Saham GOTO Mulai Meroket, Lanjut atau Balik Turun Lagi?

Saham GOTO akhirnya bergerak naik berjilid-jilid setelah ARB di akhir 2022. Apakah saatnya harga saham GOTO kembali ke level IPO di Rp338?

Saham GOTO Mulai Meroket, Lanjut atau Balik Turun Lagi?

Mikir Duit - Saham PT Goto Company Tbk. alias GOTO mulai bangkit jelang akhir Januari 2023. Setelah tertekan hingga auto rejection bawah beruntun sejak November 2022. Kenaikan harga saham GOTO jelas menjadi angin segar untuk pemegang saham ritelnya dan juga IHSG. Kenapa? kita mikirin duit efek GOTO di sini ya.

Saham GOTO mulai anjlok sejak lock up pemegang saham eksisting dibuka pada 30 November 2022. Ditambah, ada program kepemilikan saham karyawan dan konsultan yang didistribusikan oleh Goto People Reverse Fund. Sampai viral ada yang menawar harga saham GOTO Rp2 per saham, padahal itu adalah salah satu program kepemilikan saham untuk karyawan.

Di luar itu, penurunan harga saham GOTO juga berpengaruh ke PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Astra International Tbk. (ASII). Pasalnya, kedua emiten itu berinvestasi di GOTO dalam jumlah besar sampai ketika harga saham GOTO turun ke bawah Rp100 per saham, keduanya berpotensi mencatatkan kerugian yang belum direalisasikan.

Hasilnya, ketika harga saham GOTO ARB berjilid-jilid, harga saham TLKM dan ASII juga ikut turun. Efeknya, IHSG juga ikut tertekan. Pasalnya, ketiga saham itu memiliki bobot besar ke pergerakan IHSG, berada di lima besar.

Jika menghitung asumsi dari catatan laporan keuangan TLKM dan ASII di kuartal III/2022. TLKM pegang saham GOTO di harga Rp375 per saham, sedangkan ASII pegang di harga Rp189 per saham.

Artinya, saat ini TLKM masih rugi yang belum direalisasikan masing-masing 69 persen dan 39 persen. Meski, TLKM dan ASII kompak mengklaim investasi di GOTO bukan cuma ingin keuntungan dari kenaikan harga saham, tapi juga kerja sama yang meningkatkan omzet. Seperti, Telkomsel yang dapat tambahan omzet penggunaan data dari mitra Gojek maupun ASII yang dapat riset motor listrik lewat mitra Gojek sebelum diperjualbelikan.

Lalu, kira-kira harga saham GOTO bisa balik minimal ke harga IPO nggak ya

Peluang Harga Saham GOTO Balik ke Harga IPO

Saham GOTO menguat pada awal tahun ini karena diisukan bakal masuk indeks MSCI dan FTSE. Jika saham GOTO masuk ke kedua indeks itu, berarti ada potensi manajer investasi dunia akan mengatur ulang portofolionya dan memasukkan saham GOTO.

Artinya, ada potensi investor asing melakukan aksi beli saham GOTO. Dalam riset sebuah sekuritas memproyeksikan saham GOTO berpotensi masuk indeks global seperti MSCI dan FTSE dengan alasan tingkat free floatnya yang cukup besar, yakni sebesar 65 persen.

Free float adalah saham yang beredar dan sekarang juga dijadikan perhitungan untuk bobot ke pergerakan IHSG. Dengan menggunakan rekam jejak PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) yang masuk ke indeks MSCI Small Caps pada semester II/2022, hal itu membuat peluang GOTO juga terbuka lebar.

Sampai ada asumsi, jika GOTO benar-benar masuk ke indeks FTSE dan MSCI di kuartal I/2023, berarti ada potensi aksi beli asing senilai 558 juta dolar AS atau setara Rp8,3 triliun. Ya, kalau dibandingkan dengan kapitalisasi pasar GOTO yang mencapai Rp135 triliun, angka segitu kecil sih, paling cuma sekitar 5 persennya saja.

Namun, setidaknya itu bisa mengerek harga saham GOTO yang sudah berada di posisi rendah. Namun, apakah bisa kembali ke harga IPO di Rp338 per saham. Jujur, peluangnya sangat kecil. Soalnya membutuhkan kenaikan sebesar 196 persen untuk balik ke harga IPO, sedangkan ekspektasi dana asing yang masuk cuma kurang dari 5 persen kapitalisasi pasarnya.

Prospek Fundamental GOTO

Untuk kinerja keuangan sendiri, GOTO disebut berpotensi mencatatkan EBITDA alias laba sebelum bunga, depresiasi, dan amortisasi pada 2025.

EBITDA positif berarti menjadi arah semakin dekatnya GOTO ke level profitabilitas. Belum lagi, GOTO juga mulai mengembangkan bisnis dengan model business to business yang diharapkan bisa mendorong omzet lebih tinggi lagi.

Ditambah, tingkat take rate, atau pengambilan keuntungan bersih GOTO dari mitra dan konsumen juga meningkat alias ya mitra dan konsumen harus membayar komisi lebih besar. Dengan begitu, secara operasional bisa mencatatkan omzet yang lebih besar dan biaya operasional menurun.

Bicara biaya operasional, GOTO juga berpotensi lebih ramping lagi di kuartal I/2023 setelah melakukan PHK secara bertahap. Dengan biaya operasional yang lebih rendah ditambah dengan kenaikan omzet, artinya ada potensi kinerja keuangan GOTO akan membaik.

Namun, tantangan dari kinerja keuangan GOTO adalah tingkat inflasi di Indonesia. Seberapa besar daya beli masyarakat di Indonesia dengan adanya pengenaan biaya komisi dan sebagainya.

Jika pengenaan biaya komisi yang menjadi lebih banyak membuat daya beli jasa GOTO turun. Artinya, usaha untuk menuju profitabilitas malah bisa lebih lama lagi.

Di sisi lain, GOTO juga masih terus melakukan ekspansi bisnis. Teranyar, GOTO mengakuisisi perusahaan solusi logistik untuk e-Commerce milik Tokopedia, yakni Swift Logistic Solutions senilai Rp583,12 miliar.

Sebenarnya, ini adalah transaksi terafiliasi, tapi dalam keterangannya, GOTO berekspektasi bisa mendapatkan pendapatan dividen dari Swift setelah aksi akuisisi tersebut.

Meskipun begitu, aksi akuisisi ini membuat nilai goodwill dalam aset GOTO makin tinggi juga. Ini yang banyak dipermasalahkan, goodwill dalam aset GOTO itu mencapai lebih dari 50 persennya.

Goodwill adalah selisih nilai dari aksi akuisisi yang dimasukkan ke dalam aset. Jadi, sebenarnya Goodwill tidak berupa uang fisik.

Apalagi, GOTO yang terlalu banyak melakukan aksi akuisisi merger membuat timnya menjadi sangat gemuk. Hal itu yang menjadi alasan perseroan melakukan PHK pada akhir 2022 kemarin.

Kesimpulan

Saham GOTO berpotensi menarik dalam jangka dekat setidaknya sampai ada kepastian kalau saham perusahaan teknologi terbesar di Indonesia itu masuk ke indeks MSCI dan FTSE. Namun, kenaikannya bukan yang terus naik tanpa henti ya, tapi akan ada konsolidasi setelah pengumuman FTSE dan MSCI.

Namun, untuk jangka panjang, saham GOTO masih kurang menarik karena ada risiko besar yang menghantui mimpi mengejar Ebitda positif di 2025, yakni tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi yang berpotensi melambat, hingga upaya masuk ke business to business yang tidak berhasil.

Setelah baca konten ini, kamu tetap tertarik untuk memborong saham GOTO atau mending bye dulu aja?


Disclaimer: Artikel ini tidak mengajak kamu membeli atau menjual salah satu saham. Artikel ini hanya memberikan informasi yang bisa jadi pertimbanganmu untuk membeli atau menjual sebuah saham. Investasi saham memiliki risiko yang harus ditanggung oleh diri sendiri.