Jika Kenaikan Suku Bunga The Fed Ngebut Lagi, Begini Dampaknya Ke Kita

Bikin kaget, The Fed bilang mau naikin suku bunga lebih kencang lagi. Kalau benar itu terjadi, apa dampaknya ke kehidupan kita?

Jika Kenaikan Suku Bunga The Fed Ngebut Lagi, Begini Dampaknya Ke Kita

Mikir Duit – Ucapan Jerome Powell, Gubernur Federal Reserve alias The Fed, bank sentralnya Amerika Serikat, lantas membuat pasar saham Paman Sam merah pada 7 Maret 2023. Bahkan, IHSG sempat turun dalam di awal perdagangan 8 Maret 2023. Kenapa rencana Powell kembali mengagresifkan kenaikan suku bunga berbahaya untuk pasar saham dan ekonomi, termasuk di Indonesia?

Powell mengungkapkan kalau ekonomi Amerika Serikat (AS) saat ini masih terlalu kuat. Bahkan, angka pertumbuhan tenaga kerjanya masih cukup tangguh, meski suku bunga The Fed sudah naik dari 0,25 persen menjadi 4,75 persen dalam waktu setahun.

Ditambah, angka inflasi AS per Februari 2023 justru meningkat jadi 6,2 persen dibandingkan dengan Januari 2023 yang sebesar 6 persen. Hal ini yang menjadi landasan Powell menilai kenaikan suku bunga saat ini belum cukup untuk menurunkan inflasi sehingga ada rencana kembali menaikkan suku bunga hingga 50 bps (o,5 persen).

Hitung-hitungan kasarnya, jika Powell menaikkan suku bunga 50 bps menjadi 5,25 persen pada 22 Maret 2023 nanti, artinya selisih suku bunga The Fed dengan Bank Indonesia menjadi hanya sekitar 50 bps. Saat ini, suku bunga acuan Bank Indonesia berada di level 5,75 persen.

Efek Jika Suku Bunga BI dan The Fed Selisihnya Dikit

Apa masalahnya jika selisih suku bunga BI dan The Fed semakin dekat?

Jawabannya adalah pelemahan nilai tukar rupiah. Hal itu disebabkan potensi arus modal asing di surat berharga negara (SBN) maupun pasar modal keluar dari Indonesia.

Investor asing memindahkan dananya dari Indonesia ke AS karena menilai aset obligasi AS yang dianggap lebih safe haven atau aman dibandingkan Indonesia punya tingkat yield lebih menarik. Meski lebih rendah dari Indonesia, tetap saja siapa yang tidak tergiur menempatkan dana di aset aman dengan keuntungan besar.

Artinya, permintaan dolar AS bisa meningkat, sedangkan rupiah menurun akibat investor asing yang memindahkan dananya tersebut.

Jika pelemahan rupiah terjadi, efeknya jelas ke anggaran pendapatan dan belanja negara yang berpotensi boncos akibat biaya impor minyak yang tinggi. Belum lagi harga bahan baku impor juga bisa naik sehingga inflasi bisa melejit.

Akhirnya, Bank Indonesia akan kembali menaikkan suku bunganya untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri. Padahal, di pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Februari 2023, mereka sudah menahan laju kenaikan suku bunga yang jadi tanda manis untuk pasar saham dan ekonomi Indonesia.

Kenapa Suku Bunga Tinggi Berpotensi Meningkatkan Pengangguran?

Salah satu anggota senator di AS, seperti DPR di Indonesia, Elizabeth Warren pun mempertanyakan langkah Powell yang masih ingin menaikkan suku bunga tinggi tersebut.

“Pejabat The Fed sudah memprediksi jika pengangguran di AS bisa naik dari 3,4 persen menjadi 4,6 persen. Kenaikan pengangguran sebesar 1 persen sama saja dengan resesi. Lalu, apa yang akan kamu katakan kepada 2 juta pekerja yang berpotensi dipecat karena suku bunga tinggi dari kebijakanmu?” ujarnya seperti dikutip dari Fortune.

Pertanyaannya, apa hubungan antara suku bunga tinggi dengan tingkat pengangguran? begini seperti yang pernah ditulis dalam artikel Mikirduit.com berjudul Apa Efek Kenaikan Suku Bunga BI Ke Kehidupan Kita?”

Jadi, kenaikan suku bunga bank sentral itu bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan uang beredar di masyarakat. Dengan berkurangnya pertumbuhan uang beredar di masyarakat, berarti ada potensi daya beli menurun.

Bahasa gampangnya, ya ekonomi sulit bergerak akhirnya bisnis melambat. Lalu, terjadi penurunan gaji hingga pemutusan hubungan kerja. Akhirnya, inflasi pun melandai.

Hal inilah yang lagi terjadi di Amerika Serikat. Jika, suku bunga BI naik dari 3,5 persen menjadi 5,7 persen. Nah, suku bunga AS ini naiknya dari 0,25 persen menjadi 4,75 persen dan bisa tembus 5,25 persen jika nanti dinaikkan 50 bps.

Namun, ternyata jumlah PHK di sektor teknologi belum mampu menekan inflasi AS lebih dalam sehingga The Fed menilai butuh menekan ekonomi hingga resesi lagi untuk normalisasi ekonomi.

Dejavu 1982

Sebenarnya, kondisi ini bisa dibilang hampir mirip dengan periode 1982. Waktu itu, AS menghadapi resesi beruntun hingga The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi untuk meredam kenaikan inflasi.

Lalu, ekonomi AS mulai tumbuh membaik pada 1981 setelah tumbuh positif. Sayangnya, kenaikan itu tidak diikuti oleh tren inflasi dan pengangguran yang masih tinggi. Kala itu pengangguran AS berada di level 10,8 persen.

Gubernur The Fed saat itu Paul Volcker pun dikritik keras karena masih nekat di suku bunga tinggi saat pengangguran lagi tinggi-tingginya. Kala itu, AS mengalami resesi hingga 23 bulan.

Efek ke Pasar Saham di Indonesia?

Efek dari ketidakpastian The Fed adalah pasar saham Indonesia yang masih sepi. Bayangkan, rata-rata transaksi di pasar saham Indonesia hanya di bawah Rp10 triliun. Hal itu bisa jadi karena belum ada modal asing besar yang masuk pasar saham Indonesia. Sampai 8 Maret 2023, asing masih mencatatkan aksi jual bersih Rp2 triliun selama 2023.

Artinya, investor asing masih wait and see karena mereka masih cenderung masuk pasar surat berharga negara (SBN). Mereka menanti bagaimana kebijakan The  Fed selanjutnya. Selama itu terjadi, pasar saham berpotensi bergerak sideways. Hal ini juga sempat terjadi saat The Fed mau menaikkan suku bunga pertama kalinya setelah krisis 2008 di 2015. Periode 2014 sampai 2015, pasar saham bergerak naik-turun karena banyaknya ketidakpastian kapan The Fed menaikkan suku bunga.

Kesimpulan

Saat ini, pasar saham memang kurang bersahabat untuk trading jangka pendek. Namun, jika kamu melihat ada harga saham emiten besar, dan posisi harganya rendah bisa tuh untuk tambah beli investasi.

Tiga saham yang menjadi list investasi Mikirduit antara lain, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Astra International Tbk. (ASII), dan PT Selamat Sempurna Tbk. (SMSM).

Lalu, jangan lupa juga untuk atur alokasi investasi ke aset likuid seperti reksa dana pasar uang sebagai dana darurat ya. Serta menyiapkan asuransi kesehatan swasta. Kalau mau tau kenapa pentingnya asuransi kesehatan swasta bisa klik di sini.