Menelisik Potensi Arah Pasar Saham Setelah Suku Bunga BI Diturunkan

Saat Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memutuskan penurunan suku bunga, investor maupun trader berekspektasi market akan lanjut bullish. Namun, apakah benar tren bullish terus berlanjut?

prospek pasar saham

Mikirduit – Setelah melewati awal tahun yang kelabu dengan penurunan IHSG hingga 11 persen dalam sebulan pada Februari 2025. Kini, IHSG sudah menanjak 13 persen dalam 3 bulan. Dengan keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga kedua kalinya pada tahun ini sebesar 25 bps pada 21 Mei 2025, apakah IHSG bisa melanjutkan tren bullishnya?

Kami akan membahas hal tersebut dengan menggunakan beberapa sudut pandang mulai dari probabilitas kinerja IHSG selama 15 tahun terakhir, tren pergerakan IHSG saat suku bunga BI turun, faktor ekonomi global, dan faktor ekonomi domestik.

Probabilitas IHSG dalam 15 Tahun Terakhir

IHSG telah mencatatkan kenaikan 3 bulan berturut-turut yang secara akumulasi sekitar 13 persen. Seperti kata pepatah, harga saham tidak selamanya naik, pasti akan ada momentum turunnya. Dalam kondisi begini, seberapa jauh IHSG bisa naik?

Kami menghitung probabilitas kenaikan IHSG bulanan secara berturut-turut sejak 2011 hingga saat ini. Hasilnya, periode terpanjang IHSG mampu naik secara berturut-turut adalah pada 2017 sebanyak 9 bulan berturut-turut. Total akumulasi kenaikan selama 9 bulan berturut-turut itu sekitar 12,7 persen. Kenaikan terjadi mulai dari Februari-Oktober 2017.

Pergerakan bulanan IHSG dalam 15 tahun terakhir
Pergerakan IHSG bulanan dalam 15 tahun terakhir

Kala itu, ada dua momentum besar yang terjadi:

Pertama, harga komoditas mulai kembali pulih setelah tertekan cukup parah sejak akhir 2014 hingga 2016. Harga batu bara, nikel, dan minyak mentah beranjak naik. Hal itu mengerek ekspektasi positif untuk ekonomi Indonesia yang merupakan negara komoditas. 

Kedua, ada transisi perubahan acuan suku bunga BI dari SBI 6 bulan menjadi BI 7 Days Reverse Repo Rate dengan tujuan agar transmisi efek perubahan kebijakan suku bunga ke sektor riil bisa lebih cepat pada Agustus 2016. Hal itu membuat tingkat suku bunga BI yang awalnya 6,5 persen (pada Juli 2017) menjadi 5,25 persen.

Setelah perubahan acuan suku bunga itu efektif, BI melanjutkan dengan kebijakan penurunan suku bunga sebesar 50 bps pada September-Oktober 2016. Serta, penurunan lanjutan terjadi pada Agustus-September 2017 sebesar 50 bps. 

Menariknya, kenaikan IHSG pada 2017 terjadi ketika The Fed dalam tren menaikkan suku bunga acuannya. Sepanjang 2017, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 100 bps menjadi 1,5 persen.

Adapun, Jika pada 2017 itu jadi momentum kenaikan IHSG secara bulanan terbanyak dari segi frekuensinya, lalu kenaikan terbesar dari segi persentase terjadi pada 2020 dan 2013. 

IHSG mencatatkan kenaikan 21,27 persen dalam 3 bulan pada Oktober hingga Desember 2020. Kenaikan IHSG itu selaras dengan potensi pemulihan ekonomi dan ketegangan akibat pandemi Covid-19 yang mulai mereda. Catatannya, kenaikan IHSG dalam 3 bulan pada periode tersebut terjadi karena penurunan market crash pada Januari - Maret 2020 mencapai 30 persen. Dan kala itu pemulihan yang terjadi pada April-Agustus 2020 baru 14 persen. Sehingga ruang pemulihannya cukup terbuka lebar dan terbayarkan lunas di Oktober-Desember 2020. 

Sementara itu, IHSG sempat naik 17 persen dalam 6 bulan berturut-turut sejak Desember 2012 - Mei 2013. Tren kenaikan IHSG saat itu karena didorong pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2012 masih bertumbuh sebesar 6 persen (sekitar 6,23 persen). 

Namun, di saat yang sama masuk momentum tapering off the Fed yang menjadi pertanda bank sentral AS bakal mengetatkan moneter. Dalam tiga bulan setelahnya IHSG turun 18 persen. 

Sementara itu, jika melihat siklus saat ini, penurunan terbesar IHSG terjadi pada November 2024 sebesar 6,07 persen dan Februari sebesar 11,8 persen. Artinya total penurunan sekitar 17-18 persen. Sedangkan pemulihan baru terjadi sekitar 13 persen.

Sehingga jika bicara probabilitas, ada potensi kenaikan 4 persen lagi. Namun, kenaikan itu bisa saja dijeda dengan koreksi di Juni 2025 dan dilanjutkan di Juli-September sebelum nanti koreksi lagi di oktober-November.

Tren Pergerakan IHSG Saat BI Menurunkan Suku Bunga

Kami juga akan melihat probabilitas pergerakan IHSG dengan periode penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia. Catatannya, faktor kenaikan dan penurunan harga saham setiap periodenya memiliki sentimen tersendiri, tapi kami melihat pola yang sama, yakni tren penurunan IHSG setelah sekitar seminggu penurunan suku bunga. 

Kami melakukan analisis dalam 10 aksi penurunan suku bunga yang terakhir. Dengan mengecualikan periode market crash saat pandemi Covid-19 pada 20 Februari dan 19 Maret 2020. Pasalnya, dalam periode itu setelah suku bunga diturunkan pun harga saham tetap turun karena faktor kejadian pandemi. 

Selain periode itu, ada kecenderungan kenaikan harga saham setelah suku bunga diturunkan berpotensi dibalas dengan penurunan yang lebih besar dari kenaikannya. 

Hal itu terjadi dalam 8 periode yang kami pantau:

  • 15 Januari 2025: naik sekitar 5 persen dan turun 10 persen
  • 18 September 2025: naik 1 persen dan turun 5 persen
  • 21 Januari 2021: naik 3 persen dan turun 10 persen
  • 19 november 2020: naik sekitar 17 persen dan turun sebesar 10 persen
  • 16 Juli 2020: naik sekitar 6 persen dan turun 11 persen
  • 18 Juni 2020 naik sekitar 3 persen dan turun sekitar 3 persen
  • 24 Oktober 2019: naik sekitar 3 persen dan turun 1 persen
  • 19 September 2019 naik sekitar 1 persen dan turun 4 persen

Dalam periode penurunan suku bunga 19 November 2020, kenaikan dan penurunan terjadi dalam rentang yang cukup panjang. Kenaikan terjadi dalam 3 bulan dan penurunan terjadi dalam satu bulan. Sisanya, terjadi kenaikan dan penurunan dalam rentang pendek dalam hitungan mingguan hingga bulanan.

Saham CUAN Stock Split 1:10, Dejavu PTRO atau Nggak Nih?
Saham CUAN mengumumkan rencana stock split 1:10 yang membuat harganya naik dan dejavu dengan yang terjadi di PTRO. Kira-kira gimana prospeknya ya?

Faktor Kondisi Ekonomi Global dan Domestik

Salah satu yang kami cukup pesimistis dengan periode bullish saat ini adalah kondisi ekonomi riil masih belum pulih. Faktor penyebabnya cukup banyak mulai dari transisi kebijakan pemerintah secara global, transisi kebijakan dari suku bunga tinggi ke rendah, kondisi ekonomi China yang belum membaik, Harga komoditas juga rendah, dan kondisi lainnya yang belum mendukung pertumbuhan ekonomi. 

Dengan kondisi ini, kami menilai kondisi ekonomi 2025 masih agak menantang. Untuk itu, kenaikan IHSG yang cukup agresif dalam 3 bulan terakhir kami nilai menjadi titik bagus untuk melakukan taking profit. Pasalnya, dengan prospek fundamental dalam jangka menengah pendek, rata-rata valuasi saham-saham fundamental based sudah cukup mahal. 

Saat ini, tekanan pasar mereda karena Donald Trump dan Xi Jinping sepakat untuk menurunkan tarif untuk 3 bulan ke depan (Sejak Mei 2025), yang artinya bersifat sementara. Sementara itu, risiko dalam jangka pendek adalah keputusan hasil negosiasi tarif resiprokal dengan negara lain termasuk Indonesia yang akan selesai pada Juni 2025. Hal ini bisa memberikan dampak dua sisi, jika ada perubahan kebijakan yang lebih longgar menjadi positif, tapi kalau tetap tarif tinggi menjadi negatif. 

Ditambah, Donald Trump juga lagi melobi untuk bisa menjalankan programnya, terkait pemangkasan pajak. Kondisi itu dinilai berisiko membuat defisit APBN Amerika Serikat makin melebar. Hingga akhirnya AS butuh utang lebih banyak lagi. Hal itu menjadi risiko yang sudah terjadi saat ini. Hal itu membuat US Treasury Yield US 10 Y mengalami kenaikan (artinya harga turun karena ada aksi jual)

Sementara itu, penentuan penurunan suku bunga The Fed pada Juni 2025 bisa menjadi lanjutan nafas kondisi market tetap stabil. Meski, setelah itu akan menjadi pertanyaan terkait risiko ekonomi AS ke depannya. 

Kami menilai tantangan market berpotensi terjadi pada Juli 2025 saat negosiasi dengan China sudah mencapai tahap tenggat waktu. Tapi, jika The Fed tidak menurunkan suku bunga di Juni 2025, mungkin risiko market yang diperkirakan muncul pada Juli 2025 bisa terjadi lebih cepat.

Untuk Indonesia, secara domestik, pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 memang masih sangat menantang. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 dengan perpindahan siklus lebaran saja masih mencatatkan perlambatan menjadi 4,87 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang masih tumbuh di atas 5 persen. 

Dengan karakter ekonomi Indonesia, harapan terbesar adalah pemulihan harga komoditas. Untuk pemulihan harga komoditas bisa dipicu dari pemulihan ekonomi China atau agresivitas perpindahan pabrik dari China ke India.

Kesimpulan

Kami menilai kenaikan IHSG saat ini (per 22 Mei 2025) sudah cukup tinggi sehingga jika ingin membeli saham sebagai investasi harus dilihat valuasi secara masing-masing saham apakah masih menarik atau sudah jenuh beli. 

Kami menilai peluang harga turun lebih murah untuk konsolidasi sementara terbuka lebar terjadi dalam 1-3 bulan ke depan.Untuk itu, disarankan bisa mempersiapkan cash untuk menangkap potensi saham-saham yang bisa kembali murah. 

Alasannya, periode dividen final yang jadi tambahan cash untuk mendorong transaksi di pasar saham Indonesia dalam 3 bulan terakhir bakal berakhir di Juni. Selanjutnya masuk ke periode dividen interim. Ditambah, jika kinerja laporan keuangan kuartal II/2025 mayoritas emiten memburuk, hal itu bisa jadi periode konsolidasi juga. 

Pasalnya, ada perubahan siklus lebaran dari kuartal kedua menjadi kuartal pertama yang membuat kinerja berpotensi melambat.

Butuh diskusi saham real time bersama ratusan investor hingga pilihan saham murah menarik setiap bulan?

Kamu bisa diskusi dan tanyakan dengan Join membership Mikirsaham (dulu bernama Mikirdividen) dan dapatkan benefit:

  • Pilihan saham value-growth investing bulanan
  • Pilihan saham dividen yang potensial
  • Insight saham komprehensif serta actionnya
  • IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
  • Diskusi saham dan rekap diskusinya
  • Event online bulanan
  • Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan

Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini