Jelang Divestasi Saham ke MIND ID, Gimana Prospek INCO?

Saham INCO lagi proses divestasi agar MIND ID bisa menjadi pemegang saham mayoritas. Kira-kira, apa efeknya jika MIND ID jadi pemegang saham mayoritas INCO?

Jelang Divestasi Saham ke MIND ID, Gimana Prospek INCO?

Mikir Duit – Isu divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk. atau saham INCO yang akan dicaplok oleh MIND ID, induk dari BUMN tambang berpotensi akan ruwet. MIND ID memang dituntut untuk menjadi mayoritas di INCO, kira-kira apa untungnya MIND ID jika jadi mayoritas di INCO?

Latar belakang pemerintah Indonesia harus menguasai 51 persen saham INCO adalah berasal dari Undang-undang Minerba. Dalam undang-undang tersebut, ada kewajiban divestasi 51 persen bagi pemegang kontrak karya, termasuk INCO.

Jika pemerintah tidak menguasai 51 persen saham INCO, berarti kontrak karya perusahaan itu akan berpotensi selesai pada 28 Desember 2025 alias tidak ada perpanjangan lagi.

Saat ini, PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID sudah memegang 20 persen saham INCO. Sisanya, saham INCO dikuasai oleh Vale Canada Ltd. sebanyak 43,79 persen, Sumitomo Metal Mining sebesar 15,03 persen, dan publik 21,18 persen.

Menariknya, porsi publik sebesar 20 persen itu dihitung sebagai milik negara. Jadi, total kepemilikan negara sudah 40 persen. Untuk itu, INCO masih wajib divestasi saham yang disimpan asing minimal 11 persen lagi.

Dalam perkembangannya, INCO berencana melakukan divestasi sekitar 14 persen. Porsi itu akan dicaplok oleh MIND ID. Meski, saat ini belum diketahui nilainya, tapi MIND ID berencana menggunakan kas internal untuk akuisisi tersebut.

Meski bakal mencaplok 14 persen, MIND ID belum tentu akan menjadi pemegang saham mayoritas. Pasalnya, harus diperdalam lagi, angka 14 persen ini diambil dari siapa?

Jika diambil dari Vale Canada sepenuhnya, berarti MIND ID akan jadi pemegang saham mayoritas.

Di sisi lain, jika diambil dari Sumitomo seluruhnya, Vale Canada tetap menjadi mayoritas.

Bahkan, jika 50:50 antara Vale Canada dengan Sumitomo, MIND ID tetap bukan mayoritas. Soalnya, Vale Canada akan pegang 36 persen, sedangkan MIND ID 34 persen. Untuk itu, kita perlu menganalisis juga hasil dari divestasi inisecara detail.

Kenapa Harus Jadi Mayoritas di INCO?

Begini, kita perlu memahami model bisnis INCO. Jadi, INCO memproduksi nikel olahan dalam bentuk nikel matte. Namun, seluruh produksi nikel matte ini tidak digunakan oleh Indonesia, melainkan seluruhnya di ekspor ke luar negeri, yakni kepada dua pemegang saham asingnya, yakni Vale S.A (Canada) dan Sumitomo.

Dalam catatan laporan keuangan kuartal I/2023 dijelaskan seluruh penjualan dijual dalam dolar AS kepada Vale Canada dan Sumitomo dalam kontrak jangka panjang. Penggunaan harganya akan dihitung menggunakan harga pasar di London Metal Exchange dan harga realisasi rata-rata Vale Canada.

Untuk itu, jika nanti MIND ID masuk menjadi mayoritas berarti bisa memecah kontrak jangka panjang ke pihak asing untuk sebagian porsi atau malah seluruhnya untuk Indonesia.

Namun, jika Vale Canada masih menjadi mayoritas, mungkin negosiasinya hanya bisa sampai MIND ID dapat porsi hasil nikel sesuai dengan proporsi kepemilikan saham.

Untuk itu, dibutuhkan kepemilikan mayoritas untuk bisa memiliki daya negosiasi yang lebih kuat.

Bayangkan, berpuluh-puluh tahun INCO mengeruk nikel di Indonesia, semuanya cuma sampai ke pihak luar. Untung sekarang sudah dijual dalam bentuk Nickel Matte, bayangkan kalau masih dijual dalam bentuk bijih.

Selain itu, dengan menjadi pemegang saham mayoritas, MIND ID bisa meminta pembagian dividen di mana INCO memang agak pelit untuk bagi dividen. Sempat absen dividen panjang pada periode 2015-2020 dan juga absen pada 2022. Padahal, dari periode 2005-2012, INCO menjadi salah satu saham dividen dengan yield yang lumayan  bagus.

Prospek Saham INCO

Jika jadi diakuisisi oleh MIND ID sebesar 14 persen, gimana prospek saham INCO? sebenarnya aksi akuisisi MIND ID ini sifatnya sekadar divestasi. Jadi, mau ada pemegang saham pengendali baru pun tidak akan berdampak signifikan terhadap perubahan model bisnisnya.

Tujuan MIND ID akuisisi pun mengikuti undang-undang serta agar sumber daya alam yang dikeruk INCO juga ada masuk ke Indonesia. Soalnya selama ini seluruh hasil produksi di lempar ke kedua pemegang sahamnya tersebut dengan kontrak jangka panjang.

Meski begitu, tantangan selanjutnya jika MIND ID masuk dan siap menampung hasil produksi INCO adalah apakah mampu beli harga nikel ketika harga sahamnya cukup tinggi? Jangan sampai seperti batu bara, ketika melejit di harga tinggi langsung ada penerapan domestic market obligation yang justru bisa menekan pendapatan perseroan.

Berbeda dengan kesepakatan dengan Vale dan Sumitomo yang harga jualnya mengikuti harga pasar dan harga rata-rata perseroan. Jadi, jika di bawah harga pasar, spread-nya tidak akan terlalu jauh.

Dengan begitu, kehadiran MIND ID justru bisa berisiko bagi INCO karena jika selama ini pergerakan harga sahamnya akan mengikuti tren harga nikel, ketika MIND ID menjadi mayoritas mungkin bisa ada anomali.

Prospek Hasil Hilirisasi INCO

Salah satu misi menguasai INCO adalah untuk mempermulus rencana hilirisasi yang terus ditentang oleh pihak barat. Sejauh ini, INCO masih memiliki tiga proyek hilirisasi yang lagi berjalan.

Pertama, proyek Rotary Klin Electric Furnace (RKEF) di Morowali dengan kapasitas 73.000 ton dalam bentuk FeNi. Namun, dalam pengembangan proyek ini, perseroan masih menunggu mitranya, Tisco dan Xinhai untuk menyelesaikan persetujuan investasi asing langsung di China.

Kedua, proyek smelter high pressure acid leaching (HPAL) di Pomala. Proyek ini sudah dikerjakan sejak november 2022 dengan kapsitas 120.000 ton. Produk yang dihasilkan nantinya berupa mixed hydroxide precipitate (MHP) yang bisa menjadi bahan baterai kendaraan listrik.

Ketiga, proyek HPAL di Sorowako dengan kapasitas 60.000 ton. Jadi, HPAL di sana akan bisa mengolah limonite yang selama ini menjadi sampah bakal bisa diolah.

Hasil hilirisasi itu pun berpotensi mengerek omzet terbang lebih tinggi lagi. Pasalnya, nikel hasil olahan akan memiliki harga yang lebih tinggi. Namun, sejauh ini belum diketahui berapa margin

Kesimpulan

Saham INCO tetap menjadi bagian cerita jangka panjang kendaraan listrik yang mungkin mulai penetrasi 3 tahun lagi, serta terasa sekitar 5-10 tahun lagi.

Namun, jika divestasi sudah terjadi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan selanjutnya seperti siapa presiden Indonesia di 2024? hal itu bisa berpengaruh jika ternyata presiden selanjutnya memutus mimpi panjang hilirisasi sesuai dengan rekomendasi IMF. Hal itu jelas jadi sentimen negatif karena merusak mimpi besar INCO di masa depan. Apalagi, jika MIND ID sudah menjadi pemegang saham pengendalinya.

Meski begitu, kehadiran MIND ID sebagai mayoritas bisa membuat INCO kembali menjadi saham dividen investing jika ada kas lebih. Serta, kas lebih itu tidak digunakan untuk pengembangan bisnis hilirisasinya.

Di sisi lain, posisi valuasi saham INCO saat ini sudah cukup mahal. Jika melihat price to book value atau PBV-nya sudah tembus 2,24 kali dari rata-rata 5 tahunnya sebesar 1,52 kali. Bahkan, posisi valuasi INCO dengan PBV sudah melampaui strandard deviasi plus satu sehingga terhitung cukup mahal.

Apakah ada peluang saham INCO koreksi sejenak? harusnya ada, tapi jika tren suku bunga  The Fed ditahan. Harusnya bisa mendorong ekspektasi permintaan nikel lebih tinggi dan membuat harga nikel naik. Dengan begitu ada potensi harga sahamnya melejit. Cuma tetap tingkat risiko harga logam industri masih sangat tinggi juga. Jika ekonomi AS dan global terdampak negatif karena kenaikan suku bunga secara agresif setahun terakhir, hasilnya bisa jadi tekanan.

BACA JUGA: Penjelasan tentang efek kenaikan dan penurunan suku bunga ke kehidupan kita

Siapa yang sudah hold jangka panjang saham INCO?