Suku Bunga BI Naik Lagi, Begini Dampaknya ke Kehidupan Kita

Suku bunga Bank Indonesia naik lagi. Sebenarnya, apa sih manfaat dan dampaknya ke kehidupan kita? baca ulasannya di sini ya.

Suku Bunga BI Naik Lagi, Begini Dampaknya ke Kehidupan Kita

Mikir Duit - Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuannya BI 7-days reverse repo rate alias BI 7DRRR sebesar 25 basis point menjadi 5,75 persen. Lalu, apa dampak dari kenaikan suku bunga BI itu terhadap kehidupan kita? kamu nggak usah bingung, biar kita yang mikirin duitnya.

Kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) akan memberikan efek secara langsung dan tidak langsung kepada kehidupan kita.

Dampak Kenaikan Suku Bunga BI Secara Langsung

Ada dua dampak kenaikan suku bunga BI secara langsung kepada kehidupan kita. Pertama, dalam hal menyimpan uang. Kedua, dalam membayar cicilan utang.

Kenaikan suku bunga BI akan menjadi angin segar bagi kamu yang profil risiko investasinya konservatif banget alias lebih suka deposito daripada saham. Soalnya, kenaikan suku bunga BI berpotensi mengerek suku bunga deposito hingga kupon obligasi.

Meski, untuk transmisi kenaikan suku bunga acuan hingga berpengaruh ke deposito bisa memakan waktu 1-3 bulan setelah suku bunga dinaikkan. Di sisi lain, untuk kupon obligasi biasanya langsung terpengaruh untuk obligasi seri terbaru, misalnya surat berharga negara ritel (SBN).

Di sisi lain, kenaikan suku bunga juga bisa jadi alamat buruk buat kamu yang punya cicilan, seperti kredit pemilikan rumah (KPR). Apalagi, jika kamu sudah masuk ke periode floating rate atau bunga mengambang. Biasanya, hitungan floating rate itu adalah posisi BI 7DRRR ditambah 3 persen sampai 5 persen. Jadi, ketika BI menaikkan suku bunga, ya cicilan utangmu otomatis langsung naik juga.

Dampak Kenaikan Suku Bunga BI Secara Tidak Langsung

Selain dampak langsung, ada juga lho dampak tidak langsung dari kenaikan suku bunga BI. Jadi, BI itu menaikkan dan menurunkan suku bunga biasanya untuk alasan menjaga daya beli masyarakat sehingga pertumbuhan ekonomi bisa stabil.

Misalnya, saat inflasi tinggi, BI akan menaikkan suku bunga. Artinya, BI mau mengerem laju pertumbuhan ekonomi agar inflasi tidak terus naik. Dengan suku bunga naik, banyak perusahaan yang mengurungkan ekspansi bisnis dari modal utang. Soalnya, suku bunga lagi tinggi. Akhirnya, daya beli sedikit mereda hingga mencapai target BI.

Selain masalah daya beli masyarakat, BI juga menaikkan suku bunga demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Biasanya, hal itu terkait dengan keputusan Federal Reserve (The Fed) alias bank sentral Amerika Serikat (AS) apakah dia mau menaikkan suku bunga atau tidak.

Jika The Fed menaikkan suku bunga, berarti daya tarik instrumen obligasi di AS berpotensi lebih tinggi daripada Indonesia. Untuk itu, permintaan dolar AS meningkat sehingga rupiah terkoreksi. Akhirnya, biar rupiah kembali stabil, BI juga menaikkan suku bunga sehingga permintaan rupiah dari investor asing yang borong SBN Indonesia kembali meningkat.

Jadi, kenaikan suku bunga yang dilakukan BI itu juga bertujuan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap stabil. Meski, ketika suku bunga naik bakal rada gonjang-ganjing juga di sektor bisnis. Mulai dari tidak ada ekspansi besar-besaran hingga berefek ketersediaan lapangan kerja baru bahkan ada risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) karena ada penurunan produksi.

Namun, langkah itu dilakukan sebagai upaya netralisir kenaikan daya beli yang berlebihan dan berpotensi membuat gejolak ekonomi ke depannya.

Kesimpulan

Jadi lebih baik BI menaikkan atau menurunkan suku bunga? ya jawabannya tergantung kondisi ekonomi makro domestik dan global juga. Selama langkah BI itu dilakukan secara objektif, ya itu akan baik untuk perekonomian dalam jangka panjang.

Jangan sampai kayak Turki, ketika bank sentralnya dikendalikan pemerintah. Sehingga saat nilai mata uang turun dan inflasi naik, mereka malah menurunkan suku bunga. Akhirnya ya ekonominya menjadi carut marut sampai sekarang.Sampai bikin liburan ke Turki menjadi murah bagi orang Indonesia.