Rahasia UNVR, Laba Turun Tapi Jadi Menarik Diborong?
Laba UNVR boleh turun, tapi justru saat ini berpotensi jadi waktu terbaik beli sahamnya. Berikut faktor-faktornya.
Mikir Duit – PT Unilever Indonesia Tbk. alias UNVR mencatatkan penurunan laba bersih sepanjang 2022 sebesar 6,81 persen menjadi Rp5,36 triliun dibandingkan dengan 2021. Padahal, penjualan bersihnya mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,23 persen menjadi Rp41,21 triliun. Jadi, apa yang bikin laba UNVR turun ya?
Tren kinerja UNVR memang lagi menjadi sorotan nih. Soalnya, sudah sepanjang 2022 kinerja laba bersihnya terus turun. Apa yang bikin laba UNVR terus tertekan, meski penjualan tetap tumbuh?
Pertama, kenaikan beban pokok penjualan. Meski, pendapatan UNVR tumbuh 4,23 persen, tapi beban pokok penjualan juga naik hingga 11 persen menjadi Rp22 triliun. Akhirnya, laba kotor UNVR turun 2,86 persen menjadi Rp19 triliun.
Kenapa beban pokok penjualan UNVR meningkat? salah satu pendorongnya adalah kenaikan biaya bahan baku yang tembus 7,45 persen menjadi Rp15,96 triliun. Dari kenaikan biaya bahan baku saja sudah lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan UNVR.
Kedua, UNVR mencatatkan kenaikan beban iklan dan riset pasar sebesar 39,33 persen menjadi Rp3 triliun. Nah, kenaikan ini bisa dibilang tidak berimbang dengan kenaikan pendapatan yang cuma 4 persen.
Walaupun, efek dari kenaikan beban iklan dan riset pasar itu berefek jangka panjang. Patut ditunggu, efek kenaikan beban iklan dan riset pasar itu bisa berdampak seberapa besar terkonversi menjadi pendapatan.
Kinerja UNVR Kuartal I/2023
PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) masih melanjutkan tren penurunan kinerja keuangannya di kuartal I/2023. Saham UNVR itu mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 2,15 persen menjadi Rp10,6 triliun.
Di sisi lain, laba bersihnya anjlok 30 persen karena adanya kenaikan di beberapa beban-nya. Seperti, beban pemasaran dan promosi yang naik 16 persen menjadi Rp2,3 triliun. Lalu, kenaikan beban umum da administrasi sebesar 57 persen menjadi Rp1,02 triliun.
Adapun, dengan adanya kenaikan beban itu, tapi UNVR masih belum mampu meningkatkan penjualannya, artinya aktivitas pemasaran dan promosi belum mampu mengerek penjualan lebih tinggi lagi. Alasannya, mungkin penetrasi beberapa produk baru UNVR masih butuh waktu.
Namun, kok harga saham UNVR malah naik?
Apakah UNVR masih Menarik?
Kinerja keuangan UNVR berpotensi membaik di 2023. Ada beberapa faktor yang membuat kinerja UNVR diprediksi membaik.
Pertama, harga minyak sawit atau crude palm oil sudah tidak setinggi 2022. Dari harga tertingginya pada sekitar Juni-Juli 2022, harga sawit sudah turun hingga 42 persen. Artinya, UNVR mengawali 2023 dengan beban pokok yang lebih rendah. Ada peluang, laba bersih UNVR bisa menjadi lebih baik di 2023.
Kedua, kondisi inflasi yang lebih baik, serta bank sentral yang sudah tidak menaikkan suku bunga lebih agresif dari sebelumnya. Artinya, ada potensi konsumsi masyarakat bisa kembali membaik. Hal itu berpotensi meningkatkan penjualan UNVR.
Ketiga, basis pertumbuhan UNVR sudah cukup rendah. Artinya, jika ada kenaikan penjualan dan penurunan beban pokok pendapatan, artinya kenaikan nominal laba bersih UNVR menuju permintaan normal berarti persentase kenaikannya bisa menjadi lebih tinggi.
Keempat, UNVR dikabarkan mencoba adu strategi dengan produk baru di 2023. Di sini, akan terlihat seberapa sukses produk baru dan hasil biaya riset yang tinggi tersebut. Bisa melonjakkan laba bersih sejauh 30 persen? tapi ya naik 10-15 persen juga tetap menarik bagi emiten consumer goods tersebut.
Dari keempat potensi kebangkitan UNVR itu, data yang tersaji baru menunjukkan kalau UNVR mulai mencatatkan pemulihan dari sisi gross profit margin (GPM).
GPM UNVR pada kuartal I/2023 memang mulai mencatatkan kenaikan dibandingkan dengan kuartal I/2022. GPM UNVR di kuartal pertama tahun ini sebesar 49,31 persen atau lebih tinggi dari periode sama tahun lalu yang sebesar 48,65 persen. Namun, tingkat gross profit itu masih lebih rendah daripada kuartal I/2021 yang masih sekitar 52,44 persen. Adapun, GPM UNVR berpotensi masih terus naik jika harga CPO dan bahan baku lainnya terus turun.
Namun, yang tetap menjadi perhatian adalah net profit margin UNVR yang masih mencatatkan penurunan. Net profit margin UNVR per kuartal I/2023 hanya 13 persen, jauh di bawah kuartal I/2022 yang sebesar 18 persen. Hal ini mengindikasikan aktivitas promosi dan pemasaran yang dilakukan belum efektifi signifikan mendongkrak penjualan sehingga margin bersihnya terpangkas signifikan.
Apakah UNVR masih Sektor Defensif?
UNVR disebut salah satu saham defensif karena berada di sektor consumer goods. Bisnis yang produknya dibutuhkan masyarakat sehari-hari. Ketika terjadi krisis, masyarakat tetap butuh produknya. Jadi, risiko penurunan kinerja secara signifikan sulit terjadi.
Namun, kini UNVR menghadapi banyak saingan alternatif yang lebih murah dari produk PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) atau perusahaan consumer goods lainnya yang belum melantai di bursa efek Indonesia.
Hal itu ditambah kondisi pandemi Covid-19 yang membuat segmen menengah yang jadi andalan UNVR mengalami penurunan bahkan kehilangan pendapatan. Akhirnya, mereka mencari produk alternatif yang membuat penjualan UNVR mulai melambat.
Lalu, apakah UNVR masih sektor defensif? rasa-rasanya tidak sedefensif dulu. UNVR bakal kesulitan mencari kunci untuk mencatatkan pertumbuhan kinerja pendapatan yang signifikan. Belum lagi, daya tarik dividen UNVR kurang begitu menarik juga.
Harga saham UNVR paling tinggi dalam jangka setahun ke depan paling tembus antara Rp6.000-Rp7.000 per saham dengan catatan laba bersih UNVR tumbuh bagus akibat 4 faktor tersebut.
Kesimpulan
UNVR masih berpotensi cukup menarik untuk jangka panjang dengan beberapa catatan khusus seperti, emiten itu harus berupaya menekan biaya operasional agar margin keuntungannya bisa menjadi lebih besar. Lalu, UNVR harus menemukan produk yang bisa bersaing dengan kompetitor dengan harga lebih murah.
Toh, market UNVR sebenarnya mengincar segmen menengah, yang terkena dampak signifikan sejak pandemi Covid-19. Sebagai alternatif sementara, UNVR harus punya produk satu kelas di bawah yang sekarang, untuk menjaga pangsa pasarnya.
Tantangannya adalah, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor teknologi dan beberapa ekspor, apakah mempengaruhi permintaan produk UNVR seperti ketika pandemi Covid-19?
Hal itu akan tercermin dari produk baru UNVR, apakah bisa menjadi kunci kebangkitan emiten consumer goods yang sering disebut sektor defensif ini? nah, kamu tertarik borong saham UNVR di saat harga rendah?
Disclaimer: Artikel ini tidak mengajak kamu membeli atau menjual salah satu saham. Artikel ini hanya memberikan informasi yang bisa jadi pertimbanganmu untuk membeli atau menjual sebuah saham. Investasi saham memiliki risiko yang harus ditanggung oleh diri sendiri.