Tiga Skema Peluang Danantara Ambil Alih BRIS dari BMRI dkk

Danantara dikabarkan menawarkan aksi spin-off BRIS dari BMRI (yang juga berpotensi dari BBRI dan BBNI juga). Pertanyaannya, apa efek dari spin off tersebut?

saham BRIS

Mikirduit – Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan rencana BRIS bakal diambil alih oleh Danantara secara langsung. Artinya, ada kemungkinan aksi spin-off dari saat ini dipegang oleh tiga bank BUMN, yakni BMRI, BBNI, dan BBRI. Lalu, bagaimana prospek masing-masing saham yang terlibat?

Saat ini, BRIS dipegang oleh tiga pemegang saham, yang mayoritas adalah BMRI sebesar 51,47 persen, sedangkan yang minoritas, yakni BBNI sebesar 23,24 persen dan BBRI sebesar 15,38 persen. Meski begitu, BMRI, BBNI, dan BBRI adalah pengendali dari BRIS bersama dengan porsi saham pemerintah Indonesia. 

BRIS pun merupakan gabungan dari 3 saham bank syariah, yakni Bank Syariah Mandiri yang skalanya paling besar saat itu (sehingga kepemilikan BMRI sebagai induk usaha menjadi yang terbesar), BNI Syariah, dan BRI Syariah pada 2021. Setelah merger jumbo tersebut, ada rencana BRIS mengembangkan bisnisnya dengan mencari investor strategis dari Timur Tengah. 

Namun, rencana mencari investor strategis itu menemui jalan buntu. Hingga BBRI dan BBNI berencana divestasi saham BRIS secara bertahap ke publik. Apalagi, secara tingkat free float, BRIS juga masih rendah sekitar 9,9 persen. 

Saat pergantian pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo, muncul sovereign Wealth Fund baru, yakni Danantara. Nah, Danantara pun mengambil alih BUMN menjadi kepemilikannya untuk dikelola, terutama dividennya. Di sini, Dannatara berminat menjadi pemegang saham BRIS secara langsung. 

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana skema Danantara mengambil alih BRIS? kami merangkumnya dalam 3 cara.

3 Cara Danantara Mengambil Alih BRIS

Pertama, Danantara mengambil alih BRIS dengan akuisisi dari BMRI, BBNI, dan BBRI secara langsung. Artinya, ada cash yang mengalir ke BMRI, BBNI, dan BBRI. Namun, skema ini agak tidak mungkin karena membutuhkan modal yang besar.

Jika menggunakan asumsi harga beli di Rp2.800 per saham, berarti total biaya yang dibutuhkan Danantara untuk akuisisi BRIS senilai Rp116 triliun. Artinya, dana dividen yang terkumpul masih kurang (dengan asumsi saat ini memegang sekitar Rp60 triliun). Bahkan, untuk akuisisi BRIS hanya punya BMRI saja butuh sekitar Rp66 triliun. 

Jika harga pelaksanaan diturunkan menjadi Rp1.800 per saham, total modal yang dikeluarkan menjadi RP74 triliun, sedangkan jika mengambil punya BMRI saja menjadi sekitar Rp42 triliun. 

Namun, jika membeli di harga Rp1.800 per saham akan menjadi sentimen yang kurang bagus untuk BRIS. Untuk BBRI, BMRI, dan BBNI dengan harga Rp1.800 per saham seharusnya masih cukup bagus, meski jadi terkesan kurang optimal.

Kedua, BRIS melakukan right issue jumbo dengan ketentuan BMRI, BBRI, dan BBNI tidak melaksanakan haknya. Sehingga  Danantara bisa mengambil alih tanpa harus mengambil saham BMRI, BBRI dan BBNI. Namun, dengan skema ini, BMRI, BBRI, dan BBNI masih berpotensi menjadi minoritas di saham BRIS. 

Misalnya, kami asumsikan BRIS menerbitkan 50 miliar lembar saham baru di right issue tersebut (atau lebih dari 100 persen jumlah lembar saham saat ini yang sekitar 46 miliar lembar. 

Dengan asumsi harga pelaksanaan di Rp1.000 per saham, Danantara cukup keluar modal Rp50 triliun. Jika publik menyerap seluruh saham baru, berarti Danantara akan menjadi pemegang 49,2 persen saham BRIS, sedangkan BMRI turun menjadi 25 persen, BBNI turun menjadi 11 persen, dan BBRI menjadi 7,37 persen. 

Lalu, jika publik tidak menyerap porsi saham baru, Danantara menjadi pemegang 52 persen saham BRIS, sedangkan, posisi publik susut menjadi 4,74 persen. Nantinya, BBRI, BBNI, dan BMRI bisa divestasi bertahap untuk meningkatkan porsi publik kembali naik ke atas 10 persen. 

Dalam skema ini, BRIS diuntungkan secara bisnis karena bisa dapat tambahan modal yang cukup besar. Sementara itu, tidak terlalu oke bagi holdernya BMRI, BBRI, dan BBNI karena jika ingin menjadikan kepemilikan BRIS sebagai cash harus keluar bertahap dengan harga pasar. Kecuali ada investor strategis yang masuk. 

Meski begitu, cara kedua ini juga butuh modal besar yang dikeluarkan oleh Danantara. 

Ketiga, BRIS melakukan spin-off dengan cara ADRO-AADI. Jadi, BMRI, BBRI, BBNI akan memberikan dividen jumbo spesial kepada Danantara untuk mengambil alih BRIS. Sehingga hasil dari dividen BMRI, BBRI, dan BBNI kepada Danantara akan dikembalikan lagi kepada ketiga bank tersebut. 

Lalu, para holder BMRI, BBRI, dan BBNI dari investor ritel juga bisa diizinkan ikut mengeksekusi saham BRIS di harga spesial. Dengan cara ini, Danantara bisa menjadi pengendali BRIS dengan biaya yang lebih murah. 

Namun, ada risiko cost yang keluar dari BMRI, BBRI, dan BBNI karena porsi investor publik yang cukup besar dan belum tentu kembali ke tangan mereka (seperti konversi ke kepemilikan BRIS sehingga dana dividen kembali ke tangan ketiga bank tersebut).

Selain itu, bagi BRIS juga berisiko, jika harga pelaksanaan PUPS di bawah harga pasar yang cukup jauh, harga saham BRIS berpotensi turun juga dan investor lebih memilih investasi ke ketiga saham big bank tersebut. Pasalnya, kondisi BRIS sudah menjadi perusahaan terbuka, berbeda dengan kasus AADI yang baru mau IPO. 

Walaupun, menurut kami, opsi ketiga ini yang paling possible dari segi pendanaan dari Danantara.

6 Fitur Ajaib Pro yang Bisa Bikin Trading Saham Lebih Mudah
Mau coba fitur terbaru dari Ajaib Pro yang bisa membuat trading saham-mu lebih cepat dan efisien. Simak 6 fitur Ajaib Pro yang membuat trading saham-mu lebih mudah

Efek Jika BRIS Lepas dari BMRI

Posisi BMRI adalah sebagai induk usaha BRIS secara langsung dengan porsi kepemilikan 50 persen. Sehingga kinerja BRIS akan dikonsolidasikan sebesar kepemilikan BMRI. Jika laba bersih BRIS sepanjang 2024 sekitar Rp7 triliun, berarti konsolidasi ke BMRI sekitar Rp3,5 triliun. (Untuk laba bersih kepada entitas induk, sedangkan sisanya ke entitas non-pengendali seperti BBRI dan BBNI)

Artinya, jika BMRI melepas seluruh saham BRIS, BMRI berpotensi kehilangan tambahan laba konsolidasi sekitar Rp3 triliun - Rp4 triliun. Dalam jangka pendek, kinerja BMRI secara konsolidasi akan terlihat mengalami penurunan, meski itu efek dari divestasi saham BRIS.

Sementara itu, jika menggunakan skema kedua (right issue), BMRI juga akan mengalami penurunan laba bersih karena porsi kepemilikan turun di bawah 50 persen. Sehingga pencatatan konsolidasi laba bersih BRIS ke BMRI berkurang drastis dan statusnya sebagai kontribusi laba dari entitas asosiasi.

💡
DAPATKAN Tambahan Diskon 15% untuk Berlangganan Investing Pro dengan klik link di sini

Kesimpulan

Dalam kondisi spin off BRIS ini, pihak yang diuntungkan dan dirugikan akan tergantung bagaimana skema Danantara masuk ke sana. Sehingga, jika ingin masuk juga harus mengukur risiko harga beli apakah masih sangat tinggi atau sudah murah. 

Mikirsaham Baru Saja Update Saham Dividen 2025, Value Investing, Growth Investing, hingga Contrarian Investing untuk Juni 2025

Kamu bisa dapatkan saham pilihannya, sekaligus diskusi dan konsultasi di grup dengan Join membership Mikirsaham (dulu bernama Mikirdividen) dan dapatkan benefit:

  • Pilihan saham value-growth investing bulanan
  • Pilihan saham dividen yang potensial
  • Insight saham komprehensif serta actionnya
  • IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
  • Diskusi saham dan rekap diskusinya
  • Event online bulanan
  • Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan

Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini