Jika Waskita Jual Seluruh Tol, Terus Omzetnya Dari mana?

Waskita berencana mau jual seluruh tolnya agar bisa bayar utang. Kalau seluruh tolnya dijual, Waskita bisa dapat uang darimana dong?

Jika Waskita Jual Seluruh Tol, Terus Omzetnya Dari mana?

Mikir Duit – Kementerian BUMN tampaknya lagi pusing tujuh keliling mengurus bisnis konstruksinya, salah satunya PT Waskita Karya Tbk. atau WSKT. Perusahaan konstruksi itu tengah terlilit utang hingga melakukan restrukturisasi kredit dan menunda pembayaran seluruh utangnya untuk sementara. Kini, WSKT berencana menjual seluruh tol yang dimilikinya, kalau itu terjadi, bagaimana nasib WSKT ke depannya?

WSKT memang lagi kesulitan banget, perusahaan itu mencatatkan total liabilitas atau kewajiban senilai Rp84,37 triliun pada kuartal I/2023. Awalnya, WSKT berharap dapat dana segar dari aksi rights issue untuk bayar utang pada awal tahun ini. Namun, rencana itu tampaknya tertunda.

Bahkan, pemerintah juga menunda terlebih dulu penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp3 triliun ke perusahaan tersebut. Dalihnya, restrukturisasi kreditnya saja belum ada kejelasan lebih lanjut.

Untuk itu, Kementerian BUMN mengambil langkah cepat dengan mencoba jual jalan tol yang dimiliki perusahaan BUMN karya tersebut.

Pertanyaannya, jika WSKT berhasil menjual seluruh jalan tolnya dan bisa melunasi utangnya, lalu setelah itu bagaimana? prospeknya bakal cerah atau nggak nih?

BACA JUGA: Duh Gimana Kalau Waskita Bangkrut? Saham Bank BUMN yang suka ngutangin ke doi Kena Imbasnya Nggak ya?

Konsep Bisnis Perusahaan Konstruksi

Sebelum membahas nasib WSKT jika tanpa pendapatan jalan tol, kita akan membedah bagaimana model bisnis perusahaan konstruksi terlebih dulu.

Sesuai dengan nama bisnisnya, perusahaan konstruksi, bisnis utamanya adalah melakukan pembangunan proyek. Caranya, jadi mereka ikut tender proyek pemerintah atau swasta, bahkan di luar negeri. Nanti, mereka tentukan berapa budget yang dibutuhkan dan bersaing ditender dengan perusahaan lainnya.

Setelah menang, perusahaan konstruksi akan membangun dengan modal sendiri. Lalu, upah biaya pembangunan akan diberikan secara bertahap setelah proses pembangunan mencapai level-level yang ditentukan dalam perjanjian.

Di sini, perusahaan konstruksi mau tidak mau butuh modal awal untuk mulai bangun. Salah satu caranya dengan utang bank atau obligasi. Dengan begitu proyek bisa dijalankan hingga uang proyek cair.

Masalahnya, uang proyek ini punya banyak potongan dari tenaga kerja hingga bunga kredit jadi marginnya bisa dibilang tipis juga.

Untuk itu, agar bisnisnya berkelanjutan, perusahaan konstruksi juga membangun lini bisnis lainnya seperti, bikin apartemen atau perumahan sesuai dengan ekspertise mereka, yakni bikin bangunan. Nantinya, bangunan itu akan diperjual belikan sehingga bisa menjadi tambahan tenaga untuk ekspansi bisnis.

Selain itu, ada juga yang menggarap bisnis perhotelan agar bisa mendapatkan pendapatan berulang. Hingga mendapatkan pendapatan berulang lainnya seperti, pendapatan jalan tol hingga pendapatan dari pembangkit listrik.

Lini bisnis lainnya itu akan membantu perusahaan konstruksi mencatatkan margin keuntungan yang lebih besar. Kalau hanya bergantung ke proyek konstruksi saja, ketika proyek tertunda, maka nasib perusahaan konstruksi itu berpotensi besar terlilit utang.

Lalu, bagaimana jika WSKT menjual seluruh tolnya? bagaimana nasib bisnisnya?

Nasib Waskita Tanpa Pendapatan Jalan Tol

Sampai kuartal I/2023, pendapatan jalan tol WSKT berkontribusi sekitar 9 persen dari pendapatan, dan menjadi sumber pendapatan terbesar kedua setelah jasa konstruksi. Menariknya, pendapatan jalan tol WSKT terus naik setiap tahunnya dari cuma 0,69 persen pada 2018 hingga hampir tembus 10 persen saat ini.

Ditambah, saat periode pasca pandemi Covid-19, sumber pendapatan jalan tol mampu tumbuh hingga melebihi periode sebelum pandemi. Berbanding terbalik dengan pendapatan jasa konstruksi yang masih belum kembali ke level sebelum pandemi.

Artinya, jika WSKT menjual seluruh jalan tolnya memang terlihat tidak terlalu signifikan. Namun, BUMN karya itu akan kehilangan salah satu sumber pendapatan berulang potensial di masa depan. Apalagi, dana hasil jual tol hanya digunakan untuk bayar utang.

Jika itu benar-benar terjadi, pekerjaan rumah Waskita adalah berupaya memenangkan tender proyek lebih banyak lagi. Masalahnya, saat ini Waskita terlilit masalah korupsi juga sehingga berpotensi memunculkan skeptisme terhadap good corporate governance BUMN karya tersebut.

Kesimpulan

Lalu, apakah Kementerian BUMN akan menyuntikkan mati WSKT? kemungkinan setelah semua masalah utang selesai, pemerintah ada potensi melanjutkan misi untuk merger BUMN karya menjadi satu. Hal itu bisa membantu diversifikasi pendapatan BUMN karya lainnya untuk bisa bertahan hidup.

Sejauh ini, salah satu BUMN karya yang punya diversifikasi pendapatan terbaik adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. atau saham WIKA. BUMN karya itu mencatatkan kontribusi pendapatan dari proyek infrastruktur dan gedung hanya 54 persen dari total pendapatan. Pendapatan lainnya terdiversifikasi dari industri, pembangkit listrik, hotel, properti, dan investasi.

Dengan begitu, posisi WIKA cocok untuk menjadi induk dari BUMN karya karena dimanajemen dengan lebih baik dibandingkan BUMN karya lainnya yang hanya bergantung kepada proyek konstruksi.

BACA JUGA: Jika Seluruh Saham BUMN Karya Merger, Gimana Cara Gabungannya? Mungkin Begini ya simulasinya

Nah, buat kamu yang lagi nyangkut di saham Waskita, apa rencana kalian nih?