Peluang dan Risiko Aksi Right Issue Saham INET dan WIFI

Saham INET dan WIFI kompak lagi merencanakan aksi right issue dengan tujuan ekspansi fiber to the home. Apakah harga sahamnya bisa meroket atau membumi?

saham INET dan WIFI

Mikirduit – Dua saham yang punya hubungan bisnis INET dan WIFI lagi merancang aksi right issue. Namun, pergerakan harga saham keduanya malah kurang tenaga setelah mengumumkan rencana right issue. Bagaimana prospek keduanya?

INET mengumumkan rencana penerbitan 12,8 miliar lembar saham baru pada Mei 2025. Jumlah saham baru yang diterbitkan oleh INET itu hampir dua kali lipat dari jumlah lembar saat ini yang sekitar 7,6 miliar lembar. 

Jika INET menetapkan harga pelaksanaan di Rp100 per saham, berarti total dana yang dihimpun bisa mencapai Rp12,8 triliun. Namun, kami menilai dengan nominal saham Rp10, berarti harga pelaksanaan berpotensi di bawah Rp100 per saham. Jika itu terjadi kemungkinan berada di Rp50 per saham dengan target dana sekitar Rp6 triliun atau tidak jauh dari target dana WIFI. 

Soalnya, rencana penggunaan dana right issue oleh INET ini hampir mirip seperti WIFI, yakni untuk membangun jaringan fiber to the home (FTTH) yang ditargetkan bisa menjadi 2 juta homepass dalam 3 tahun ke depan. Selain itu, dananya juga digunakan untuk proyek jaringan fiber optik bawah laut.

Efek dari penerbitan saham baru dalam jumlah besar tersebut adalah penyesuaian harga teoritis yang cukup signifikan, terutama jika harga pelaksanaannya jauh di bawah harga pasar. 

Kami membuat simulasi harga teoritis INET jika menggunakan harga pelaksanaan Rp50 per saham dan Rp100 per saham

  • Jika harga pelaksanaan Rp100 dengan asumsi harga pasar Rp160 per saham, berarti harga teoritis sekitar Rp120 per saham
  • Jika harga pelaksanaan Rp50 dengan asumsi harga pasar Rp160 per saham, berarti harga teoritis di Rp90 per saham

Namun, periode eksekusi right issue saham INET masih cukup jauh karena saat ini masih menunggu periode RUPSLB 12 Juni 2025. Jika melihat jejak WIFI yang meminta persetujuan RUPSLB pada semester II/2024 dan baru menunggu efektif bulan Juni 2025, berarti butuh waktu lebih dari 6 bulan setelah RUPSLB untuk eksekusi right issue-nya.

Adapun, dalam rencana ekspansi FTTH 2 juta homepass, INET menghitung total biaya sekitar Rp240.000 per homepass untuk jasa kontraktor pembangunan. Sehingga untuk membangun 2 juta homepass butuh sekitar Rp240 miliar. 

Manajemen INET mengatakan, untuk membangun homepass, INET sebagai jasa kontraktor akan mengeluarkan modal Rp240.000 per homepass, tapi secara keseluruhan biaya termasuk perangkat sekitar Rp1 juta per homepass.

"Kami hanya mengeluarkan biaya jasa kontraktor, sedangkan untuk perangkat akan ditanggung oleh klien kami," ujarnya dalam public expose.

Untuk proyek submarine cable (kabel bawah laut), perseroan engah menyusun kontrak untuk sewa kabel bawah laut. Nilai investasinya ditaksir Rp200 miliar - Rp300 miliar untuk utilisasi selama 15 tahun. Kapasitas kabel bawah lautnya disebut mencapai 20.000 Gbps.

Terkait rencana right issue, INET menjelaskan perseroan tengah berdiskusi dengan beberapa investor yang bersedia menjadi standby buyer.

Rencana Right Issue Saham WIFI

Berbeda dengan INET, Rencana right issue WIFI tinggal menunggu keputusan efektif dari OJK yang ditargetkan rampung pada 3 Juni 2025.

Dalam right issue kali ini, WIFI menerbitkan 2,9 miliar lembar saham baru di harga Rp2.000 per saham. Target dana yang dihimpun sekitar Rp5,8 triliun. Adapun, jumlah lembar saham baru yang diterbitkan WIFI juga lebih dari 100 persen jumlah lembar saham saat ini yang sebanyak 2,4 miliar lembar saham. 

Meski begitu, harga saham WIFI terus terjaga di area Rp2.000 per saham sesuai dengan harga pelaksanaan-nya. Sehingga risiko harga teoritis lebih rendah. Dalam kondisi ini, ada beberapa kemungkinan yang terjadi:

  • Harga saham WIFI dijaga di Rp2.000-an per saham agar publik tidak eksekusi sepenuhnya saham baru dan bisa diberikan ke investor strategis. Soalnya, kalau harga diangkat naik cukup tinggi, ada risiko eksekusi right issue di investor ritel meningkat.
  • Harga saham WIFI dijaga di Rp2.000-an per saham agar investor ritel masih menilai harga right issue cukup make sense untuk di-eksekusi sehingga penyerapan saham baru tetap optimal. Jika harga saham WIFI turun ke bawah Rp2.000 per saham, bisa membuat eksekusi right issue dari investor ritel menjadi tidak optimal.

Dalam right issue kali ini, pengendali WIFI, yakni PT Investor Sukses Bersama telah mengumumkan akan mengambil hak saham barunya. Namun, tidak ada pembeli siaga yang pasti dalam right issue ini.

Perseroan hanya menulis dalam prospektus jika ada saham baru yang tidak dieksekusi akan diberikan ke pemegang hak beli saham baru lainnya yang memesan lebih banyak. Artinya, jika tidak ada investor strategis dan investor ritel tidak eksekusi saham baru secara optimal, penghimpunan dana WIFI juga tidak maksimal.

Kondisi itu jelas menjadi risiko untuk saham WIFI yang memiliki rencana ekspansi dari dana Rp5,8 triliun tersebut. WIFI berencana menggunakan dana Rp5,8 triliun untuk proyek jaringan 4 juta homepass di pulau Jawa yang dijalankan oleh PT Integrasi Jaringan Ekosistem. Sisa dana akan digunakan untuk modal kerja anak usahanya tersebut juga.

Saham CUAN Stock Split 1:10, Dejavu PTRO atau Nggak Nih?
Saham CUAN mengumumkan rencana stock split 1:10 yang membuat harganya naik dan dejavu dengan yang terjadi di PTRO. Kira-kira gimana prospeknya ya?

Korelasi Aksi Right Issue INET dan WIFI

Jika mengacu ke laporan keuangan, hubungan antara INET dan WIFI dianggap pihak ketiga. Statusnya WIFI adalah klien dari INET. Hingga kuartal I/2025, INET masih punya utang usaha Rp2,66 miliar ke IJE, anak usaha WIFI. Sementara itu, WIFI mencatat jika INET masih punya piutang usaha yang harus dibayar sekitar Rp8 miliar. 

Selain itu, dari dua aksi right issue INET dan WIFI memiliki kesamaan terkait pembangunan jaringan Fiber to the home (FTTH) dengan status INET sebagai jasa kontraktor dan WIFI yang menyediakannya. Walaupun, INET juga membangun PT Internet Anak Bangsa untuk bisnis provider internet tersebut. 

Fakta menariknya selaras juga dengan penjelasan manajemen INET di public expose jika biaya pembangunan satu home pass sekitar Rp1 juta untuk keseluruhan, termasuk perangkat pasif dan aktif. Dengan target, INET bakal mengerjakan 2 juta homepass tersebut, yang berpotensi berhubungan dengan proyek homepass WIFI sekitar 4 juta. 

Kesimpulan

Risiko dalam aksi right issue keduanya adalah tidak adanya pembeli siaga. Jika ritel tidak berminat masuk, berarti ada risiko dana yang dihimpun menjadi tidak optimal. Pasalnya, kedua saham tersebut memiliki porsi publik yang cukup besar, yakni INET sebesar 31 persen dan WIFI sekitar 49 persen (Dengan memperhitungkan Djoni termasuk bagian dari investor publik). 

Sementara itu, right issue jumbo tanpa investor strategis dan porsi publik cukup besar juga menjadi pertanyaan karena berarti emiten tersebut sangat butuh partisipasi investor ritel untuk menghimpun dananya. 

Ditambah, keduanya juga menanti lelang jaringan 1,4 Ghz untuk 5G yang kabarnya dilaksanakan pada Juni 2025. Masalahnya, jika kalah lelang, berarti cerita program WIFI dan INET ini bisa menjadi cerita yang lebih panjang untuk bisa merealisasikannya.

Butuh diskusi saham real time bersama ratusan investor hingga pilihan saham murah menarik setiap bulan?

Kamu bisa diskusi dan tanyakan dengan Join membership Mikirsaham (dulu bernama Mikirdividen) dan dapatkan benefit:

  • Pilihan saham value-growth investing bulanan
  • Pilihan saham dividen yang potensial
  • Insight saham komprehensif serta actionnya
  • IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
  • Diskusi saham dan rekap diskusinya
  • Event online bulanan
  • Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan

Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini