Saham BBCA Mahal Banget, tapi Jadi Idaman Banyak Investor?

Saham BBCA menjadi salah satu primadona untuk investasi jangka panjang, meski harga sahamnya cukup mahal. Pertanyaannya, seberapa menarik saham ini hingga oke untuk dibeli saat harga mahal?

Saham BBCA Mahal Banget, tapi Jadi Idaman Banyak Investor?

Mikirduit – Saham PT Bank Central Asia  Tbk. (BBCA) sering dianggap mahal, tapi tetap jadi impian bagi banyak investor. Kira-kira apa yang membuat saham BBCA selalu mahal dan jadi idaman investor? 

Salah satu cerita termashyur tentang BBCA adalah harga sahamnya yang sudah naik hampir 25.000 persen sejak IPO di BEI pada 2000. Waktu itu, BBCA IPO di BEI dengan harga Rp1.400 per saham. Setelahnya, BBCA melakukan empat kali stock split, yakni 2001 dengan rasio 1:2, 2004 dengan rasio 1:2, 2008 dengan rasio 1:2, dan 2021 dengan rasio 1:5.

Artinya, jika membeli sejak IPO, total kenaikan nilai aset kita di saham BBCA dengan harga per 13 Desember 2023 menjadi sekitar Rp349.000 per saham. Adapun, kenaikan aset 25.000 persen itu belum memperhitungkan pendapatan dividen. 

Secara valuasi price to book value (PBV), BBCA jelas sangat mahal jika dibandingkan dengan saham bank besar lainnya. PBV BBCA per 8 Desember 2023 tembus 4,63 kali, sedangkan saham bank besar lainnya seperti BBRI dan BMRI hanya dihargai dengan PBV sekitar 2 kali. 

Ada beberapa fakta menarik yang membuat saham BBCA bisa menjadi primadona dalam kurun waktu hampir 2 dekade terakhir. 

Pertama, BBCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia. Di mana, sektor perbankan di Indonesia adalah salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan status bank besar, penguasaan BBCA di pasar kredit, terutama segmen korporasi dan konsumer cukup tinggi. Sampai September 2023, total kredit BBCA sebesar 10 persen dari total kredit industri perbankan yang terdiri dari 100-an bank. Dengan pangsa pasar kredit yang besar itu, pertumbuhan bisnis BBCA bisa dijaga dengan konsisten. 

Kedua, BBCA sangat efisien dalam mengoptimalkan ekuitasnya menjadi laba bersih. Hal itu terlihat dari konsistennya BBCA mencatatkan return on equity (ROE) di atas rata-rata saham bank besar. Per September 2023 dengan perhitungan 12 bulan terakhir, ROE BBCA 20,45 persen. Persetase ROE BBCA itu menjadi yang terbesar diantara bank besar. Sedangkan, posisi kedua ada BMRI sebesar 20,38 persen. Ketiga, ada BBRI sebesar 18,27 persen, dan terakhir ada BBNI sebesar 14,27 persen. Dengan ROE yang di atas rata-rata industri itu membuat BBCA punya ruang untuk pembagian dividen secara konsisten. Sejauh ini, BBCA rutin membagikan dividen sebanyak 2 kali dalam setahun.

Ketiga, BBCA memiliki filosofi penyaluran kredit dengan tetap fokus menjaga risiko. Hal ini dilakukan oleh BBCA karena tidak ingin kejadian 1998 terulang. Untuk itu, BBCA menjadi salah satu bank yang paling menjaga posisi rasio kredit bermasalahnya, rata-rata kredit bermasalah gross BBCA di sekitar 2 persen, sedangkan rasio kredit bermasalah nett-nya rata-rata di bawah 1 persen. Untuk itu, banyak kesan yang menunjukkan kalau mengambil kredit di BBCA lebih sulit dibandingkan dengan bank lainnya. 

Keempat, BBCA menjadi bank transaksi terbesar di Indonesia. Bisa dibilang mayoritas bisnis di Indonesia menggunakan BBCA untuk bertransaksi. Bayangkan, sampai September 2023, BBCA mencatatkan transaksi di internet dan mobile banking senilai Rp18.000 triliun. Dengan status bank transaksi terbesar di Indonesia ini juga yang membuat rasio dana murah atau porsi dana pihak ketiga dari tabungan dan giro BBCA menjadi sangat tinggi sekitar 80 persen dari total dana pihak ketiga. Hal itu membuat operasional bisnis perbankan BBCA pun menjadi lebih efisien. 

Keempat faktor itu menjadi alasan kuat kenapa saham BBCA menarik dan dinilai punya prospek bagus, meski banyak bank digital baru berdatangan dengan ekosistem besar seperti ARTO. Alasannya, BBCA sudah memiliki pangsa pasar yang kuat dan memiliki kepercayaan tinggi dari nasabahnya, terutama nasabah prioritas dan pebisnis.

Jadi, Kapan Waktu Terbaik Beli Saham BBCA?

Waktu terbaik untuk beli saham BBCA adalah ketika PBV sahamnya berada di bawah rata-rata 5 tahunnya. Kenapa? Karena ketika harga saham BBCA turun ke bawah rata-rata PBV 5 tahunnya dengan tidak ada permasalahan fundamental yang signifikan, artinya penurunan harga saham ini adalah anomali pasar. Di mana, aksi jual bukan terjadi karena alasan fundamental tapi faktor lain seperti ekonomi global dan sebagainya yang bersifat siklus. 

Dengan begitu, kita bisa masuk ke saham BBCA saat sentimen eksternal menekan harga saham BBCA tersebut. Seperti, yang terjadi sampai 13 Desember 2023, di mana PBV BBCA berada di level 4,55 kali. Di mana, angka itu di bawah rata-rata 5 tahunnya sebesar 4,63 kali. 

Jika dilihat secara sektoral jelas mahal, tapi jika dilihat secara historis rata-rata 5 tahunnya, berarti ada anomali yang menjadi peluang kita untuk beli saham ini di harga yang bagus, meski bukan murah banget. 

Namun ingat, untuk masuk ke BBCA, kami menyarankan timefram cukup panjang, yakni 3-5 tahun, bahkan bisa 10 tahun. Tujuannya, agar pertumbuhan aset lebih terasa. Rata-rata kenaikan harga saham BBCA selama 10 tahun terakhir itu sekitar 16 persen per tahun. Itu belum termasuk dengan rata-rata dividen yield yang dalam 10 tahun terakhir sebesar 1,46 persen. 

Prospek Saham BBRI, Si Pahlawan UMKM di Indonesia
BBRI bisa dibilang sebagai pahlawan UMKM di Indonesia dengan penetrasi kredit mikronya mencapai hampir 90 persen dari total nasional. Kira-kira bagaimana prospek saham BBRI?

Prospek Saham IPO Seperti BBCA Ke depannya

Untuk kamu yang merasa saham BBCA sudah kemahalan, terus berpikir, apakah ada saham IPO yang bakal seperti BBCA lagi ke depannya? Wah BREN sudah jadi top 3 market cap dalam tiga bulan, apakah akan jadi saham seperti BBCA yang konsisten? 

Jawabannya, peluang untuk ke arah sana sangat kecil, meski BREN sekalipun. Untuk kasus BREN, saham ini naik bukan disebabkan oleh fundamental, tapi karena porsi ritel yang kurang dari 1 persen sehingga harga saham ini mayoritas digerakkan oleh institusi di dalamnya. 

Saham BREN Jadi yang Terbesar, Dejavu dengan BUMI?
Saham BREN resmi menjadi saham dengan market cap terbesar di BEI setelah menggeser BBCA per 8 Desember 2023. Namun, kok jadi dejavu dengan BUMI?

Alasan peluang saham IPO seperti BBCA sulit muncul adalah karena BBCA IPO dari hasil krisis 1998. Jadi, waktu itu krisis 1997-1998 membuat beberapa bank besar nyaris kolaps. Akhirnya, saham-saham bank besar saat itu dialihkan di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk direstrukturisasi agar bisa kembali pulih. 

Setelah kembali pulih, BPPN berkewajiban melepas lagi saham itu dengan cara mulai dari menjualnya lewat IPO dan sebagainya. Jadi, bisa dibilang BBCA IPO dalam status, perusahaan ini sudah besar dan punya pangsa pasar besar juga di perbankan Indonesia. Sehingga dari tingkat profitabilitas sudah stabil. 

Di sisi lain, saat ini saham-saham IPO rata-rata adalah perusahaan kecil, perusahaan properti yang butuh dana untuk beli lahan dari pihak afiliasinya, hingga perusahaan yang baru dibuat untuk menggarap bisnis baru. Di mana, prospek tingkat profitabilitasnya masih belum stabil. 

Jadi, kamu termasuk yang ngincer saham BBCA untuk investasi jangka panjang atau justru cari saham potensial lainnya yang lebih menarik?

(Diedit oleh Surya Rianto)

Mau dapat guideline saham dividen 2024?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)

 Yuk langsung join Mikirdividen DISKON LANGSUNG Rp100.000 cuma sampai 31 Desember 2023 klik di sini ya

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini