih nyangkut di OJK, jadi tanggal pasti aksi tambah modal ini belum bisa diperkirakan waktu-nya. 

Meski begitu, dengan rencana yang jelas dari prospektus, kita sudah bisa menghitung perkiraan harga teoritis guna memperkirakan cuan dan risiko dari aksi korporasi ini. 

Aksi right issue INET dinilai sangat krusial bagi keberlangsungan dan ekspansi bisnis perseroan, mengingat target dana yang dibidik mencapai Rp3,2 triliun dan seluruhnya akan diarahkan untuk pengembangan usaha.

Sebagian besar dana, sekitar Rp2,8 triliun, rencananya disalurkan melalui anak usaha Garuda Prima Internetindo untuk ekspansi jaringan FTTH berbasis Wi-Fi 7 sebanyak 2 juta home pass. Selain itu, INET juga mengalokasikan Rp213 miliar untuk proyek kabel laut serta Rp135 miliar untuk pengembangan jaringan FTTH di Pulau Jawa melalui PT Internet Anak Bangsa.

Berdasarkan keterbukaan informasi, INET akan menerbitkan sebanyak 12,8 miliar saham baru atau setara 57,14% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah aksi korporasi, dengan harga pelaksanaan HMETD sebesar Rp250 per saham. 

Jika dibandingkan dengan harga penutupan saham INET pada Rabu (17/12/2025) di level Rp790 per saham, harga pelaksanaan tersebut mencerminkan diskon hampir 70%. Meski demikian, peluang revisi prospektus tetap terbuka seiring belum diperolehnya restu OJK.

ADRO Tebar Dividen Jumbo Yield Hampir 8 Persen Pasca Laba Susut, Begini Nasib Ke Depannya
ADRO memutuskan bagikan dividen interim jumbo senilai Rp144 per saham. Dengan asumsi ini, tingkat dividend yield hampir 8 persen. Lalu, bagaimana prospek saham ADRO ke depannya?

Saham TRUE

Emiten berikutnya, TRUE, juga masuk dalam radar pasar dengan rencana right issue yang akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 12 Januari 2026. Dalam rencana awal, TRUE akan menerbitkan sebanyak 757,11 juta saham baru.

Adapun harga pelaksanaan hingga saat ini belum ditetapkan. Namun, mengacu pada Peraturan BEI No. I-A, harga pelaksanaan right issue minimal ditetapkan sebesar 90% dari rata-rata harga penutupan saham selama 25 hari bursa berturut-turut di pasar reguler sebelum tanggal pengajuan pencatatan.

Saham FUTR 

Selanjutnya, FUTR disebut-sebut berpeluang menggelar right issue setelah masuknya pengendali baru, Ardhantara. 

Manajemen menyebutkan pengendali baru ini akan menyuntikkan aset energi baru terbarukan (EBT). Nantinya, aset yang dipindahkan ke FUTR adalah PT Sejahtera Alam Energi yang mengelola panas bumi di Gunung Slamet. 

Saat ini, status panas bumi di Gunung Slamet masih dalam eksplorasi yang ditargetkan menghasilkan daya hingga 220 megawatt (MW). Proyek panas bumi di Gunung Slamet itu juga sudah mengantongi perjanjian jual-beli dengan PLN. 

Aktivitas pengeboran akan dimulai pada 2026-2027 dengan menggandeng mitra seperti Petrochina, Sinopec, Ormat, hingga Norinco International. Selain itu, perseroan juga melirik potensi ekspansi ke bisnis PLTS, LPG, dan green methanol.

Saham CBRE

Berikutnya ada emiten pertambangan, CBRE juga berencana melakukan right issue tahun depan, dengan batas waktu maksimal 12 bulan sejak mendapatkan restu pemegang saham saat RUPS pada 18 Desember 2025 lalu. 

Rencananya, melalui right issue, CBRE akan menerbitkan saham baru sebanyak 48 miliar lembar. Hasil dananya bakal digunakan untuk membayar sebagian utang kepada pihak ketiga, mendukung kebutuhan modal kerja, dan menambah armada operasional (Capex). 

Sebagian dana right issue juga akan dialokasikan untuk pelunasan utang melalui mekanisme konversi menjadi saham. Berdasarkan laporan keuangan interim per 31 Oktober 2025, terdapat empat perjanjian promissory note senilai total US$55 juta yang akan dikonversi, masing-masing kepada Hilong Shipping Holding Limited, Yafin Tandiono Tan, PT Saga Investama Sedaya, serta PT Superkrane Mitra Utama Tbk. Keempat kreditur tersebut telah menyampaikan pemberitahuan konversi pada 10 November 2025.

Saham IRSX  

IRSX juga berencana menerbitkan sebanyak 12,3 miliar saham baru melalui right issue dengan target pendanaan mencapai Rp3 triliun. Menariknya, aksi korporasi ini juga disertai dengan pembagian bonus waran yang dapat dikonversi menjadi saham di masa mendatang.

Rencana tersebut telah memperoleh persetujuan pemegang saham dan kini tinggal menunggu pernyataan efektif serta rincian skema melalui prospektus. Jika berjalan sesuai rencana, right issue IRSX berpotensi digelar pada Februari hingga Maret 2026. 

Dana hasil aksi korporasi akan difokuskan untuk belanja modal dan modal kerja, termasuk pengembangan usaha melalui entitas anak di segmen short movie, AI commerce, serta teknologi digital-twin.

Saham PEGE

Emiten perdagangan, PEGE, juga merencanakan right issue pada tahun depan yang disertai pembagian bonus waran. Perseroan berencana menerbitkan hingga 944 juta saham baru dengan jumlah waran yang setara. Potensi dilusi dari aksi ini diperkirakan mencapai 25%, dan dapat meningkat hingga sekitar 40% jika seluruh waran dieksekusi.

Dana hasil right issue akan digunakan untuk modal kerja serta penguatan permodalan anak usaha. Rincian penggunaan dana akan dibahas lebih lanjut dalam RUPS yang dijadwalkan berlangsung pada 24 Desember 2025.

💡
Dapatkan Tools Analisis Saham Paling Cocok Untuk Investor Ritel serta Pilihan Saham Indonesia hingga AS dengan AI bersama Investing Pro. Dapatkan Promo Spesial Dari Mikirduit dengan Klik di sini

Saham NINE 

Selanjutnya, ada NINE yang berencana melakukan right issue dengan perolehan dana sekitar Rp80 miliar melalui penerbitan maksimal 2,157 miliar saham baru. Dana tersebut akan digunakan sebagai modal kerja untuk mendukung ekspansi operasional, termasuk pelunasan pinjaman jangka pendek, biaya konsultan, serta persiapan modal pra-operasi.

Rights issue perdana ini juga dipandang sebagai tahap awal masuknya Poh Group sebagai calon pengendali baru, yang telah menandatangani Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) untuk mengakuisisi mayoritas saham NINE. Ke depan, Poh Group berencana membawa masuk aset pertambangan melalui mekanisme inbreng sebagai bagian dari transformasi bisnis perseroan.

Saham TRON

Kemudian ada TRON yang diketahui sudah dapat restu melakukan right issue tahun depan berdasarkan hasil RUPS pada 25 Juni 2025 lalu. Rencananya, TRON akan menerbitkan hingga 383,7 juta saham baru, setara sekitar 11,5% dari modal ditempatkan & disetor. 

Nilai hak memesan efek yang disetujui diperkirakan mencapai Rp130 miliar hingga Rp150 miliar, yang akan digunakan melalui mekanisme rights issue. Aksi ini dimaksudkan untuk memperkuat struktur permodalan dan mendukung modal kerja.

Saham RISE 

RISE juga diketahui bakal melakukan right issue tahun depan, rencana ini sudah disetujui pemegang saham dalam RUPSLB pada 27 November 2025. 

Dalam keputusan itu, pemegang saham menyetujui penambahan modal lewat PMHMETD (rights issue) dengan penerbitan maksimal 1,33 miliar saham baru bernominal Rp100 per lembar. Saham baru ini berasal dari portepel dan akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia setelah mendapat pernyataan efektif dari OJK.

Dana yang dihasikan dari right issue itu nanti akan digunakan untuk ekspansi dan pengembangan proyek-proyek strategis seperti Tanrise City (Bandung & Sidoarjo), kawasan industri Banjarbaru, serta Resor Taman Dayu, sekaligus memperkuat basis pendapatan berulang (recurring income).

Saham PYFA 

Terakhir ada PYFA yang digadang bakal right issue, tetapi ini sifatnya masih rumor. Spekulasi itu sendiri muncul karena investor mengaitkan pergerakan saham PYFA yang melejit lebih dari 100% sejak awal tahun ini, dengan kebutuhan pendanaan untuk ekspansi anorganik, termasuk kabar tentang rencana akuisisi rumah sakit swasta oleh perseroan. 

Merujuk laman berita Bloomberg Technoz, mencatat bahwa rumor rights issue PYFA tersebut ditaksir bisa mencapai nilai triliunan rupiah. 

Penting dicatat juga bahwa PYFA sudah pernah menjalankan rights issue sebelumnya. Pada RUPSLB Januari 2024, pemegang saham menyetujui rights issue maksimum 16 miliar saham baru, yang ditujukan untuk menguatkan struktur permodalan dan mendukung ekspansi termasuk akuisisi perusahaan farmasi di luar negeri

Berikut rincian dari progress terkini/status 10 emiten yang diproyeksi mau right issue :

Dapatkan insight saham sambil diskusi secara real time bersama founder Mikirduit, yuk join Mikirsaham

Kamu bisa mendapatkan insightnya dengan join Mikirsaham Pro.

Benefit Mikirsaham Pro:

  • Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
  • Stockpicking swing trade mingguan (khusus member mikirsaham elite jika kuota masih tersedia)
  • Insight saham terkini serta action-nya
  • IPO dan Corporate Action Digest
  • Event online bulanan
  • Grup Diskusi Saham

Join ke Member Mikirsaham Pro sekarang juga dengan klik link di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini