Penyebab Saham DMAS Turun 33 Persen Dalam 3 Tahun Terakhir

Saham DMAS dikenal salah satu saham dividen, tapi dalam 3 tahun terakhir harga sahamnya anjlok. Kira-kkira, apa yang menyebabkannya ya? simak selengkapnya di sini

Penyebab Saham DMAS Turun 33 Persen Dalam 3 Tahun Terakhir

Mikirduit – PT Puradelta Lestari Tbk. atau saham DMAS, yang merupakan bagian dari Grup SInarmas, mencatatkan penurunan harga yang cukup signifikan sejak pandemi Covid-19 di 2020. Bagaimana prospek saham kawasan industri ini ke depannya, serta kenapa tren harga sahamnya terus turun padahal rutin bagi dividen jumbo secara tingkat yield-nya? 

Dalam 3 tahun terakhir, harga saham DMAS sudah turun sebesar 33,2 persen dari level tertingginya yang ada di sekitaran Rp200-an per saham. Secara valuasi price to earning ratio annualized, harga saham DMAS sudah di bawah rata-rata 5 tahunnya sebesar 9,69 kali. Meski, nominal ini akan terdistraksi dengan pendapatan delay perseroan yang membuat kinerja di kuartal III/2023 jeblok. Namun, jika melihat price to book value-nya juga sudah di bawah rata-rata 5 tahunnya sebesar 1,34 kali.

Secara kinerja keuangan, tren dalam 3 tahun terakhir memang cenderung turun setelah DMAS mencapai pendapatan tertinggi sejak IPO pada 2012 senilai Rp2,62 triliun pada 2020. Namun, sejak 2022, ada pola pendapatan dan laba bersih DMAS kembali naik. Lalu, apa yang membuat saham ini koreksi 33 persen sepanjang 3 tahun terakhir? 

Salah Satu Sorotan untuk Saham DMAS

Ada satu hal yang menjadi perhatian kami terhadap saham DMAS, yakni jumlah land bank atau persediaan tanah yang belum dikembangkan terus tergerus. Pada 2019, DMAS mencatatkan punya land bank seluas 7,36 juta meter persegi. Kini, luas land bank DMAS hanya sekitar 2,79 juta meter persegi. 

Sementara itu, porsi pendapatan berulang DMAS dari sewa dan hotel baru mencapai 2 persen dari total pendapatan. Hal ini jelas cukup berisiko bagi perusahaan properti atau kawasan industri. 

Namun, sorotan kami ini bisa terbantahkan. Dalam public expose akhir 2023 kemarin,manajemen DMAS mengungkapkan, perseroan memiliki target pembebasan lahan yang berada di area Kota Deltamas. Namun, proses pembebasan lahan tersebut masih bersifat confidential hingga terjadinya transaksi. 

Sementara itu, landbank yang belum dikembangkan diperkirakan masih cuku untuk 10-15 tahun mendatang di area residensial maupun komersial. Untuk area industri diperkirakan cukup hingga 5 tahun ke depan. 

Dalam jangka pendek, DMAS masih punya potensi mendapatkan pendapatan signifikan dari tanah yang sedang dikembangkan seluas 6,71 juta meter persegi.

Tren Target Marketing Sales DMAS

Selain landbank, kami juga melihat ada tren penurunan target marketing sales di DMAS. Meski, tren penurunan ini terjadi karena adanya lonjakan kenaikan marketing sales pada 2019. 

DMAS menargetkan marketing sales di 2019 hanya tumbuh Rp1,25 triliun. Namun, ternyata perseroan mampu mencatatkan realisasi 237 persen di atas target, yakni Rp2,97 triliun. Kala itu, DMAS kebanjiran permintaan lahan industri dari sektor otomotif dan pendukungnya, serta industri pangan. 

Jika dilihat salah satu kontributor terbesar ke pendapatan DMAS di 2019 itu datang dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, perusahaan konsorsium yang bangun kereta cepat. Perusahaan itu berkontribusi sebesar 38,22 persen terhadap pendapatan DMAS senilai Rp485 miliar. 

Selain itu, ada juga permintaan lahan industri dari produsen es krim asal China, Joyday, yang berkontribusi sebesar 24,77 persen terhadap pendapatan DMAS saat itu senilai Rp314 miliar.

Dari pencapaian luar biasa itu, DMAS menaikkan target marketing sales di 2020 menjadi Rp2 triliun. Hasilnya, perseroan kembali melebihi target sebesar 119 persen setelah mencatatkan marketing sales Rp2,39 triliun. Meski, secara nominal realisasi mengalami penurunan. Sampai akhirnya, di 2021, DMAS gagal mencapai target marketing sales Rp2 triliun setelah hanya merealisasikan Rp1,76 triliun. 

Di sini, target marketing sales DMAS diturunkan menjadi Rp1,8 triliun hingga target 2023. Sejauh ini, manajemen pun masih optimistis bisa mencapai target marketing sales Rp1,8 triliun dengan realisasi hingga September 2023 senilai Rp1,37 triliun. Namun, jika hanya mencapai Rp1,8 triliun, berarti secara bisnis, tren pertumbuhannya cenderung stagnan. 

Namun, jika melihat realisasi DMAS di kuartal III/2023, perseroan mencatatkan permintaan yang cukup tinggi dari PT Daikin Industries Indonesia senilai Rp510 miliar atau setara 53 persen dari total pendapatan perseroan. Lalu, secara pertumbuhan marketing sales di kuartal III/2023 juga naik tipis 3 persen menjadi Rp1,37 triliun. 

Dalam keterangan resmi pada 24 November 2023, Direktur DMAS Tondy Suwanto mengatakan beberapa sektor industri yang mencatatkan permintaan tinggi untuk lahan industri sebesar 35 persen dari data center. Lalu, ada juga sektor lainnya seperti fast moving consumer goods (FMCG), logistik, dan otomotif. "Saat ini, permintaan lahan industri masih cukup tinggi, sekitar 90 hektar atau sekitar 900.000 meter persegi.

Manajemen DMAS pun menyebutkan tren permintaan lahan industri untuk sektor data center masih berlanjut pada 2024. Dari total permintaan yang ada di 2024, 30 persen berasal dari sektor tersebut. “Kami mendedikasikan 1 area khusus untuk data center yang bisa mengakomodasi kebutuhan sektor tersebut seperti, bersifat tertutup, terjaga, disupport fiber optic berkapasitas besar, dan fasilitas listrik premium,” ujarnya.

Peluang Saham Kawasan Industri Indonesia Meroket
Saham kawasan industri disebut dapat berkah dari investasi otomotif, logistik, dan data center. Bagaimana prospek saham kawasan industri ke depannya?

Kesimpulan

Kami menilai tekanan harga saham DMAS lebih disebabkan oleh tren marketing sales yang cenderung turun dari kenaikan signifikan pada 2019. Awalnya, kami memperkirakan hal ini disebabkan tren PMI manufactur yang berada tipis di atas 50. (di atas 50 ekspansi, di bawah 50 kontraksi). Namun, setelah melihat trennya, tidak ada hubungan signifikan karena tren PMI manufacturing di Indonesia cenderung di atas 50 tipis-tipis, kecuali saat pandemi Covid-19 yang sempat kontraksi. 

Artinya, memang permintaan di 2019 besar karena ada proyek besar dari kereta cepat dan juga pabrik es krim asal China. Dengan begitu, jika tren permintaan data center terus meningkat, berarti bisa mendorong kinerja DMAS kembali positif. 

Di luar itu, salah satu yang bisa menjadi katalis positif untuk DMAS selanjutnya adalah pengumuman penyelesaian pembebasan lahan baru di area Deltamas. Ini bisa menambah jumlah landbank DMAS yang kian susut setidaknya dalam 5 tahun terakhir. 

Terakhir, salah satu faktor terbesar adalah posisi suku bunga. Dengan posisi suku bunga tinggi, efeknya ke saham kawasan industri adalah permintaan ekspansi pabrik dan sebagainya cenderung terbatas. Dengan ada potensi penurunan suku bunga, ada potensi ekspansi pabrik dan sektor lainnya menggeliat yang membuat permintaan untuk DMAS bisa jadi menarik.

Dengan semua prospek itu, posisi harga saham DMAS saat ini jelas sudah menarik. Meski, jika masuk sekarang bukan berarti akan langsung naik tinggi, tapi ada potensi sideways hingga sedikit floating loss sampai nantinya realisasi pendapatan kembali pulih serta adanya tambahan landbank yang lagi diproses perseroan.

Mau dapat guideline saham dividen 2024-2025?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini