Trump Dijegal Pengadilan Dagang AS, Begini Prospek Pasar Saham di Juni 2025

Tarif Trump dijegal oleh pengadilan dagang AS. Market Asia langsung sumringah, kecuali IHSG yang lagi libur. Lalu, bagaimana porspek pasar saham di Juni 2025

tarif trump

Mikirduit – Sell in May Go Away ternyata tidak terjadi. Dalam sebulan di Mei 2025, IHSG mencatatkan kenaikan 6 persen yang menjadi kenaikan bulanan tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Apakah menjadi pertandan bull run pasar saham akan berlanjut?

Secara global, ada sentimen positif yang baru saja datang ketika market lagi libur, yakni pengadilan dagang AS menjegal kebijakan tarif Trump. 

Dikutip dari Reuters, pengadilan perdagangan AS disebut memblokir sebagian besar tarif resiprokal yang sempat diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada 28 Mei 2025. Pengadilan AS menilai Donald Trump telah bertindak di luar kewenangannya dengan mengenakan bea masuk impor ke seluruh mitra dagang AS. 

Panel tiga hakim dalam keputusan pengadilan terkait tarif Trump mengatakan pengadilan menjegal kebijakan tarif Trump sebagai daya tawar negosiasi dengan negara lain bukan terkait faktor kurang bijak dan efektif, melainkan secara hukum federal tidak mengizinkannya. 

Meski begitu, pasar saham AS dari indeks S&P 500 hingga Dow Jones Industrial Average mengalami koreksi tipis 0,56 persen dan 0,58 persen.

Sementara itu, beberapa indeks saham Asia langsung meroket seperti:

  • Nikkei Jepang naik 1,88 persen
  • Hangseng Hong Kong naik 1,35 persen
  • Shanghai Indeks China naik 0,7 persen
  • Indeks dolar AS juga kembali ke atas 100.

Peluang di Juni 2025

Ada beberapa peluang dan risiko yang berpotensi terjadi di Juni 2025 yang bisa dicermati. 

Beberapa peluang yang bisa datang antara lain:

Pertama, potensi MSCI indeks meningkatkan bobot pasar saham Indonesia. 

Dalam penutupan perdagangan pada 28 Mei 2025, ada aksi auto buy dan sell yang biasanya dilakukan ETF saat ada rebalancing. Dalam periode itu, ada dua rebalancing indeks yang terjadi, yakni MSCI secara global dan Sri Kehati serta indeks ESG di domestik. 

Namun, beberapa nama saham yang tidak ada dalam perputaran indeks Sri Kehati mengalami kenaikan signifikan jelang penutupan. Dengan menilai potensi ETF yang mengacu ke indeks tersebut, kami menilai kondisi itu didorong oleh faktor MSCI. 

Pertanyaannya, dalam rebalancing indeks MSCI yang efektif 2 Juni 2025, hanya ada perubahan dari segi Small Caps, yakni MTEL dan MBMA masuk, sedangkan HRUM, INDY, SMRA, dan WIKA keluar. Lalu, apa tanda MSCI menambah bobotnya?

Meski yang masuk hanya di small caps, tapi ada sinyal kenaikan bobot dalam beberapa saham seperti, BBRI, CPIN, HEAL, INDF, ASII, UNTR, dan TOWR. Terutama, kenaikan di BBRI pada menit-menit akhir pertanda ada aksi buy dari fund ETF untuk menyesuaikan bobot. 

Namun, peluang penambahan bobot MSCI masih cukup tipis mengingat yang di-sell juga cukup banyak seperti, BBCA,BMRI, BBNI, TLKM, TPIA, AMMN, BRPT, dan GOTO. Artinya, saham-saham yang mencatatkan kenaikan bobot karena pertukaran dari saham-saham pemain utama yang mengalami penurunan bobot. (Selain BRPT, 7 saham yang mencatatkan penurunan saat jelang penutupan market adalah saham dengan bobot terbesar ke MSCI). 

Jika MSCI menaikkan bobot investasi di pasar saham Indonesia, hal itu bisa menambah likuiditas cukup besar yang bisa membantu perpanjang periode bullish saat ini. 

Kedua, potensi penurunan suku bunga The Fed dalam rapat FOMC pada 17-18 Juni 2025. Sebelumnya, konsensus menilai The Fed berpotensi menurunkan suku bunga pada Juni 2025. Dengan langkah berani BI menurunkan suku bunga di Mei 2025, peluang tersebut juga cukup besar. 

Apalagi, tingkat inflasi AS per April 2025 sudah sebesar 2,3 persen. Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga 50 bps pada September 2024 setelah posisi inflasi ada di sekitar 2,4 - 2,5 persen. 

Ditambah, risiko tarif Trump juga sudah dijegal oleh pengadilan perdagangan AS. Jika kondisi inflasi tidak kembali naik ke atas 2,6 persen, kami menilai peluang The Fed memangkas suku bunga 25 bps cukup besar. 

Namun, Fed Fund Futures Prices dari CME memproyeksikan 98 persen kemungkinan The Fed akan menahan suku bunga tetap di 4,25 -4,5 persen ketimbang memangkas 25 bps. Sejauh ini, prediksi dari Fed Fund Futures Prices ini cukup jitu.

Jika The Fed memangkas suku bunga, berarti ruang pemangkasan suku bunga oleh BI juga meningkat.

💡
DAPATKAN Tambahan Diskon 15% untuk Berlangganan Investing Pro dengan klik link di sini

Tantangan Juni 2025

Meski begitu, tetap ada beberapa tantangan yang masih menjadi perhatian ketidakpastian ke depannya. 

Pertama, risiko dari tren kenaikan Japan bond yield 20 years dan 30 years yang masih berlanjut setelah sempat mereda. Adapun, Japan Bond yield 40 years sudah kembali stabil. 

Kenaikan Japan bond yield disebut berisiko mengerek US Treasury Bond yield ikut naik. Apalagi, US Treasury Bond Yield 20 hingga 30 tahun juga lagi dalam tren kenaikan. 

Kenaikan yield obligasi super panjang Jepang dan Amerika ini menjadi risiko karena menandakan dari segi permintaan rendah dan aksi jual tinggi. Faktor-faktornya telah kami jelaskan dalam artikel Risiko Kenaikan Obligasi Negara Jepang Super Panjang

Dengan adanya kenaikan itu, kami mengkhawatirkan adanya efek ke risiko ekonomi di AS yang tengah membutuhkan suntikan fiskal yang cukup besar. Dengan posisi Jepang sebagai salah satu holder US treasury bond terbesar, jika institusinya memindahkan aset ke negaranya bisa menjadi risiko bagi kondisi pasar obligasi dan saham di AS. 

Kedua, meski rupiah mengalami penguatan, kami belum melihat adanya gebrakan kebijakan dari pemerintah Indonesia untuk mendorong perekonomian. Rata-rata paket stimulus kebijakan hanya membantu subsidi dari pengeluaran, tapi tidak dalam inti dunia usaha yang bisa membantu menjaga pendapatan masyarakat terjaga. 

Misalnya, diskon listrik di bawah 1.300 VA, diskon tiket pesawat, diskon tol, dan pemberian sembako hanya berdampak jangka pendek. Kami berharap ada kebijakan stimulus fiskal ke industri-industri agar bisa menghadapi penurunan daya beli masyarakat saat ini. 

Apalagi, jika melihat kondisinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II/2025 mungkin bisa lebih lambat dibandingkan dengan kuartal I/2025. Pasalnya, momentum lebaran sudah lewat dan jika diakumulasikan dengan kinerja kuartal I/2025 dibandingkan dengan semester I/2024 akan terlihat perlambatannya cukup signifikan. 

Artinya, kenaikan pasar saham dan rupiah dalam jangka pendek ini tidak didukung oleh pemulihan fundamental ekonomi yang cukup kuat. Sehingga, jika ada data-data atau dampak dari memburuknya kondisi ekonomi bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar saham yang sudah terlanjur rebound cukup tinggi. 

Ketiga, periode musim dividen final sudah lewat sehingga tambahan likuiditas dari dividen bisa berkurang. Kami menilai kenaikan pasar saham sepanjang Maret-Mei 2025 juga ada dorongan dari tren musim dividen yang dimulai sejak akhir Maret 2025. 

Dengan kebijakan diskon pajak dividen 10 persen jika reinvestasi lagi, dividen yang dibagikan menjadi tambahan likuiditas di pasar saham. Hal itu terlihat dalam periode April-Mei 2025, mayoritas net sell asing masih cukup mayoritas dibandingkan dengan net buy asing (18 berbanding 16 dari segi frekuensi). Kenaikan secara nilai net buy asing baru cukup besar di 14 Mei 2025 setelah IHSG naik sekitar 15 persen. 

Artinya, dari awal April hingga pertengahan Mei, likuiditas domestik menjadi penopang yang berasal dari dividen hingga kenaikan porsi investasi di saham para dana pensiun seperti BPJS TK dan lainnya. 

Masalahnya, jika periode dividen final (yang biasanya nilainya lebih jumbo) berakhir, ada potensi likuiditas mulai terbatas dan ada aksi taking profit terlebih dulu.

6 Fitur Ajaib Pro yang Bisa Bikin Trading Saham Lebih Mudah
Mau coba fitur terbaru dari Ajaib Pro yang bisa membuat trading saham-mu lebih cepat dan efisien. Simak 6 fitur Ajaib Pro yang membuat trading saham-mu lebih mudah

Kesimpulan

Dengan posisi pasar saham yang sudah agak tinggi, kami menyarankan untuk tidak agresif masuk terlebih dulu, meskipun ada potensi sentimen positif. Pasalnya, pergerakan IHSG sudah mulai mengalami jenuh beli dan membutuhkan konsolidasi (aksi taking profit) untuk nantinya kembali melakukan aksi buy. 

Namun, jika ada posisi saham-saham yang secara valuasi masih murah, atau sesuai dengan investment plan yang dibuat bisa tetap masuk secara bertahap (tidak all in) karena ketidakpastian pasar masih cukup tinggi.

Join Mikirsaham Sekarang Karena Besok Kami Rilis Stockpick Bulanan Investing dengan Value, Growth, dan Contrarian (new)

Kamu bisa diskusi dan tanyakan dengan Join membership Mikirsaham (dulu bernama Mikirdividen) dan dapatkan benefit:

  • Pilihan saham value-growth investing bulanan
  • Pilihan saham dividen yang potensial
  • Insight saham komprehensif serta actionnya
  • IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
  • Diskusi saham dan rekap diskusinya
  • Event online bulanan
  • Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan

Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini