Prospek 5 Saham Kecil yang Harganya Turun, tapi Kinerjanya Menarik
Kami mengulas 5 saham kecil skala market cap di bawah Rp1 triliun yang punya peluang bangkit. Menurutmu ada yang menarik? Catatan: saham high risk ya
Mikirduit – Kami mencatat ada 5 saham thirdliner dengan market cap di bawah Rp1 triliun yang mencatatkan penurunan signifikan sepanjang tahun ini, meski kinerja keuangannya masih mencatatkan laba bersih yang positif. Lalu, apakah saham-saham ini sudah menarik dilirik. Berikut ini perhitungan peluang dan risikonya.
Highlight
- Ada 5 saham thirdliner berkapitalisasi kecil (di bawah Rp1 triliun) yang harganya turun tajam sepanjang 2025 meski masih mencatatkan laba bersih positif.
- Saham-saham ini bersifat spekulatif dengan risiko tinggi, sehingga disarankan hanya memakai alokasi modal kecil agar tidak mengganggu kebutuhan keuangan utama.
- Meskipun secara fundamental beberapa emiten masih mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba, belum ada sentimen atau momentum kuat yang bisa mendorong harga saham-saham ini naik dalam waktu dekat.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Kami memilih saham-saham yang mengalami penurunan harga saham cukup signifikan dengan market cap di bawah Rp1 triliun. Harapannya bisa menemukan saham-saham yang volatilitas cenderung bisa naik. Lalu, ada apa saja kelima saham ini?
Catatan: saham yang kami pilih ini sifatnya untuk spekulasi karena volatiltias harga yang cenderung menurun sepanjang tahun ini, serta posisi kinerja keuangan masih cukup bagus atau tidak ada masalah sama sekali. Hanya saja, karena ini saham third liner, kami saran jika mau spekulasi (yang artinya risiko sangat tinggi) gunakan alokasi modal yang bijak. Jika kamu punya modal Rp500 juta, bisa masuk Rp50 juta, jika total modal Rp100 juta bisa masuk Rp10 juta. (alokasi modal kecil di saham spekulasi sebagai salah satu manajemen risiko jika terjadi hal tidak terduga, kita punya aset yang lebih berkualitas lainnya)
Arti alokasi modal kecil di sini adalah jika ternyata terpaksa rugi, bisa menunggu lebih lama (dan tidak mempengaruhi ke kebutuhan kehidupan). Berikut ini ulasan kelima saham tersebut:
Saham MEJA
Saham MEJA sudah mencatatkan penurunan sebesar 69 persen sejak awal 2025 hingga 16 September 2025. Harga saham MEJA dari Rp400-an per saham turun menjadi di bawah Rp100 per saham hanya dalam kurang dari sebulan. Sampai akhirnya, saham MEJA disuspensi karena fluktuasi harga yang tidak wajar.
MEJA memiliki bisnis terkait dengan sektor konstruksi, desain, interior, dan pengadaan furnitur di Indonesia. Beberapa segmen bisnis perseroan antara lain, Operasional Jasa Konsultasi Desain, Jasa konstruksi Interior, dan Pengadaan Furniture.
Jika dilihat, kinerja MEJA dalam periode setiap tahunnya akan bergantung dengan permintaan dari segelintir klien. Misalnya, per kuartal II/2025, 91 persen pendapatan perseroan berasal dari PT Matrixindo Multi Kreasi dan PT Triharta Berkah Selalu, sedangkan pada periode sama tahun sebelumnya 80 persen pendapatan berasal dari BMRI dan PT Hotel Properti Indonesia.
Salah satu sumber pendapatan MEJA lainnya yang belum tercatat adalah proyek interior dengan RAJA. Manajemen MEJA mengungkapkan proyek interior dengan RAJA berpotensi masih selesai pada Maret hingga April 2026.
Di sisi lain, jika melihat kinerja kuartal II/2025, MEJA memang mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 40 persen menjadi Rp31 miliar, tapi laba bersih perseroan turun 58 persen menjadi Rp988 miliar.
Penurunan laba bersih tersebut didorong dari kenaikan beban pokok pendapatan yang didorong beban bahan baku dan tenaga kerja yang naik signifikan. Misalnya, beban bahan baku naik menjadi Rp8,17 miliar dibandingkan dengan Rp911 juta, sedangkan tenaga kerja langsung naik menjadi Rp4,82 miliar dibandingkan dengan Rp454 juta.
Salah satu momentum saham MEJA adalah mulai ramainya eksekusi waran di harga pelaksanaan Rp115 per saham dengan expire date hingga 12 Februari 2026. Secara historis, harga saham utama cenderung mendekati harga pelaksanaan waran yang lebih tinggi dari harga pasar, terutama jika ada yang eksekusi secara bertahap.
Selain itu, kami belum menemukan sentimen yang menarik dari saham MEJA, termasuk wacana aksi korporasi yang belum tentu terjadi.
Saham SPRE
Saham SPRE sudah IPO sejak setahun lalu sudah mencatatkan penurunan harga saham sebesar 58 persen sepanjang 2025 (hingga 16 September 2025).
SPRE merupakan emiten yang memproduksi matrass protabel, handuk, seprai, bed cover,sarung bantal, badan bantal hingga sarung kursi.
Kinerja SPRE hingga kuartal II/2025 tengah mengalami penurunan tipis. Pendapatan perseroan turun 4,59 persen menjadi Rp23,75 miliar, sedangkan laba bersih turun 4,24 persen menjadi Rp1,15 miliar.
Segmen pasar SPRE berada di Sumatra, terutama Riau dan Sumatra Barat yang mencakup 90 persen dari pendapatan perseroan. Salah satu produk terlarisnya adalah Sprei set, bedcover, dan badan bantal serta guling.
Secara bisnis, saham ini memiliki risiko utang berbunga yang rendah. Meski, catatanya secara twelve trailing month per kuartal II/2025, cash dari operasional bisnisnya negatif. Secara umum, cash perseroan ada Rp2 miliar.
Sejauh ini, belum ada momentum yang mungkin terjadi di saham SPRE. Kecuali, misalnya dilirik oleh produsen yang lebih besar dan ingin ekspansi di pasar Sumatra.

Saham TRUS
Saham TRUS mencatatkan penurunan harga saham hingga 45 persen sepanjang 2025 (hingga 16 September 2025).
TRUS merupakan emiten multifinacen yang menyalurkan pembiayaan untuk investasi, modal kerja, dan multiguna. Pembiayaan untuk investasi mencakup pembelian alat berat, turk, mesin cetak, Mesin-mesin industri, dan Alat Kesehatan.
Sementara itu, pembiayaan modal kerja mencakup jual dan sewa balik, anjak piutang dan fasilitas modal usaha. Lalu, perseroan juga memiliki pembiayaan multiguna yang bisa digunakan untuk pembiayaan properti, pembiayaan kendaraan bermotor, pendidikan, perjalanan, dan kebutuhan konsumtif lainnya.
Secara bisnis, saham TRUS hingga kuartal II/2025 mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 22,39 persen menjadi Rp21,57 miliar. Lalu, laba bersih perseroan turun 38,18 persen menjadi Rp7,74 triliun.
Jika dilihat dari segmen pembiayaan, produk pembiayaan investasi mencatatkan kenaikan sebesar 42,86 persen menjadi Rp270 miliar, tapi pembiayaan multiguna turun 53 persen menjadi Rp21 miliar. Meski begitu, total pembiayaan perseroan masih tumbuh 24,36 persen menjadi Rp291 miliar.
Untuk rasio keuangan, dari segi rasio pembiayaan bermasalah bersih memang mencatatkan kenaikan menjadi 1 persen dibandingkan dengan 0 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Seperti, SPRE, kami belum melihat potensi momentum untuk saham TRUS. Secara valuasi, PBV TRUS masih di bawah 1 kali, yakni sebesar 0,92 kali. Meski, valuasi itu masih lebih tinggi daripada ADMF, WOMF, dan CFIN. Namun, angka tersebut masih lebih rendah daripada FUJI dan BFIN.
Sentimen untuk saham TRUS jika adanya penurunan suku bunga bisa membuat biaya pendanaannya untuk ekspansi pembiayaan menjadi lebih rendah sehingga kinerja berpotensi membaik. Ibaratnya, TRUS jadi opsi perusahaan pembiayaan tier 2 hingga 3 dari ADMF, BFIN, CFIN, dan WOMF.
Saham VTNY
Saham VTNY mencatatkan penurunan harga saham sebesar 38,82 persen sepanjang 2025 (hingga 16 September 2025). Saham dengan bisnis utama peer to peer lending ini mulai naik 13 persen dalam 1 bulan terakhir.
Secara kinerja keuangan per kuartal II/2025, VTNY mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 18,28 persen menajdi Rp104 miliar. Dengan laba bersih bertumbuh 99 persen menjadi Rp7,39 miliar.
Lonjakan laba bersih VTNY didorong oleh penurunan cadangan penurunan nilai menjadi Rp1,5 miliar dibandingkan dengan Rp12,36 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Secara umum, VTNY ini menjadi brand Venteny di Indonesia. Selain di Indonesia, Grup VTNY juga ada di Filipina, Singapura, dan Jepang. Total, mereka memiliki 490 mitra perusahaan, 10.000 UMKM, 31.000 eksklusif employee members, dan menyalurkan pembiayaan hingga Rp5,2 triliun sampai Desember 2024 silam.
Sepanjang 2025, VTNY menargetkan bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 105 persen dan laba bersih naik 65 persen, sedangkan EBITDA naik 26 persen.
Sejauh ini, VTNY juga belum memiliki momentum yang cukup jelas. Hanya saja, secara bisnis peer to peer lending, VTNY sudah mencatatkan laba bersih dan belum ada story terkait kondisi risiko gagal bayar pendanaan. Bahkan, manajemen per Juni 2025 dengan percaya diri mengatakan perseroan akan selalu mengutamakan manajemen risiko dalam penyaluran pembiayaan tersebut agar tidak terjadi gagal bayar.
Saham NAIK
Saham NAIK telah mencatatkan penurunan sebesar 29,29 persen sepanjang tahun ini (per 16 September 2025).
Bisnis NAIK adalah penyedia produk pemadam kebakaran. Segmen marketnya mulai dari pabrik pulp and paper, power plant, gedung pemerintah, industrial, rumah sakit, dan lainnya.
Beberapa proyek yang lagi berjalan dan dikerjakan NAIK sepanjang tahun ini antara lain:
- Pabrik Nippon Paint di Purwakarta
- Grup Sinarmas - APP di Palembang dan Karawang
- LRT Jabodebek di Manggarai
- BMKG di Jakarta
- RS Pemerintah, RS UPT Vertikal Papua, dan RSUD Surabaya Timur
Selain itu, sejak listing pada 13 November 2024, waran NAIK (NAIK-W) mulai dieksekusi dengan harga pelaksanaan Rp135 per saham. Harga pelaksanaan itu juga sudah lebih rendah daripada harga pasar yang sudah tembus Rp140 per saham. Tanggal expired NAIK-W pada 14 Mei 2026
Dari sisi kinerja keuangan per kuartal II/2025, NAIK mencatatkan kinerja yang cukup fantastis. Pendapatan NAIK tumbuh 27 persen menjadi Rp102 miliar.
Pendapatan NAIK cukup bervariatif dengan tiga pemain besar dengan porsi melebihi 10 persen dari pendapatan bersih antara lain PT Riau Andalan Paperboard (RAPP) senilai Rp15 miliar, serta PT Hutama Karya (Persero) senilai Rp12 miliar.
Laba bersih NAIK juga meningkat 55 persen menjadi Rp14 miliar. Kenaikan laba bersih lebih agresif karena adanya penurunan beban lain-lain maupun keuangan yang cukup signifikan saat pendapatan naik tinggi.
Saham NAIK juga belum ada momentum lainnya yang cukup kuat. Apalagi, saham ini belum genap setahun IPO di BEI sehingga volatilitas harganya masih cukup tinggi.
Kami Telah Merilis 19 Saham Bottom Fishing dari Mikro hingga Middle Caps yang Menarik Dilirik di Update Stock Digest Mikirsaham.com Terbaru
Join mikirsaham untuk mendapatkan detail plan investasi saham. Kamu juga bisa diskusi saham real-time, insight saham yang menarik, hingga pilihan saham bulanan. Mau dapat list lengkapnya sekaligus konsultasi dengan Mikirduit? yuk join Mikirsaham sekarang juga dengan klik di sini dan dapatkan semua benefit ini:
- Pilihan saham dividen, value, growth, dan contrarian
- Kamu bisa tanya lebih detail alasan pemilihan saham tersebut
- Curhat soal kondisi porto-mu
- Update perkembangan market secara real-time
- Konfirmasi isu yang kamu dapatkan dan impact-nya ke saham terkait
Semua itu bisa didapatkan dengan gabung Mikirsaham, Join sekarang dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini
