Strategi Investasi Si Ratu Saham Dividen Dunia

Mau tau jurus investasi di luar Warren Buffett dan Peter Lynch? ini ada formula investasi saham cuan konsisten ala madam Weiss. Baca selengkapnya di sini

Strategi Investasi Si Ratu Saham Dividen Dunia

Mikirduit.com – Pernah dengar nama investor saham perempuan terkenal dunia? kalau belum pernah, kami sebut salah satunya, yakni Geraldine Weiss. Dia adalah penggebrak perempuan masuk pasar modal pertama di Amerika Serikat. Bahkan, dia juga dijuluki sebagai ratu dividen. Bagaimana strategi investasi dan kisahnya?

Geraldine Weiss memiliki latar bekalang bisnis dan keuangan dari University of California dan lulus pada 1945. Dia mulai mengembangkan teori investasinya di usia 30-an. Tujuannya waktu itu untuk menambah penghasilan membantu suaminya.

Weiss ini tipe value investor seperti Warren Buffett. Namun, Weiss tidak fokus melihat laba bersih dalam memilih sahamnya, melainkan kepada dividen. Alasannya, laporan keuangan mudah dimanipulasi, terutama angka laba bersih, tapi dividen tidak. Untuk itu, Weiss memiliki stock universe yang terdiri dari saham blue chip dengan dividen yield tinggi.

BACA JUGA: Dividen Yield Jumbo 2023 Jadi Pelipur Lara Market yang Sepi?

Selain dividen, Weiss juga memperhatikan balance sheet atau neraca keuangan yang solid. Memahami neraca keuangan perusahaan dinilai sebagai cara untuk melihat apakah pembagian dividen yield berpotensi bertumbuh ke depannya atau malah naik-turun fluktuatif.

Dalam melakukan screening saham, Weiss membuat grafik dividend yield secara historis. Kenapa metriks dividend yield menjadi patokan? alasannya tingkat dividend yield sering dijadikan patokan value investor untuk membeli saham.

Misalnya, ketika dividend yield suatu saham lagi tinggi, value investor akan tertarik dengan saham tersebut. Alhasil, ketika para investor membeli saham dividen tersebut, harganya mulai naik. Namun, ketika harganya naik, tingkat dividen yieldnya juga turun. Hal itu pun bisa menjadikan acuan para  value investor untuk ambil untung dari saham dividen tersebut. Nah, siklus itu pun berulang yang membuat harga saham dividen yield naik-turun dengan kecenderungan terus naik.

💡
Disclaimer: strategi dari Weiss ini merepresentasikan pasar saham Amerika Serikat bukan Indonesia ya

Lalu, kapan posisi terbaik membeli saham ala Weiss? jawabannya adalah ketika tingkat dividen yield berada di atas rata-rata historisnya. Jika tingkat dividen yield berada sama atau di bawah rata-rata historisnya, berarti tandanya jual.

Kenapa begitu, tingkat dividen yield rendah menandakan harga saham sudah naik lebih tinggi. Jadi, lebih baik menjual terlebih dulu untuk masuk lagi di harga rendah nantinya.

Namun, Weiss menyadari pertumbuhan dividen, kenaikan harga, dan tingkat yield itu penuh ketidakpastian. Untuk itu, Weiss menambahkan satu indikator lagi dalam memilih saham, yakni saham Bluechip.

Beberapa metriks saham blue chip ala Weiss menggunakan beberapa metriks ini:

  • Dividen yield telah mencatatkan kenaikan setidaknya 5 kali dalam 12 tahun terakhir
  • Laba bersih mencatatkan kenaikan selama 7 kali dalam 12 tahun terakhir
  • Saham telah membagikan dividen selama 25 tahun terakhir tanpa bolong-bolong
  • Minimal ada 5 juta saham yang beredar
  • Minimal ada 80 pihak yang memegang saham
  • Saham itu memiliki peringkat A S&P atau lebih tinggi

Di luar memantau dividen yield, Weiss juga tetap mempertimbangkan metrik fundamental seperti, melihat rasio lancar dan rasio utang terhadap ekuitas untuk memastikan emiten tersebut bakal konsisten bagi dividen.

Lalu, seperti value investor lainnya, Weiss juga tertarik beli saham yang memiliki price to earning ratio (P/E) di bawah rata-rata historisnya. (Kalau kami biasanya menggunakan rata-rata 5 tahun terakhir, kecuali saham yang baru IPO).

Namun, dia tetap menerima saham dengan P/E tinggi jika sebbuah saham itu mencatatkan pertumbuhan kinerja yang konsisten dan lebih cepat dari rata-rata pasar.

BACA JUGA: Cara Menyakinkan Diri untuk Investasi Saham Dalam Jangka Panjang

Weiss Si Perempuan Pendobrak Wall Street

Sebenarnya, Weiss ingin terjun menjadi pelaku pasar di perusahaan pialang pada 1960-an. Namun, budaya yang ada saat itu, perempuan lebih sering disisihkan dari pekerjaan pasar modal. Soalnya, ada anggapan pekerjaan pasar modal hanya bisa dilakukan oleh pria.

Untungnya, Weiss bertemu dengan broker Fred Whitmore yang bersedia berkolaborasi dengan Weiss untuk menciptakan bulettin investasinya sendiri bernama Investment Quality Trends (IQT) pada 1966. Weiss pun menjadi perempuan pertama yang menerbitkan buletin pasar saham.

Di sisi lain, ada fakta miris tentang buletin yang diterbitkan oleh Weiss tersebut, yakni setiap buletin yang diterbitkan ditanda tangani dengan inisial G. Weiss. Tujuannya, untuk menyembunyikan fakta bahwa Weiss adalah seorang perempuan.

Meskipun begitu, Weiss berhasil menggaet pembaca setia yang mendapatkan return investasi menarik dari rekomendasinya di bulletin.

Weiss terus mempelajari market dan melakukan analisis di saham-saham bluechip utnuk diterbitkan dalam buletinnya tersebut. FOkusnya ada pada perusahaan yang stabil dengan dividen atraktif. Dari situ, Weiss mencatatkan rata-rata return sekitar 11,8 persen per tahun dari 1986 - 2022. Ya, rata-rata itu terbilang bukan sesuatu yang wah, tapi bisa konsisten mendapatkan angka kenaikan sebesar itu juga sesuatu yang menakjubkan.

Dengan memiliki rekam jejak yang luar biasa tersebut, Weiss pun membuka dirinya ke publik kalau dia perempuan dalam acara Wall Street Week With Louis Rukeyser di kanal PBS. Sejak saat itu Weiss makin dikenal dan sering mucnul di berbagai acara TV dan wawancara majalan. Hingga dijuluki sebagai The Grand Dame of Dividends oleh Los Angeles Times.

Kesimpulan

Sebenarnya, pola strategi investasi Weiss ini mirip seperti Warren Buffett, yakni beli saat semua orang takut dan jual saat semua orang bereuforia. Namun, hal yang menjadi indikator jual-beli Weiss ini lebih kepada bagaimana perkembangan dividend yields yang menunjukkan apakah investor lagi panik atau euforia.

Apakah pola investasi Weiss bisa diterapkan di Indonesia? jawabannya bisa, tapi sayangnya pilihan sahamnya akan sangat sedikit. Kami akan coba membuat rekomendasi saham-saham dividen investing yang potensial yang nasibnya di-update setiap bulan.

Hal paling menarik lainnya adalah ketika Weiss bisa menoleransi harga saham yang memiliki valuasi tinggi. Hal ini memang jadi senjata utama ketika masuk ke saham blue chip. Contohnya di Indonesia, jika kita nunggu saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) valuasinya di bawah rata-rata historisnya, maka kita tidak akan pernah beli saham tersebut hingga melejit dan kembali stock split nantinya.

Nah, kira-kira menurutmu apa saham di Indonesia yang paling cocok dengan pola investasi Weiss ini?

Referensi