Perusahaan Jepang Teken Kerja Sama 200 Juta Dolar AS dengan Perusahaan Telko Indo, Begini Efek ke WIFI

Ada kabar hangat meski cuma dihangatkan, yakni perusahaan Jepang teken kerja sama dengan perusahaan telko Indo senilai 200 juta dolar AS. Lalu, apa hubungannya dengan WIFI?

saham wifi

Mikirduit – Harga saham WIFI kembali naik selaras dengan kabar Docomo dan NEC yang akan menandatangani kesepakatan infrastruktur telekomunikasi senilai 200 juta dolar AS atau setara Rp3,3 triliun dengan salah satu perusahaan telekomunikasi Indonesia yang ditenggarai adalah WIFI. Begini efeknya ke saham WIFI

Highlight
  • Kerja sama WIFI dengan Orex Sai (joint venture Docomo–NEC) senilai $200 juta menandai masuknya teknologi telekomunikasi Jepang ke pasar Asia Tenggara, sekaligus membuka peluang WIFI mendapatkan dukungan pendanaan dari Jepang.
  • WIFI kini berada di persimpangan antara peluang dan risiko, karena harus mengelola kolaborasi besar dengan Jepang, Huawei, dan Qualcomm dalam proyek jaringan internet cepat berbasis FWA yang ekosistemnya masih terbatas di Indonesia.
  • Potensi subsidi dari pemerintah Jepang bisa menjadi angin segar bagi WIFI, namun masih banyak detail yang belum jelas dari bisnis FWA emiten yang dimiliki Hashim Djojohadikusumo tersebut.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Dalam berita yang ditulis oke Deal Street Asia, Orex Sai yang merupakan perusahaan patungan antara NTT Docomo dan NEC telah menandatangani perjanjian ekspor infrastruktur teknologi telekomunikasi senilai 200 juta dolar AS ke Indonesia. Nantinya, ini akan digunakan untuk pembangunan jaringan internet berkecepatan tinggi yang ditargetkan selesai pada 2026. 

Orax Sai akan mengekspor yang kami perkirakan sebagai Hardware infrastruktur pendukung internet cepat ke Indonesia kepada WIFI, sebagai pemenang lelang frekuensi 1,4 GHz region 1. 

Kabarnya, Orex Sai menargetkan telah mengamankan pesanan ekspor tambahan senilai 100 miliar yen atau setara Rp10 triliun untuk ke depannya. (di luar 200 juta dolar AS sebelumnya) Nilai itu setara 20 persen dari rencana investasi WIFI di bisnis internet cepat yang ekspektasinya mencapai Rp54 triliun.

Di sisi lain, pemerintah Jepang akan bekerja sama dengan proyek percobaan telekomunikasi lokal di Indonesia dengan memberikan subsidi untuk pengadaan peralatan selama tahun fiskal 2025. Namun, belum ada kejelasan apakah subsidi itu termasuk untuk ekspor 200 juta dolar AS ke WIFI atau tidak.

Sebelumnya, NTT East Japan telah menjadi pemegang 49 persen saham di PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE). Dalam skemanya, aksi akuisisi senilai Rp4 triliun itu ada yang diproses dalam bentuk non-cash component yang bisa jadi hubungannya dengan transaksi senilai Rp3 triliun untuk ekspor Hardware infrastruktur pendukung ke WIFI.

Selain dengan pihak Jepang, WIFI juga bekerja sama dengan Huawei untuk proyek internet FWA tersebut. Huawei akan mendukung pengembangan Hardware infrastruktur pendukung dari jaringan inti, radio, serta customer premises equipment (CPE).

Dalam proses pengembangan hardware-nya, WIFI juga bekerja sama dengan perusahaan semi konduktor, yakni Qualcom Technologies yang menyediakan platform chip Qualcom Dragonwing. 

Lalu, apa fakta baru dari narasi ini? sebenarnya ini baru realisasi dari narasi-narasi yang sudah diungkap sebelumnya sejak pertengahan tahun ini. 

Menariknya, pihak Jepang dan China bersaing untuk masuk ke teknologi FWA di Indonesia. Keberhasilan Orex SAI mendapatkan pesanan teknologi infrastruktur dari WIFI menjadi rekor pertama kalinya teknologi telekomunikasi Jepang masuk ke pasar Asia Tenggara yang selama ini didominasi oleh Huawei. Meski, WIFI juga bekerja sama dengan Huawei.

Namun, bagi Jepang, langkah masuk ke Indonesia ini menjadi upaya untuk masuk ke pasar Asia Tenggara lainnya, seperti Filipina dan Kamboja.

Pemerintah Jepang juga memberikan relaksasi untuk mendukung ekspansi global perusahaan Jepang. Salah satunya memberikan pendanaan kepada mitra lokal seperti WIFI yang memesan infrastruktur telekomunikasi dari Jepang. Nantinya, pendanaan akan diberikan dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan Fund Corporation for The Overseas Development of Japan's ICT & Postal Service.

Efek ke Saham WIFI

Agar tidak salah persepsi, kami menilai tidak ada indikasi suntikan dana baru dalam transaksi yang baru diumumkan ini. Meski begitu, lewat kerja sama dengan Orex Sai, WIFI punya peluang mendapatkan funding dari Jepang untuk memenuhi kebutuhan proyek internet cepatnya.

Di sisi lain, tantangan dari penerapan teknologi FWA yang dilakukan WIFI ini adalah risiko ekosistem yang belum tersedia. Untuk itu, WIFI bekerja sama dengan berbagai penyedia platform mulai dari Orex Sai, Huawei, hingga Qualcomm untuk menciptakan ekosistemnya. Dalam proses ini bisa jadi pedang bermata dua, WIFI bisa jadi pelopor sukses atau malah tertatih-tatih karena biaya yang cukup tinggi.

💡
Dapatkan Tools Analisis Saham Paling Cocok Untuk Investor Ritel serta Pilihan Saham Indonesia hingga AS dengan AI bersama Investing Pro. Dapatkan Promo Spesial Dari Mikirduit dengan Klik di sini

Harapannya, Jepang mengaku akan memberikan subsidi untuk pesanan yang dilakukan di 2025 (artinya dalam tahap awal pengembangan jaringan FWA ini). Hal ini bisa jadi angin segar bagi WIFI yang juga harus menanggung biaya frekuensi setara 3 kali lipat pada tahun pertama. Namun, skema subsidinya masih belum jelas dan apakah WIFI mendapatkannya atau tidak.

Ketidakpastian ini membuat angka biaya per homepass atau homeconnect belum bisa diutarakan oleh manajemen.

Selain biaya cost per home pass atau home connect, salah satu misteri selanjutnya adalah dalam pengembangan FWA ini, berapa persen porsi WIFI dan partner seperti NTT East yang memiliki 49 persen saham di IJE. Sayangnya, laporan keuangan kuartal kedua IJE yang ada di IDX (karena ada penerbitan obligasi dan setelah perubahan kepemilikan masuknya NTT EAST) tidak bisa diunduh, serta tidak tersedia di website-nya.

Perhitungannya bakal cukup rumit karena kita belum mengetahui penyedia FWA akan ditempatkan di anak usaha yang mana, serta keterlibatan IJE dalam FWA akan sejauh apa untuk menghitung kontribusi laba WIFI di IJE yang senilai 51 persen, sedangkan NTT Easr sebesar 49 persen.

Apalagi, jika dilihat kinerja telekomunikasi WIFI mayoritas didapatkan dari IJE. Jika ada pembagian bagian kinerja karena split kepemilikan bisa mempengaruhi kinerja WIFI.

Peluang dan Risiko Saham WIFI Setelah Menang Lelang Frekuensi 1,4 Ghz
Akhirnya, saham WIFI memenangkan lelang frekuensi 1,4 Ghz region 1 untuk Jawa, Maluku, dan Papua. Lalu, bagaimana peluang dan risiko nasib saham WIFI selanjutnya?

Kesimpulan

Dengan adanya pemberitaan terbaru tersebut, peluang WIFI sebagai importir teknologi infrastruktur teknologi Jepang bisa dapat karpet merah pendanaan yang detail cost-nya belum diketahui. Risikonya, bagaimana perkembangan kinerja WIFI yang akan merilis produk FWA-nya pada kuartal I/2026. Perkembangan kinerja ini tidak hanya mencatat berapa revenue konversi, tapi juga seberapa besar biaya-nya dalam membangun berbagai ekosistem infrastruktur untuk 1,4 Ghz FWA tersebut.

Kalau mau mendapatkan insight saham sambil diskusi secara real time bersama founder Mikirduit, yuk join Mikirsaham

kamu bisa mendapatkan insight untuk mempermudah investasi saham-mu dengan join Mikirsaham Pro.

Benefit Mikirsaham Pro:

  • Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
  • Stockpicking swing trade mingguan (khusus member mikirsaham elite jika kuota masih tersedia)
  • Insight saham terkini serta action-nya
  • IPO dan Corporate Action Digest
  • Event online bulanan
  • Grup Diskusi Saham

Join ke Member Mikirsaham Pro sekarang juga dengan klik link di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini