Lelang Frekuensi 1,4 Ghz Dimulai, Siapa Saham yang Diuntungkan?

Lelang frekuensi 1,4 Ghz oleh Komdigi akan segera dilakukan. Lalu, apa saja saham yang akan menerima dampak positif dari momentum ini?

Lelang Frekuensi 1,4 Ghz Dimulai, Siapa Saham yang Diuntungkan?

Mikirduit – Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) resmi mengumumkan pembukaan seleksi pita frekuensi 1,4 GHz. Tujuan utamanya untuk meningkatkan jangkauan internet, mendongkrak kecepatan akses internet, hingga mempercepat penggelaran kabel fiber optik di Indonesia. Lalu, apa saja saham yang diuntungkan?

Highlight
  • Lelang pita frekuensi 1,4 GHz oleh Kemkomdigi berpotensi mendorong pertumbuhan infrastruktur internet cepat dan fiber optik di Indonesia, yang memberi peluang besar bagi emiten telekomunikasi.
  • Saham-saham seperti TLKM, EXCL, ISAT, WIFI, INET, serta emiten menara seperti TOWR, MTEL, dan TBIG berpotensi mendapat sentimen positif, terutama bagi yang memiliki infrastruktur fiber optik dan menara yang luas.
  • Secara historis, saham menara telekomunikasi seperti TOWR dan TBIG mencatatkan kinerja harga dan fundamental yang kuat setelah lelang frekuensi, sehingga lelang kali ini bisa menjadi momentum serupa, khususnya bagi TOWR dan MTEL.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Dalam lelang ini, peserta yang bisa ikut seleksi harus memenuhi beberapa kriteria seperti:

Pertama, punya izin berusaha penyelenggaraan jaringan tetap lokal berbasis packet switched melalui media fiber optik. 

Kedua, perizinan usaha penyelenggaraan jaringan tetap tertutup melalui media fiber optik terestrial dan jenis proyek utama bukan pendukung.

Ketiga, nomor induk berusaha penyelenggaraan jaringan tetap lokal berbasis packet switched melalui media nonkabel (BWA) dan jenis proyek utama bukan pendukung. Serta izin usaha penyelenggaraan internet service provider.

Keempat, peserta seleksi memiliki kekuatan hukum tetap dan tidak terafiliasi dengan peserta seleksi lainnya. 

Nantinya, para peserta akan menyerahkan dokumen permohonan keikutsertaan seleksi yang terdiri dari formulir permohonan keikutsertaan seleksi, serta jaminan keikutsertaan seleksi (big bond). 

Jadi, peserta harus memberikan bank garansi sebagai jaminan penawaran kepada pengurus lelang. Hal ini untuk memastikan keseriusan para peserta lelang. 

Nantinya, peserta akan memuat isi proposal teknis yang memuat target jumlah rumah tangga yang akan terlayani internet akses nirkabel pita lebar dengan kecepatan 100 Mbps dari frekuensi 1,4 GHz dalam 5 tahun ke depan. 

Nantinya, pita frekuensi 1,4 GHz ini akan dibuat dengan skema jaringan terbuka untuk mendorong keterlibatan banyak pihak dan harga layanan bisa lebih terjangkau.

Efek Lelang Frekuensi Terhadap Harga Saham Emiten Telekomunikasi

Bicara lelang frekuensi, saham yang diuntungkan atau mendapatkan sentimen positif dari momentum ini adalah saham yang terkait dengan telekomunikasi. Dalam hal ini, pemain utamanya ada, TLKM, EXCL, dan ISAT. Lalu, ada pemain ISP pendukung seperti WIFI, dan INET yang telah mengumbar mau ikut lelang. 

Selain itu, saham-saham pendukung infrastruktur telekomunikasi seperti, TOWR, MTEL, hingga TBIG (3 saham menara telekomunikasi terbesar) juga bisa kebagian sentimen positif. Untuk saham menara telekomunikasi akan diuntungkan dari segi permintaan layanan infrastruktur yang mereka sudah miliki dari para operator internet. Dengan begitu, ada ruang pertumbuhan baru bagi penyedia bisnis tersebut.

Lalu, apakah aktivitas lelang frekuensi akan berdampak positif terhadap harga saham emiten telekomunikasi?

Kami merangkum aktivitas lelang frekuensi dalam 5 tahun terakhir dan korelasinya dengan harga saham.

Pertama, Lelang frekuensi jaringan 2,3 GHz dengan tujuan untuk peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan seluler 4G hingga 5G. Lelang dilakukan pada Maret-April 2021. Pemenang lelang tersebut antara lain, Telkomsel 20 Mhz di Blok A dan Blok C, serta FREN 10 Mhz di Blok B.

Jika dilihat, pola pergerakan harga saham TLKM mencatatkan kenaikan 9,55 persen pada akhir Februari 2021 jelang lelang dilakukan. Lalu, saat akhir April sampai Awal Juni 2025, harga saham TLKM naik 13 persen.

Begitu juga dengan saham FREN yang naik 50 persen dari pertengahan Februari 2021 hingga Maret 2021. Lalu, sempat naik 24 persen dalam seminggu pada pertengahan April 2021. Namun, kenaikan saham FREN juga beriringan dengan aksi right issue perseroan yang dilakukan pada bulan April 2021.

Lalu, bagaimana dengan emiten menara telekomunikasi? saham TOWR juga memiliki pola yang sama dengan saham operator seluler pemenang lelang. Saham TOWR naik 35 eprsen pada Februari sampai awal Maret 2021. Lalu naik 47 persen pada akhir April - Juli 2021. 

Pola yang serupa juga terjadi di saham TBIG. Emiten menara telko milik SRTG itu mencatatkan kenaikan harga hingga 70 persen sepanjang Februari 2021 atau sebulan sebelum lelang. Lalu, harga saham TBIG juga lanjut naik 69 persen pada periode Maret-Juli 2021.

Bagaimana dengan saham telekomunikasi yang kalah lelang?

ISAT pada periode yang sama sebulan sebelum lelang (Februari 2021) mencatatkan kenaikan 25 persen, sedangkan pada periode pengumuman lelang di akhir April, tren harga saham ISAT tetap naik 26 persen.

Namun, berbeda nasib dengan EXCL yang cenderung sideways ke koreksi dari periode Februari hingga Juni 2021 saat lelang dilakukan. Sehingga efek ke saham yang kalah lelang masih bersifat cukup mix.

Kedua, Lelang frekuensi jaringan 2,1 GHz yang dilakukan pada Oktober-November 2022. Pemenangnya adalah Telkomsel dengan nilai penawaran Rp605 miliar. Tujuannya untuk peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan seluler 4G/5G. 

Nasib saham pemenang lelang justru bertolak belakang karena saham TLKM cenderung mengalami penurunan pada periode Oktober sampai Desember 2022. Saat lelang frekuensi dilakukan, saham TLKM sempat naik 5,94 persen di akhir Oktober 2022, tapi setelah itu turun cukup signifikan.

Sementara itu, saham menara telekomunikasi juga bergerak tidak seagresif saat lelang tahun sebelumnya. Namun, pergerakan harga sahamnya masih cenderung sideways. 

Seperti, saham TOWR yang mencatatkan kenaikan harga saham saat periode lelang dilakukan mulai dari pertengahan Oktober hingga awal November 2022 sebesar 9,49 persen.

Di sisi lain, saham TBIG justru cenderung koreksi signifikan pada periode lelang tersebut.

Saham MTEL, debutan menara telko di IDX yang IPO pada 2021, mencatatkan tren harga yang lebih baik. Saham MTEL mencatatkan kenaikan 4,6 persen jelang pengumuman lelang frekuensi pada awal November 2024. Lalu, setelahnya harga saham MTEL lanjut naik 15 persen pada sisa akhir tahun 2022.

Bagaimana dengan yang kalah lelang? 

Saat itu, pola harga saham emiten operator seluler cenderung tertekan. Kondisi ISAT dan FREN hampir sama dengan TLKM yang menjadi pemenang lelang.

Justru saham EXCL yang mencatatkan kenaikan sejak 30 Oktober - 13 November 2022 sebesar 11 persen dengan tingkat volatilitas yang cukup tinggi.

BTN Syariah Siap Spin-off, Industri Bank Syariah Berpotensi Meroket?
Salah satu story kuat dari saham BBTN adalah rencana spin-off unit usaha syariah menjadi BTN Syariah. Hal itu sudah dilakukan dengan akuisisi Bank Victoria Syariah. Dengan begini, akan ada satu bank syariah besar yang menandingi BRIS. Lalu, bagaimana prospek lanskap bank syariah di Indonesia?

Prospek Saham Jelang Lelang Frekuensi

Dari pergerakan secara historis, harga saham emiten pemenang lelang tidak selalu berkorelasi positif dengan status pemenang lelang. Namun, emiten infrastrukturnya seperti menara telekomunikasi punya peluang korelasi yang lebih positif. Pasalnya, setelah lelang selesai artinya ada pengembangan infrastruktur baru yang berpotensi membutuhkan aset-aset yang dimiliki emiten tersebut.

Dalam lelang kedua, MTEL mencatatkan tren harga yang lebih bagus karena pemenangnya adalah Telkomsel. Sehingga ruang ekspansi berpotensi menggunakan jasa MTEL sekaligus menara telekomunikasi swasta terbesar, yakni TOWR. Sementara TBIG dinilai mendapatkan peluang eksposure yang lebih rendah.

Namun, dalam lelang kali ini bisa jadi berbeda karena fokusnya adalah internet cepat dan fiber optik. Sehingga, aset yang dijadikan analisis adalah siapa yang punya fiber optik dan menara terbesar dan menyebar. Pasalnya, untuk menyambungkan internet tersebut akan membutuhkan BTS juga.

Dalam hal ini, kami menilai  TOWR dan MTEL berpotensi bersaing ketat. MTEL unggul dari segi afiliasi dengan TLKM dan memiliki menara terbanyak sekitar 39.000 menara, meski masih kalah dari segi infrastruktur fiber optik dari TOWR. Adapun, TOWR memiliki skala menara sekitar 36.000 site dengan fiber optik per 2024 sepanjang 118.000 km, sedangkan MTEL per kuartal I/2025 baru 63.000 km (setengahnya dari TOWR).

Jika dilihat saat ramai lelang pada 2021-2022 itu selaras juga dengan tren pertumbuhan kinerja saham TOWR dan TBIG yang cukup signifikan.

Seperti, TOWR mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 15,98 persen menjadi Rp8,63 triliun tepat setelah lelang dilaksanakan pada kuartal I/2021. Dengan laba bersih naik sebesar 20,84 persen menjadi Rp3,42 triliun. 

Begitu juga dengan TBIG di periode yang sama, dari segi pendapatan naik 15,99 persen menjadi Rp6,18 triliun. Lalu, laba bersih naik 53 persen menjadi Rp1,54 triliun.

Selanjutnya, di 2022 masih ada beberapa limpahan ekspansi dari jaringan sebelumnya. Pendapatan TOWR naik 27,81 persen menjadi Rp11 triliun, sedangkan laba bersih tumbuh cenderung stagnan di 0,44 persen. 

Namun, TBIG mulai mencatatkan perlambatan pendapatan menjadi hanya tumbuh 5,57 persen menjadi Rp6,52 triliun, sedangkan laba bersih naik 5,75 persen menjadi Rp1,63 triliun. 

Jika dari lelang frekuensi 1,4 Ghz ini bisa berdampak terhadap kinerja saham menara telekomunikasi yang kami nilai impact terbesar ada di TOWR dan MTEL, berarti bisa jadi momentum bagus untuk kedua saham tersebut selama periode 2025-2028. Namun, perlu dilihat seberapa besar efeknya terhadap kinerja perseroan.

Lalu, Bagaimana dengan Saham Operator Seluler atau ISP yang Ikut?

Jika melihat historis lelang sebelumnya, efek ke saham operator seluler baik menang dan kalah cenderung netral. Bisa naik kenceng, bisa juga sideways atau koreksi.

Apalagi, dalam kasus pemenang lelang juga harus mengembangkan infrastrukturnya sehingga membutuhkan biaya yang cukup besar. Dengan begitu, sentimen kenaikan ke harga saham akan cenderung jangka pendek, serta efek ke kinerja keuangan juga berpotensi delay sesuai dengan pengembangan infrastruktur yang membutuhkan biaya besar.

Sehingga, kami menilai yang paling diuntungkan adalah pemilik infrastruktur yang siap membantu para pemenang lelang untuk ekspansi jaringan. Sementara itu, dengan status frekuensi 1,4 Ghz open access ini bisa menarik untuk ISP yang skalanya lebih kecil juga.

Mau Belajar sambil Praktek Langsung Investasi Saham Bersama Ahlinya?

Join mikirsaham untuk mendapatkan detail plan investasi saham. Kamu juga bisa diskusi saham real-time, insight saham yang menarik, hingga pilihan saham bulanan. Mau dapat list lengkapnya sekaligus konsultasi dengan Mikirduit? yuk join Mikirsaham sekarang juga dengan klik di sini dan dapatkan semua benefit ini:

  • Pilihan saham dividen, value, growth, dan contrarian
  • Kamu bisa tanya lebih detail alasan pemilihan saham tersebut
  • Curhat soal kondisi porto-mu
  • Update perkembangan market secara real-time
  • Konfirmasi isu yang kamu dapatkan dan impact-nya ke saham terkait

Semua itu bisa didapatkan dengan gabung Mikirsaham, Join sekarang dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

💡
Mau Fitur Propicks AI untuk Mendapatkan Stockpick Saham AS yang Menarik, serta data harga wajar saham di Indonesia hingga AS, kamu bisa dapatkan semua itu klik link di sini