Merasa Rugi di GJTL Gara-gara Lo Kheng Hong, Baca Ini Segera

Siapa yang kecewa berat ekspektasi beli GJTL agar bisa kayak Lo Kheng Hong, eh malah rugi parah. Kamu lebih baik baca ini sebelum ngamuk-ngamuk ya.

Merasa Rugi di GJTL Gara-gara Lo Kheng Hong, Baca Ini Segera

Mikirduit – Siapa yang mikir ketika ngikutin saham Lo Kheng Hong kok malah jadi rugi terus ya. Padahal, sang investor legendarisnya malah untung katanya. Siapa yang salah? apakah Lo Kheng Hong yang salah karena jualan nggak bilang-bilang? saya akan ulas di sini.

Dalam sebulan terakhir, saham PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) telah turun sekitar 30 persen. Sampai akhirnya, melihat beberapa orang di komunitas seperti kesal dengan Lo Kheng Hong dan mendengar kabar dia jual di harga tinggi. Apakah harga saham GJTL jatuh karena Lo Kheng Hong jualan? lalu, apakah beberapa orang yang rugi di GJTL juga gara-gara Lo Kheng Hong?

Jika melihat catatan KSEI atas kepemilikan saham 5 persen di website IDX, Lo Kheng Hong menjual GJTL secara bertahap.

Pertama, 10 Juli 2023, Lo Kheng Hong menjual sekitar 4,87 juta lembar saham GJTL sehingga porsi kepemilikannya di GJTL menjadi tersisa 5,03 persen dari sebelumnya 5,17 persen.

Kedua, 11 Juli 2023, Lo Kheng Hong sudah keluar dari daftar pemegang saham di atas 5 persen. Dari data yang disampaikan CNBC Indonesia pada 20 Juli 2023, Lo Kheng Hong masih memiliki GJTL hanya saja porsi kepemilikannya menjadi 4,8 persen.

Lalu, apakah harga saham GJTL turun dan beberapa investor ritel rugi gara-gara Lo Kheng Hong?

Alasan Kenapa Kamu Rugi dan Lo Kheng Hong Cuan

Jika ada pemegang saham yang memiliki porsi besar dan melakukan penjualan, terutama di saham seperti GJTL yang bisa dibilang tidak terlalu likuid. Maka efeknya adalah turunnya cukup drastis. Untuk itu, ketika Lo Kheng Hong mau take profit, dia melakukan secara bertahap. Soalnya, bakal susah kalau langsung sekali jual.  

Namun, jika si pemegang saham besar bisa keluar di harga tinggi, artinya ada investor lain yang bersedia membelinya di harga tinggi. Nah, investor atau trader yang beli di harga tinggi ini bak diguyur.

Pertanyaannya, siapa yang salah ketika ada orang yang mau jualan, eh ada yang mau nampung beli saat harga tinggi? Ya yang salah adalah keputusan membeli di harga tinggi tersebut. Masa yang salah, yang punya saham, apalagi yang punya saham juga nggak pernah ngajak untuk beli juga kan?

saya menilai kesalahan investor dan trader yang borong saham GJTL di harga tinggi itu memiliki beberapa alasan kuat untuk nekat membeli.

Pertama, itu saham lagi naik-naiknya dan ada tanda retrace atau koreksi sesaat. Di sini, secara psikologis pasti ada yang merasa kayaknya GJTL bisa naik lagi apa lagi sektor otomotif lagi oke.

Kedua, faktor pendukungnya adalah ini saham Lo Kheng Hong, pasti bisa naik semua nih. Lagi momennya juga kan.

Siapa yang memikirkan dua hal ini saat beli saham GJTL di harga tinggi?

Jika iya, ya itulah kesalahan kenapa kamu bisa rugi, tapi Lo Kheng Hong untung di saham GJTL tersebut. [asumsi saya, Lo Kheng Hong melakukan take profit ya di Juli 2023 kemarin]

Jadi, Bagaimana Agar Bisa Cuan Seperti Lo Kheng Hong?

Kesalahan secara keseluruhan dari investor ritel yang beli GJTL di harga tinggi adalah mereka tidak memperhitungkan di harga berapa Lo Kheng Hong beli saham tersebut. Kalau masalah jual saham GJTL, ya itu terserah Lo Kheng Hong, kan dia yang punya saham dan melakukan analisis. Mungkin, saat dia jualan pas perkiraan saatnya take profit atau memang lagi butuh aja uangnya.

Lagipula, jika kamu mengaku pengagum Lo Kheng Hong, harusnya menggunakan pola pikir seperti yang sering disebutkannya, yakni beli mercy harga bajaj. Ya udah, pakai aja prinsip itu, bukan mengikuti apa yang dia beli.

Agar bisa menjadi kayak Lo Kheng Hong, kita harus menciptakan formula sendiri di mana setiap melakukan beli saham, kita sudah tahu alasannya apa dan sampai di mana kita akan hold saham tersebut.

Misalnya, saya hanya akan beli saham berkualitas dengan indikator margin keuntungan yang tebal, pencapaian laba bersih dari operasional bisnis sangat konsisten, kas masih ada, bisnis sulit ditiru oleh pendatang baru, dan terpenting dividen. Dari situ, saya menemukan satu saham potensial pada medio 2019, yakni PT Selamat Sempurna Tbk. (SMSM).

Alasannya, seperti yang sudah saya ulas dalam artikel Belajar dari Kesalahan Dana Pensiun Taspen dalam Investasi Saham di sini. SMSM ini punya margin tebal, laba konsisten bertumbuh dan penggeraknya adalah operasional bisnis, serta bagi dividen 4 kali setahun. Hasilnya, saya cukup puas pegang di harga  Rp1.200 per saham.

Pertanyaannya, jika kamu beli sekarang di harga Rp2.000-an per saham, dengan mengasumsikan alasannya karena mengikuti tulisan ini. Jika harga saham SMSM balik ke Rp1.200, apakah yang salah saya yang sudah menulis seperti rekomendasi itu?

Tentu tidak, kecuali saya terang-terangan mengajak, eh yok beli saham SMSM ini bagus banget, eh ternyata busuk. Wah itu baru deh, saya namanya pompom dan ngajak kamu semua cuci piring.

Jadi kesimpulannya, buatlah formula sendiri untuk memilih saham, sehingga kamu sudah punya alasan kenapa beli itu dan akan hold sampai mana. Semuanya balik lagi, analisis sendiri.

Analisismu bisa dibantu dengan informasi yang ada di berita, dan beberapa riset yang sering dibikin Mikirduit.com juga. Ingat, petikan informasi itu dibaca dan dianalisis bukan ditelan mentah-mentah ya.

Jangan sampai terjebak informasi menipu seperti kabar PT BPD Bank Banten Tbk. (BEKS) mau diakuisisi Amazon. Padahal, BEKS cuma menggunakan layanan cloud-nya Amazon, yakni AWS. Nah, jangan kemakan rumor seperti ini, dan di sini, kami Mikirduit akan membantu filter rumor-rumor yang kurang logis seperti itu ya.

💡
Lagian, kalau mau ekspansi bank digital, ngapain coba Amazon akuisisi BPD. Hehe..

Jadi, kamu yang merasa rugi di GJTL sudah tahu kan kesalahannya di mana?