Prospek Saham ASII yang Crash Setelah Bagi Dividen

Sesuai ekspektasi, saham ASII mencatatkan penurunan ke Rp4.620 per saham pada 14 Mei 2024. Kira-kira, bagaimana prospek saham ASII ke depannya? apakah masih bisa bangkit?

Prospek Saham ASII yang Crash Setelah Bagi Dividen

Mikirduit – Ada saham yang bisa tergolong big caps dan posisi harga sahamnya rendah banget, saham itu adalah PT Astra International Tbk. (ASII).. Dengan tren harga saham yang terus jeblok, apakah saat ini waktunya beli di harga murah atau malah berisiko karena bisa turun lagi?

ASII mencatatkan penurunan ke level Rp4.620 per saham pada perdagangan 14 Mei 2024. Tren harga ini menjadi level terendah sejak 2020 saat market crash pandemi Covid-19. Lalu, kenapa saham ASII bisa jeblok cukup dalam? apakah prospeknya masih bagus? 

Penurunan saham ASII pada 14 Mei 2024 ini berkaitan dengan tren ex-date dividen-nya yang memiliki tingkat dividend yield 8 persen. Pelaku pasar sudah memperkirakan risiko dividend trap di saham ASII hingga 8 persen ke level Rp4.600-an per saham dan itu terjadi.

Prospek ASII Ke Depannya

ASII memiliki tujuh lini bisnis, yakni otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi, agribisnis, infrastruktur, teknologi informasi, dan properti. 

Secara umum, kinerja ASII didorong oleh dua lini bisnis utama, yakni otomotif dan pertambangan serta alat berat. Masalahnya, kedua sektor ini lagi dalam siklus yang cukup menantang. 

Misalnya, industri otomotif lagi mencatatkan penurunan penjualan yang cukup signifikan. Data Gaikindo sampai April 2024, penjualan mobil secara nasional dari pabrik ke dealer turun 22,8 persen menjadi 263.706 unit. Lalu, penjualan mobil dari dealer ke konsumen juga turun 14,8 persen menjadi 339.954 unit. 

Begitu juga dengan penjualan sepeda motor, dari data Asosiasi Industri Sepeda Motor (AISI), penjualan motor turun 1,1 persen menjadi 2,15 juta unit dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. 

Begitu juga dari sisi bisnis pertambangan, ASII melalui UNTR memiliki eksposur di tambang batu bara, nikel, dan emas. Sejauh ini, optimalisasi batu bara dan emas UNTR diperkirakan sedikit terhambat pada kuartal I/2024 karena persetujuan RKAB yang terhambat ketentuan baru. Hal itu dialami beberapa emiten batu bara, termasuk PTBA. 

Khusus UNTR, ada hambatan penjualan dari bisnis barunya di sektor nikel pada kuartal I/2024. Sehingga, penjualan yang harusnya terjadi di kuartal pertama akan diakumulasikan di kuartal kedua nanti. 

Di luar masalah teknis terkait hambatan persetujuan RKAB dari Kementerian ESDM, secara industri batu bara dan nikel tengah menghadapi normalisasi pasca lonjakan harga di 2022. Apalagi, khusus nikel kelas dua seperti nickel pig iron dan feronikel harus menghadapi tantangan oversupply yang membuat harganya turun ke kisaran 10.000 dolar AS - 12.000 dolar AS per ton. 

Posisi normalisasi harga ini tidak hanya berdampak terhadap bisnis pertambangan UNTR, tapi juga mempengaruhi aktivitas kontraktor pertambangan hingga permintaan alat berat. 

Sehingga, kami ekspektasi bisnis pertambangan juga masih berat hingga memasuki 2026. Dengan asumsi, pada semester kedua 2025, ekonomi China sudah mulai pulih sehingga ada kenaikan permintaan komoditas. 

Di sisi lain, sektor CPO ASII yang menjadi kontributor terbesar ketiga  juga lagi periode replanting yang membuat kinerja tidak begitu bagus hingga 3 tahun ke depan. Untuk itu, kami perkirakan kinerja saham ASII berpotensi mulai kembali mencatatkan pertumbuhan kinerja bisnis pada 2026. 

Meski begitu, bukan berarti saham ASII akan terus tertekan selama dua tahun ke depan. Soalnya, perhitungan pulih di 2026 ini menggunakan asumsi pertumbuhan bisnis secara linear tertekan di 2024 dan 2025. Di sisi lain, bisa saja di tengah jalan ada kenaikan permintaan batu bara dan komoditas lainnya yang bisa berpengaruh terhadap kinerja UNTR. 

Di luar itu, ketika harga komoditas kembali bergairah biasanya linear dengan kenaikan permintaan mobil. 

Sehingga untuk kamu yang pegang ASII dengan target jangka panjang bisa bersabar untuk memetik buahnya sambil menikmati dividen hingga 2026 nanti.

Hal yang Wajib Diketahui Holder BBRI dan TLKM
Saham TLKM dan BBRI sudah turun cukup dalam sepanjang sebulan terakhir. Kira-kira, apa yang bisa dilakukan holder kedua saham itu? simak ulasan lengkapnya di sini

Game Changer Saham ASII

Ada salah satu lini bisnis ASII yang bisa jadi game changer perseroan di 2025 nanti. Kini, bisnis tersebut sudah menjadi kontributor terbesar ketiga mengalahkan sektor agribisnis. 

Sektor itu adalah jasa keuangan. ASII mencatatkan kenaikan pendapatan di sektor jasa keuangan sebesar 12,6 persen menjadi Rp7,77 triliun. Lalu, laba bersihnya naik 12 persen menjadi Rp2 triliun. 

Dengan asumsi penurunan suku bunga akan berdampak cukup positif terhadap saham bank menengah kecil, seperti Bank Jasa Jakarta yang dimiliki ASII bersama mitranya dari Hong Kong. Sektor jasa keuangan bisa jadi driver kinerja keuangan ASII ke depannya. 

Dengan asumsi rata-rata pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang moderat di 10 persen, ASII bisa mendapatkan kontribusi laba bersih dari sektor jasa keuangan senilai Rp2,52 triliun pada 2025 nanti. Nominal itu memang masih rendah dibandingkan dengan otomotif dan pertambangan, tapi bisa nutup risiko penurunan kinerja AALI yang bakal masuk periode replanting cukup lama. 

Jika ternyata pertumbuhan sektor jasa keuangannya melebihi ekspektasi, bukan tidak mungkin prospek kinerja ASII bisa ngebut lebih cepat di atas perkiraan sebelumnya.

Apalagi, ASII juga berencana ekspansi ke bisnis data center, serta beberapa ekspansi UNTR mungkin akan tercatat di 2024 yang bisa membantu pertumbuhan bisnis perseroan selaku holding company.

Ekspektasi Dividen ASII Hingga 2026

Kami membuat simulasi, jika kamu beli saham ASII di harga Rp4.620 per saham dengan modal Rp100 juta pada 14 Mei 2024, kira-kira berapa dividen yang didapatkan hingga 2026, periode yang diperkirakan kinerja ASII bisa tumbuh sangat agresif lagi. 

Kinerja laba bersih ASII diperkirakan turun 11,14 persen menjadi Rp30,06 triliun sepanjang 2024. Namun, perseroan diperkirakan mulai mencatatkan pertumbuhan lagi di 2025 sebesar 4,24 persen menjadi Rp31,34 triliun. 

Dengan asumsi selama 2 tahun ke depan dividen ASII secara konservatif diturunkan menjadi 50 persen dari total laba bersih, artinya potensi dividen dari tahun buku 2024 sekitar Rp371 per saham. (akumulasi interim dan final) Dengan begitu tingkat dividend yield jika hold di harga Rp4.620 per saham menjadi 8,03 persen. 

Lalu, untuk tahun buku 2025, kami ekspektasikan dividen ASII senilai Rp387 per saham (akumulasi interim dan final). Dengan begitu, tingkat divdiend yield sekitar 8,37 persen. 

Jika kamu berinvestasi Rp100 juta di harga Rp4.620 per saham. Berarti selama dua tahun ke depan, kamu bisa mendapatkan dividen senilai Rp16,38 juta. 

Dengan perkirakan laba bersih per saham ASII di Rp387 per saham pada 2025. Serta, asumsi Price to earning rasio (PE) wajar di 14,34 kali. (Ini level yang mempertimbangkan posisi ASII yang normal tanpa mengakumulasikan potensi hasil dari ekspansi yang sudah dilakukan) Artinya, harga wajar ASII di Rp5.551 per saham. 

Jika di awal 2026, saham ASII diapresiasi ke level wajarnya tersebut, berarti total keuntungan yang diterima termasuk dividen selam 2 tahun ke depan sebesar 36,53 persen. 

Keuntungan yang belum sampai bagger, tapi cukup menarik jika kita hitung rata-rata menjadi 18 persen per tahun. 

💡
Proyeksi harga ASII di Rp5.551 pada awal 2026 dengan mengacu kepada harga wajar perseroan. Realitanya bisa saja di bawah atau di atas angka tersebut sesuai dengan perkembangan realisasi kinerja ASII ke depannya.

Kesimpulan

Jika dari kacamata investor, saham ASII sudah cukup murah di harga Rp4.620 per saham, meski secara teknikal banyak yang menilai ada risiko saham ASII ke Rp4.580 per saham. Jadi, apa yang harus dilakukan?

Kami menilai jika kamu punya timeframe di atas 1 tahun, kamu bisa melakukan pembelian saham ASII mulai sekarang. Namun, jika kamu punya timeframe di bawah 1 tahun, bisa nunggu tekanan saham ASII mulai mereda. 

Sampai 14 Mei 2024, tekanan jual saham ASII memang masih cukup kencang, tapi investor asing mencatatkan net buy sejak 8 Mei 2024. Sebagai catatan, ketika saham ASII mulai kembali uptrend, pergerakannya akan cukup cepat hingga ke Rp5.500-an per saham. Meski, kalau kamu beli di harga saat ini, bukan berarti kamu tidak akan menerima risiko floating loss ya. 

Kamu termasuk yang ingin beli saham ASII di level harga saat ini sambil menikmati dividen dua tahun ke depan? atau mending nunggu lebih murah lagi?

Mau dapat info saham dividen jumbo serta strategi investasi dan outlook publikasi bulanan?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini