Menakar Potensi dan Risiko ADMR Jelang Operasional Smelter Aluminium
Saham ADMR semakin dekat untuk melaunching smelter aluminiumnya, kira-kira seberapa menarik prospek saham ADMR setelah smelter-nya rampung. Begini, gambaran untung dan risikonya

Mikirduit – Salah satu momentum yang ditunggu dari Grup Adaro adalah rencana rampungnya smelter aluminium milik ADMR yang diperkirakan berkisar September - Desember 2025. Memang bagaimana prospek ADMR jika smelter sudah rampung?
Highlight
- Smelter aluminium ADMR yang ditargetkan rampung akhir 2025 berpotensi menjadi game changer dengan kontribusi pendapatan signifikan, bahkan bisa menggandakan revenue tahunan.
- Meski prospek pendapatan besar, margin keuntungan berisiko tertekan akibat biaya distribusi bahan baku, ketergantungan listrik dari batu bara sebelum PLTA selesai, serta potensi kompetisi dari pemain baru.
- Dalam jangka menengah panjang, peluang pertumbuhan ADMR tetap menarik karena permintaan aluminium global meningkat, terutama dari sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
ADMR sudah mengerjakan proyek smelter aluminium sejak 2022 (atau 1 tahun setelah IPO), artinya sudah berjalan kurang lebih 3 tahun. Smelter aluminium ini bakal menjadi smelter pertama di Indonesia. Nantinya, smelter ini akan mengolah alumina menjadi aluminium.
Nilai investasi smelter aluminium ADMR ini diperkirakan sekitar Rp50 triliun, termasuk ongkos membangun PLTA, pembangkit listrik tenaga air yang diproyeksikan rampung pada 2030.
Dalam perkembangannya, ADMR menekankan rencana operasional bertahap sesuai target pada akhir 2025. Nantinya, smelter aluminium yang ditargetkan punya kapasitas produksi hingga 1,5 juta ton aluminium ingot per tahun ini akan memproduksi sekitar 500.000 per tahun untuk tahap pertama. Lalu, produksi tahap awal di sisa tahun 2025 (setelah rampung) ditargetkan bisa 100.000 ton.
ADMR akan terus mengembangkan kapasitas dalam fase pengembangan berikutnya hingga bisa mencapai 1,5 juta ton per tahun yang ditargetkan pada 2027.
Ekosistem Smelter Aluminium ADMR
Smelter ADMR ini berada di bawah PT Kalimantan Aluminium Industry, yang posisi cucu usaha ADMR melalui PT Alamtri Indo Aluminium.
Dalam perkembangannya, Kalimantan Aluminium Industry ini dimiliki oleh Alamtri Indo Aluminium sebesar 65 persen, Aumay Mining sebesar 22,5 persen, dan CITA sebesar 12,5 persen. CITA adalah salah satu penambang bauksit yang sudah memiliki smelter dan mengolahnya menjadi alumina. Ada potensi bahan baku untuk smelter aluminium ADMR dipasok dari CITA.
Apalagi, Alam Tri Indo Aluminium juga menjadi pemegang saham minoritas di saham CITA sekitar 3 persen. Sementara itu, kami tidak menemukan detail Aumay, perusahaan asal Singapura, yang juga memiliki saham di cucu usaha ADMR tersebut.
Selain mengamankan bahan baku, sejak Maret 2025, pihak ADMR disebut sudah menjajaki kontrak jual-beli aluminium dari smelternya. Kabarnya, calon pembeli dari luar negeri maupun domestik. Namun, pihak ADMR belum mengungkapkan siapa saja yang jadi pembeli secara detail.
Dikutip dari website asosiasi pertambangan Indonesia, ADMR menyebutkan mayoritas pembeli dari luar negeri, sedangkan lokal sekitar 10 persen. Jika rencana produksi awal tahun ini mencapai 100.000 ton tercapai, ADMR berpotensi mengantongi pendapatan sekitar 267 juta dolar AS (asumsi harga aluminium 2679 dolar AS per ton).
Proyeksi pendapatan dari smelter aluminium itu sudah hampir setara 50 persen dari seluruh pendapatan ADMR sepanjang semester I/2025. (sekitar 443 juta dolar AS).
Meski potensi kenaikan pendapatan cukup besar, tapi bagaimana dengan margin keuntungan smelter aluminium ADMR?

Tantangan Bisnis Smelter ADMR
Meski terkesan bagus, tapi ada beberapa tantangan dalam bisnis smelter ADMR, setidaknya dalam jangka menengah pendek hingga PLTA rampung.
Ada beberapa tantangan bisnis aluminium ADMR di balik potensi pendapatannya yang cukup besar.
Pertama, tambang bauksit ada di daerah Kalimantan Barat (termasuk tambang milik CITA), beserta smelter alumina-nya. Artinya, ada potensi biaya distribusi bahan baku dari Kalimantan Barat ke Kalimantan Utara, tempat smelter ADMR berada. Seberapa besar biayanya? kami belum bisa menggambarkan secara detail.
Kedua, smelter aluminium membutuhkan listrik 24 jam secara penuh. Sehingga dalam tahap awal, ADMR bisa terpengaruh oleh risiko kenaikan harga batu bara dunia. Hal itu bisa memangkas margin keuntungan smelter perseroan. Namun, jika PLTA besar yang lagi dibangun sudah rampung, hal itu membuat smelter aluminium ADMR tidak akan terpengaruh oleh perubahan harga batu bara (kecuali PLTU pendukung smelter milik Grup Adaro ini juga mendapatkan harga batu bara DMO di 70 dolar AS per ton untuk operasional PLTU-nya).
Ketiga, beberapa perusahaan China serta Inalum lagi melirik mulai membangun smelter aluminium. Dalam jangka menengah panjang (dengan asumsi pembangunan smelter butuh waktu 2-5 tahun), ADMR akan mendapatkan kompetitor. Apalagi, Inalum berencana membangun smelter aluminium dengan kapasitas 600.000 ton di Mempawah, Kalimantan Barat. Area yang lebih dekat bahan baku bauksit yang sudah diolah menjadi alumina.
Keempat, Keempat, ada risiko utang yang cukup tinggi setelah pembangunan smelter rampung. Sampai Juni 2025, ADMR telah melakukan penarikan dana hingga 498 juta dolar AS. Jadwal pembayaran kembali yang cukup besar akan terjadi di 2029-2030 setara 103 juta dolar AS dan 111 juta dolar AS. Selain itu ada kecenderungan di bawah 100 juta dolar AS dalam setahun.
Kelima, ada risiko pendapatan dari smelter aluminium menjadi fluktuatif jika ada maintenance smelter dalam beberapa waktu tertentu. (terutama untuk maintenance rutin)
Kesimpulan
Keberadaan smelter aluminium ADMR memang bisa menjadi game changer perseroan dari segi pendapatan. Kami ekspektasi, jika produksi tahap awal saja, pendapatan dari smelter aluminium bisa membuat pendapatan perseroan naik 100 persen dari asumsi konservatif sekitar 1 miliar dolar AS per tahun menjadi 2 miliar dolar AS.
Namun, kami meragukan tingkat margin keuntungan langsung bagus pada tahap awal, terutama dalam kondisi risiko jika ada mini booming saham coal yang membuat cost PLTU untuk listrik smelter meningkat. (Kecuali bisa mendapatkan harga DMO di 70 dolar AS per ton).
Dalam jangka pendek, kami menilai peluang bagi ADMR adalah euforia rampungnya smelter aluminium (yang katanya terbesar se-Indonesia). Dalam jangka menengah, ada momentum pertumbuhan kinerja keuangan yang signifikan terutama dari segi pendapatan (karena belum mendapatkan variabel detail biaya pasca memiliki smelter). Pertumbuhan pendapatan diekspektasikan bisa meningkat apalagi jika harga aluminium mengalami kenaikan.
Untuk prospek harga aluminium pun menjadi cukup bagus setelah China membatasi produksi smelter maksimal 45 juta ton. Hal itu menjadi pengerek harga aluminium sejak Juli 2025. Meski, kebijakan itu disebut membawa investor asal China mencari peluang membangun smelter aluminium di Indonesia.
Selain itu, permintaan aluminium juga diprediksi meningkat selaras dengan agresifnya permintaan dari sektor energi terbarukan dengan kendaraan listrik.
Mau Belajar Cara Pilih Saham yang Cuan Secara Mandiri?
Mikirduit menyelenggarakan Bootcamp Short Course Stockverse: Cara Pilih Saham Cuan Secara Mandiri yang memiliki beberapa rangkaian seperti:
- Video edukasi dasar (akses Lifetime untuk bagian video edukasinya di Mikirsaham.com )
- Mengombinasikan Psikologis vs Hasil Analisis untuk Cuan Optimal + Praktek Analisis Saham ala Mikirduit
- Belajar analisis teknikal bersama tim trader Mikirduit
- Praktek analisis saham secara mandiri dan dievaluasi serta diskusi dengan Founder Mikirduit
- Market Outlook 2026
Akses video edukasi akan dibuka mulai 1 Oktober 2025, serta acara online akan diadakan dalam 3 pertemuan, yakni pada:
- Sabtu, 1 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Sabtu, 8 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Minggu, 9 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
Untuk tahap awal, kami membuka pendaftaran inden (sebelum materi video edukasi dibuka) sebagai pre-sale tahap 1 dengan diskon lebih dari 60% menjadi Rp1,5 juta Rp350.000 hanya berlaku hingga 30 September 2025 (Kuota Sisa 15 Lagi).
Daftar Sekarang dengan Klik di Sini
Harga pendaftaran setelah 30 September 2025:
- Harga pre-sale 2: Rp750.000 (Berlaku 1-15 Oktober) -> Kuota 100 peserta
- Harga Pre-sale 3: Rp1 juta (16-25 Oktober) -> Kuota 100 Peserta
- Harga Normal: Rp1,5 juta (26 - 31 Oktober 2025)