Saham ASII Bisa Dilindas Brand Mobil Listrik China? Simak 5 Faktanya di Sini
Saham ASII lagi disorot terus menerus setelah makin banyak mobil China seperti Chery dan BYD. Apakah, ASII akan suram?

Mikirduit – Saham ASII sempat dijual asing saat pembukaan market 14 Mei 2025. Tekanan jual asing di saham ASII selaras dengan data penjualan mobil yang kembali turun ditambah pangsa pasar Grup Astra juga tergerus. Apakah ini menjadi pertanda buruk?
Data penjualan mobil Januari - April 2025 mencatatkan penurunan 2,9 persen menjadi 256.368 unit. Lalu, pangsa pasar ASII juga mengalami penurunan menjadi 54 persen dibandingkan dengan 55,5 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Di saat yang sama, penjualan mobil China meningkat drastis. Chery mencatatkan kenaikan penjualan 150 persen menjadi 6.019 unit, sedangkan BYD (ditambah Denza) mencatatkan penjualan sekitar 12.000-an unit.
Lalu, apakah ini menjadi redflag untuk bisnis otomotif maupun kinerja ASII ke depannya?
Ada beberapa fakta yang harus dipahami terkait penurunan pangsa pasar saham ASII dan bagaimana dampak dari agresifnya merek China.
Pertama, Penyebab Market Share ASII Turun Karena Penurunan Penjualan Daihatsu
Pangsa pasar ASII memang turun 1 persen, tapi dari segi penjualan, brand andalan Grup Astra Toyota dan Lexus masih mencatatkan kenaikan 4,7 persen menjadi 81.716 unit.
Masalahnya, penjualan Daihatsu yang mengalami penurunan 20,9 persen menjadi 43.883 unit. Ditambah, penurunan penjualan Isuzu sebesar 13,2 persen menjadi 7.546 unit.
Dari skala jumlah unit, penurunan dari Daihatsu memukul paling signifikan terhadap market share brand yang berada di Grup Astra.
Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Sri Agung Handayani dikutip dari Kumparan menjelaskan beberapa penyebab penurunan penjualan mobil Daihatsu, terutama dari sudut pandang penjualan dari diler ke ritel.
Pertama, ada faktor terkait opsen pajak yang membuat penurunan permintaan secara umum. Pasalnya, menurut Sri Agung, kebijakan opsen pajak itu membuat masyarakat membeli kendaraan lebih awal, yakni pada Desember 2024. Sehingga penjualan di Januari terlihat mengalami penurunan.
Kedua, periode Maret 2025 itu lebih pendek karena ada momentum cuti bersama yang cukup panjang. Meski, rata-rata jumlah penjualan per hari di penjualan ritel justru pada Maret 2025 dinilai lebih besar daripada Februari 2025.
Di luar itu, kami menilai penurunan penjualan Daihatsu berhubungan dengan target pasar yang dikejar perseroan. Karakter mobil Daihatsu dibuat untuk segmen di bawah Toyota. Biasanya, pembelinya cenderung mencari untuk mobil pertama. Sementara itu, saat ini, daya beli otomotif ada untuk mobil pendukung atau kedua dan seterusnya. Sedangkan, market tersebut lebih suka mencari produk lebih baru untuk mendukung, seperti kendaraan listrik atau hybrid.
Kedua, Bisnis ASII bukan Sekadar Otomotif, tapi Konglomerasi Banyak Bisnis
ASII memiliki 7 segmen bisnis, yakni otomotif, keuangan, tambang dan alat berat (termasuk penjualan alat berat, kontraktor pertambangan, batu bara, emas, nikel, energi baru terbarukan), perkebunan, infrastruktur, teknologi informasi, dan properti. Hal itu belum termasuk investasi ASII di HEAL (bisnis kesehatan), GOTO (untuk integrasi bisnis teknologi), hingga data center (meski porsinya masih minoritas).
Sampai kuartal I/2025, kontribusi pendapatan terbesar berasal dari UNTR atau bisnis tambang dan alat beratnya senilai Rp34,26 triliun, sedangkan bisnis otomotif menjadi yang kedua Rp33 triliun.
Meski, dari segi laba bersih, bisnis otomotif masih menjadi yang terbesar senilai Rp2,7 triliun. Namun, hal itu disebabkan kondisi harga komoditas yang cenderung lagi rendah. Pasalnya, karakter bisnis UNTR masih tergolong cyclical sesuai harga dan kondisi sektor bisnis komoditas pertambangan batu bara, emas, dan nikel.
Jika kondisi harga komoditas kembali naik, kinerja UNTR bisa kembali bertumbuh dan menjadi penopang ASII.
Apalagi, bisnis perkebunan CPO ASII via AALI juga dalam proses replanting. Jika produksi kembali pulih, kinerja AALI bisa bangkit kembali. Meski, akan memakan waktu hingga 5 tahun ke depan.

Ketiga, Brand China Seperti BYD dan Chery Tidak Bisa Menumbangkan ASII Dalam Sekejap
Agresifnya promosi produk baru BYD dan Chery yang memiliki harga murah memang memberikan kesan bisa menggerus pangsa pasar brand ASII. Secara hitungan, jika mindset dari masyarakat sekarang lebih membayangkan memiliki mobil BYD daripada Fortuner atau Avanza, logika brand ASII tergerus brand China bisa terjadi.
Namun, hal ini terjadi karena promosi marketing dari BYD dan Cherry memang sangat masif. (termasuk ke content creator). Sehingga hal itu mempengaruhi persepsi mobil yang menarik dibeli.
Kami menilai cara itu dilakukan BYD dan Chery untuk penetrasi awal masuk ke pasar Indonesia. Namun, hal itu tidak langsung menggerus brand existing secara langsung hingga tidak berdaya. Pasalnya, kemampuan menggerus pasar akan tergantung dengan jumlah produksi dan kesiapan aftersales-nya.
Jika kadung ekspansi penjualan sangat besar, tapi layanan aftersales-nya belum siap. Hal itu bisa jadi pedang bermata dua untuk brand China tersebut.
Apalagi, ada beberapa kebiasaan di Indonesia seperti jual-beli mobil bekas yang bisa mengurangi daya tarik di mobil listrik China. Sehingga, jika bisnis otomotif ASII harus ditumbangkan oleh brand China, setidaknya butuh waktu 3-10 tahun, yang mana brand China harus konsisten ekspansi pabrik dan sebagainya di Indonesia.
Keempat, ASII Bakal Menjadi Next UNVR?
Melihat ASII dalam tekanan brand otomotif asal China, banyak yang menilai nasibnya berpotensi seperti UNVR. Sebagai gambaran, dulu UNVR salah satu saham bluechip hingga harganya sempat sekitar Rp40.000-an per saham. Sampai akhirnya stock split 1:5 pada akhir 2019 menjadi Rp8.000-an per saham.Kini, harga saham UNVR di bawah Rp2.000-an per saham.
Kasus ASII dan UNVR agak berbeda. Penurunan kinerja UNVR ada hubungan erat dengan karakter pengendalinya. UNVR sulit mengatur harga jual produk lebih kompetitif karena memiliki biaya lisensi dan teknologi dari Unilever Pusat yang nilainya tergantung dari pendapatan perseroan. Rata-rata bisa mencapai Rp2 triliun hingga Rp3 triliun per tahun, yang nilainya hampir 10 persen dari total pendapatan.
Apalagi, UNVR seperti memiliki rules seluruh laba harus dibagikan menjadi cash sehingga ruang ekspansi dan strategi promosi yang lebih kuat menjadi terbatas. Bahkan, dalam skema penjualan aset bisnis es krim saja, hasil keuntungannya menjadi dividen yang artinya masuk ke kantong pengendali.
Sehingga, UNVR bak raksasa yang terkurung dalam kandang. Geraknya terbatas menghadapi persaingan produk consumer goods yang sangat ketat.
Sementara itu, ASII bisa dibilang lebih fleksibel. Status ASII adalah perusahaan holding yang membawahi 7 segmen bisnis utamanya. Bahkan, ASII juga punya ruang investasi di sektor-sektor tertentu yang dianggap potensial atau bisa dikombinasikan dengan bisnis eksistingnya.
Dengan kondisi tersebut, kami menilai ruang pertumbuhan ASII bisa lebih terbuka. Namun, dengan skala bisnis yang lebih besar, persentase pertumbuhan tidak akan sebesar perusahaan yang skala menengah kecil.
Kelima, Risiko Dividen ASII
Terkait dengan poin keempat, salah satu risiko saham ASII adalah jika dividennya kembali diciutkan untuk mengatur jumlah cash dan rencana ekspansi. Bagi investor yang berharap dividen ASII selalu besar, kondisi ini menjadi kurang menarik.
Sebagai gambaran, tingkat dividend payout ratio ASII sebelum pandemi Covid-19 itu ada di sekitar 40-45 persen.Namun, payout ratio ASII mulai meningkat setelah ada booming batu bara yang signifikan sejak 2021 hingga 2022. Kala itu, payout ratio ASII naik hingga sempat 90 persen, meski kini sudah menjadi 60 persen.
Jika ada situasi seperti, ternyata keberadaan brand China ini menggerus market share otomotif ASII lebih besar dan cepat dari yang diperkirakan, ASII berpotensi mengatur kebijakan dividennya menjadi 40 persen. Sehingga, ruang cashflow untuk fleksibilitas ekspansi bisa terbuka lebar.
Jadi, Apakah Saham ASII masih Menarik untuk Dikejar Sebagai Saham Investasi?
Kamu bisa temukan dan tanyakan dengan Join membership Mikirsaham (dulu bernama Mikirdividen) dan dapatkan benefit:
- Pilihan saham value-growth investing bulanan
- Pilihan saham dividen yang potensial
- Insight saham komprehensif serta actionnya
- IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
- Diskusi saham dan rekap diskusinya
- Event online bulanan
- Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan
Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini