Saham BEER Sudah Naik 70 Persen, Calon ADMR di 2023?

Saham BEER menjadi salah satu saham IPO yang harga sahamnya terus naik. Namun, bisa sejauh apa harga saham BEER terbang?

Saham BEER Sudah Naik 70 Persen, Calon ADMR di 2023?

Mikir Duit – Saham PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk. alias BEER lagi jadi sorotan setelah terus menanjak sejak initial public offering pada 6 Januari 2023. Jika dihitung dari harga penawaran perdana Rp220 per saham, harga saham BEER sudah melejit 70,9 persen. Apakah BEER bakal jadi saham IPO paling cuan di 2023 seperti PT Adaro Mineral Tbk. alias ADMR di 2022?

BEER adalah produsen minuman beralkohol dengan merek Cap Tikus dan dua merek soju, minuman beralkohol ala Korea Selatan dengan nama Daebak Soju dan Daebak Spark. Jika dilihat dari sumber pendapatannya, ketiga merek itu menjadi satu-satunya sumber penjualan BEER.

Jika melihat kinerja keuangan di prospektus sampai September 2022, BEER mencatatkan kenaikan penjualan bersih sebesar 68 persen menjadi Rp37 miliar dibandingkan dengan Rp22 miliar pada September 2021. Laba bersihnya juga melejit 57,14 persen menjadi Rp11 miliar dibandingkan dengan Rp6,9 miliar.

Jadi, apakah saham BEER ini beneran menarik?

Kalau dilihat rencana penggunaan dana IPO yang diperoleh senilai Rp175 miliar, hanya 11 persen dana atau sekitar Rp19 miliar yang digunakan untuk ekspansi pabrik produksi. Sisanya, digunakan untuk modal kerja, seperti pembelian bahan baku.

Apakah penggunaan dana IPO itu bagus? ya setidaknya tidak untuk bayar utang. Lalu, mereka bisa menambah supply barang sehingga ekspektasinya kinerja penjualan juga bisa meningkat.

Ditambah, BEER juga menjanjikan pembagian dividen sebanyak 20 persen dari total laba bersih. Jika menggunakan laba bersih 2021 senilai Rp10 miliar dan asumsi jumlah pemegang saham setelah IPO, berarti dividen yang dibangikan sekitar Rp0,5 per saham. Dengan asumsi harga penutupan 31 Januari 2023, tingkat yield dividennya sekitar 0,13 persen. Angka yang kurang menarik ya

Namun, bagaimana dengan prospek bisnisnya? jika dari dana IPO bisa ekspansi bisnis dan meningkatkan laba bersih, tingkat dividen yield juga akan naik.

Prospek Saham BEER

BEER adalah salah satu emiten minuman alkohol, yang artinya bisnis-nya tersebut memiliki risiko pengenaan hingga kenaikan cukai. Masalah dari cukai ini bukan berefek ke beban emiten, tapi juga ke daya beli. Dengan adanya cukai, berarti harga jual produk ke pasaran juga lebih tinggi.

Hal itu berarti akan sangat sensitif dengan kenaikan tingkat cukai yang bisa mempengaruhi permintaan. Mirip dengan bisnis rokok, meski untuk bisnis alkohol memang tidak se-universal rokok.

Jika melihat angka penjualan kotor BEER pada  September 2022 senilai Rp54 miliar, sedangkan pita cukainya sekitar Rp13 miliar. Artinya, tingkat pita cukai itu setara dengan 30 persen dari pendapatan kotor.

Kondisi itu yang berpotensi membuat kinerja BEER tidak bisa berkembang secara agresif. Hal itu, bisa terlihat bagaimana dua emiten minuman alkohol yang lebih senior dari BEER, yakni PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) dan PT Delta Djakarta Tbk. (DLTA).

Fakta Kinerja MLBI dan DLTA

Seperti MLBI yang terus mencatatkan penurunan laba bersih sejak 2018 hingga akhirnya pandemi Covid-19 menggerus laba bersih tahunan dari rata-rata Rp1 triliun menjadi cuma Rp200 miliar. Sampai 2021 kemarin, laba bersih MLBI masih di Rp600 miliar, belum kembali ke angka Rp1 triliun. Pada akhir 2022, ada potensi laba bersih MLBI mendekati Rp1 triliun, karena per kuartal III/2022 sudah tembus Rp600 miliar.

Namun, poinnya adalah, MLBI sudah berupaya mengembangkan produk selain minuman alkohol, tetapi perkembangannya masih belum bisa berkontribusi besar setara dengan produk minuman alkohol. Bayangkan, porsi penjualan minuman non-alkohol baru berkontribusi 0,012 persen dari total pendapatan kuartal III/2022.

Begitu juga dengan DLTA, emiten yang juga dimiliki Pemprov DKI Jakarta itu terus mencatatkan penurunan laba bersih sejak 2019. Dari laba bersih tahunan tertingginya pada 2018 senilai Rp338 miliar, pada 2019 DLTA mencatatkan laba bersih turun menjadi Rp318 miliar.

Setelah itu, pandemi Covid-19 menyerang hingga DLTA cuma mencatatkan laba bersih sekitar Rp100 miliar. Sampai 2021, laba bersih tahunan DLTA tembus Rp188 miliar. Lalu, laba bersih DLTA di 2022 berpotensi tembus ke Rp200 miliaran lagi setelah pencapaian di kuartal III/2022 tembus Rp182 miliar.

Kesimpulan

Dengan melihat perkembangan kinerja MLBI dan DLTA, artinya potensi bisnis minuman alkohol cenderung stagnan. BEER memang memiliki produk berbau budaya Korea Selatan seperti Soju, tapi peluang produk itu mengerek pendapatannya tumbuh eksponensial rasanya cukup sulit.

Penyebabnya, cukai dan pasar yang cenderung terbatas, tapi persaingan begitu ketat membuat peluang BEER mencatatkan kinerja keuangan yang fenomenal cukup sulit.

Apakah kamu ada yang sudah cuan atau malah masih hold keras saham BEER


Disclaimer: Artikel ini tidak mengajak kamu membeli atau menjual salah satu saham. Artikel ini hanya memberikan informasi yang bisa jadi pertimbanganmu untuk membeli atau menjual sebuah saham. Investasi saham memiliki risiko yang harus ditanggung oleh diri sendiri.