Kisah Investor yang Hidup dari Keuntungan Saham Selama 3 Dekade

Bisa nggak sih kita investing for living? jika melihat kisah investor ini mungkin bisa. Namun, mungkin nggak ya dilakukan di pasar saham Indonesia?

Kisah Investor yang Hidup dari Keuntungan Saham Selama 3 Dekade

Mikirduit – Banyak yang bermimpi bisa melakukan investing for living. Salah satu kisah yang menarik adalah sosok investor dari Jepang, yakni HIroto Kiritani. Pria ini mampu hidup dari saham. Namun, jangan bayangkan Hiroto ini trader saham yang jago dengan win rate 100 persen. Hiroto benar-benar hidup dari saham yang dimilikinya, bahkan dia tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya hidupnya karena hold saham. Bagaimana kisahnya?

Kiritani benar-benar hidup dari saham bukan karena jual-beli dan mendapatkan keuntungan atau mendapatkan dividen dalam jumlah besar hingga bisa membiayai hidupnya. Namun, dia bisa hidup dari Kabunushi Yutai, sebuah benefit yang diberikan emiten di Jepang kepada pemegang sahamnya. 

Jadi, Yutai ini seperti insentif yang ditawarkan kepada investor saham publik atau perorangan di Jepang. Di mana, jika mereka membeli saham akan mendapatkan hadiah, makanan, hingga voucher untuk membeli produk terkait emiten tersebut. 

Budaya Yutai ini juga sesuai dengan budaya di Jepang terkait pemberian hadiah. Jadi, pemberian hadiah tersebut menunjukkan rasa terima kasih kepada pemegang saham yang telah membeli sahamnya. 

Memang dalam beberapa hal di Jepang, hadiah bisa menjadi insentif yang menarik. Selain Yutai, ada yang namanya pajak kampung halaman. Ini bukan pajak wajib, tapi sukarela. Nantinya, para pemberi pajak diberikan hadiah berupa produk khas daerah tersebut yang kalau ditotal nilainya bisa cukup menarik. 

Terkait Yutai, pasar saham Jepang menetapkan minimal jumlah saham yang harus dimiliki investor saham untuk mendapatkan hadiah, yakni minimal 100 saham. Lalu, pemegang saham tidak langsung melalui reksa dana atau exchange trade fund (ETF) tidak akan dihitung. Serta, benefit ini hanya diterima oleh investor lokal. 

Misalnya, ada yang mau beli saham Suntory Beverage & Food Ltd., salah satu saham consumer goods di Jepang. Jika ingin mendapatkan benefit Yutai, berarti dia minimal membeli sekitar 100 saham yang modalnya sekitar 520.000 yen atau Rp54 juta.

Jenis kupon yang diberikan pun bisa berupa banyak hal, seperti menginap di hotel gratis, voucher makanan, pembelian perlengkapan rumah tangga, member gym, belanja produk fashion, hingga menawarkan pulsa sampai 3.000 yen atau sekitar Rp300.000-an.

Dengan model insentif begini, investor cenderung menikmati investasi dalam jangka panjang dibandingkan spekulasi lewat trading. Apalagi, saat kinerja bisnis menurun, biasanya dividen menurun juga. Namun, dengan keberadaan yutai tersebut, pemegang saham merasa punya value lebih untuk hold sahamnya lebih lama. 

Pertanyaannya, berarti modal saham Kiritani ini besar dong ya sampai bisa hidup dari Yutai?

Perjalanan Investasi Saham Kiritani

Kiritani mulai kenal saham ketika usia 35 tahun. Waktu itu, Kiritani diminta menjadi mentor Shogi di Tokyo Securities Kyowakau pada 1984. Dari situ, Kiritani mulai tertarik dengan saham dan melakukan pemeblian pertama pada 1984. 

Momen Kiritani masuk ke saham bisa dibilang cukup tepat karena bertepatan dengan market bullish di Jepang pada 1980-an. Meski, Kiritani harus merasakan pahit market crash di Desember 1989 hingga membuat dirinya rugi sampai 100 juta yen atau setara Rp10,48 miliar. Kondisi itu sempat memukul psikologis hingga kehidupannya yang mengandalkan dividen saham.

Namun, kerugian hingga Rp10 miliar itu yang membuka mata Kiritani ada peluang bagus dari investasi saham, selain dividen. Dalam kebijakan Yutai Jepang, setiap emiten yang punya profitabilitasi di atas ambang batas tertentu, berarti emiten tersebut bisa memberikan kupon dan voucher kepada pemegang sahamnya. 

Selama masa market crash 1989 itu, Kiritani mendapatkan kupon dan voucher dari saham yang dimilikinya. Hingga dalam lebih 3 dekade, ternyata Kiritani bisa mempertahankan hidup hanya dari benefit kupon atas kepemilikan saham tersebut. 

Dari situ, Kiritani bisa tetap mempertahankan gaya hidup mulai dari membership gym, ke bioskop gratis, belanja sayuran gratis, hingga makan di restoran gratis. 

Untuk bisa mendapatkan semua benefit Yutai itu, Kiritani disebut memiliki sektiar 1.000 perusahaan Jepang, 

Kiritani menceritakan kalau dia hanya menggunakan uang tunai untuk bayar sewa atau menutupi biaya yang tidak ditanggung 100 persen dari kupon tersebut. 

Menariknya, dengan hidup dari kupon tersebut, Kiritani bisa lebih banyak menabung. Dengan begitu, aset investasinya terus bertambah tanpa menurunkan standar hidupnya.

Investor Ini Beli 104 Saham Mau Bangkrut Dan Cuan 300 Persen
Salah satu kisah menarik adalah investor ini yang nekat beli 104 saham yang mau bangkrut dan bisa cuan 300 persen. Bagaimana caranya?

Kesimpulan

Di sini, kita bisa menyimpulkan sejak awal Kiritani masuk ke pasar saham dengan modal besar. Jika Kiritani mencatatkan kerugian Rp10 miliar pada market crash 1989, dengan asumsi indeks Nikkei anjlok 81 persen, berarti total modalnya bisa mencapai Rp12 miliar. 

Namun, Yutai menjadi penyelamat bagi Kiritani juga yang mungkin agak nyesek telah mencatatkan penurunan harga saham signifikan saat market crash. 

Bahkan, menariknya, dari survai Nomura Investor relations, yang dikutip dari HapasJapan, keberadaan yutai membuat minat investasi di saham meningkat drastis. Bahkan, peminatnya ke saham bukan sebagai trader, tapi karena ingin menjadi long-term investor. Alasannya, ya karena bisa dapat kupon dan voucher tersebut. 

Para pemburu Yutai tidak hanya pensiunan saja, meski nominal angka pensiunan dari usia 60 hingga 70 paling besar. Namun, dari usia 20 tahunan juga memiliki angka paling besar dibandingkan usia 30 dan 40 tahunan. Artinya, keberadaan yutai ini juga telah menggoda para generasi lebih mudah untuk berinvestasi saham.  

Mungkin, BEI bisa mencontoh cara yang dilakukan pasar saham Jepang ini. Dengan kondisi mayoritas saham di Indonesia juga belum bagi dividen, berarti minimal bisa memberikan voucher atau hadiah yang terkait dengan produk mereka sendiri. Toh, hal itu bisa jadi memilki beberapa manfaat seperti, investor lebih kenal dengan perusahaan menjual produk apa, emiten bisa mempromosikan produknya lewat hadiah ke pemegang saham, hingga lahirnya minat jadi investor jangka panjang dibandingkan dengan trader. 

Sebenarnya, contoh simpel ada di setiap RUPS UNVR. Meski, harga saham UNVR turun terus, tapi dengan hadiah dari RUPS-nya yang tergolong cukup bermanfaat. Saham UNVR pun masih diminati sampai saat ini. 

Kira-kira, apakah BEI mau berdiskusi dengan emiten untuk membuat kebijakan mirip yutai di Jepang ini?

Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?

Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini