Ikut MSCI Beli Saham GOTO, Fund Manager Global Boncos?

Fund manager global ikutan indeks MSCI beli saham GOTO yang turun terus, kira-kira mereka semua pada rugi nggak ya?

Ikut MSCI Beli Saham GOTO, Fund Manager Global Boncos?

Mikir Duit – Setelah PT Goto Group Tbk. atau saham GOTO resmi masuk indeks saham MSCI pada 1 Juni 2023, harga sahamnya terus turun. Lalu, banyak yang bertanya, apakah fund manager itu tidak rugi? apalagi mereka yang bikin saham GOTO auto rejects atas pada 31 Mei 2023. Oke, kita akan jelaskan di sini.

Apa Itu MSCI?

MSCI adalah singkatan dari Morgan Stanley Capital International, sebuah firma riset investasi yang menyediakan indeks saham, manajemen risiko, dan analisis kinerja, serta tools tata kelola emiten untuk investor institusi, hingga hedge fund.

Salah satu bisnis MSCI adalah menyediakan indeks saham. Jadi, MSCI membuat indeks saham berdasarkan wilayah geografis berbeda dan skala saham dari kapitalisasi besar, sedang, hingga kecil.

Dalam membuat indeks saham, MSCI membuat formula di mana indeksnya bisa merepresentasikan kinerja seluruh saham di suatu negara. Caranya, mereka akan memasukkan saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar, free float besar, dan sangat likuid ke dalam indeksnya.

BACA JUGA: Begini Efek Saham Keluar Masuk MSCI

Selain itu, MSCI juga menyediakan indeks dunia yang menggambarkan bagaimana kondisi pasar saham dunia dengan mengambil deretan saham paling likuid dan free float market cap terbesar di setiap negara.

Sehingga indeks MSCI bisa digunakan oleh fund manager global untuk mengelola dana sesuai dengan pergerakan indeks regional yang dipilih, terutama untuk reksa dana indeks maupun exchange traded fund (ETF).

ETF adalah reksa dana indeks yang dikelola secara pasif. Sehingga, pilihan sahamnya akan mengikuti indeks yang jadi acuannya. Jadi, ketika indeks yang jadi acuannya melakukan rebalancing, maka secara otomatis portofolio sahamnya juga ikut berubah.

Hal itu lah yang membuat saham GOTO menjadi ARA di detik-detik terakhir penutupan pasar 31 Mei 2023. Hal itu disebabkan, fund manager pengelola ETF yang mengacu ke MSCI secara otomatis melakukan aksi beli saham GOTO.

Selain fund manager global, ada juga beberapa ETF lokal yang mengacu ke indeks MSCI Indonesia. Salah satunya, produk reksa dana ETF BNI Asset Management Nusantara. Nah, ketika MSCI melakukan rebalancing, otomatis produknya akan menyesuaikan portofolionya juga.

Lalu, Apakah Fund Manager Global Itu Tidak Rugi?

Jika melihat harga saham GOTO yang turun setelah efektif MSCI pada 1 Juni 2023, banyak yang bertanya, apakah para fund manager global itu tidak nyesel ikut beli GOTO ya? soalnya, harga saham GOTO sudah turun hampir 20 persen dalam sepekan.

Oke kita akan bahas seberapa besar saham GOTO jika dibandingkan dengan saham dunia.

Dengan mengasumsikan jumlah saham publik GOTO sebanyak 761,95 miliar, dengan menggunakan posisi beli saham ARA pada 31 Mei 2023 di Rp148 per saham, berarti market cap free floatnya sekitar Rp112 triliun. Jika kita konversi ke dolar AS, berarti market cap free floatnya senilai 7,57 miliar dolar AS.

Seberapa besar bobot GOTO ke indeks MSCI secara keseluruhan? Dengan total free float market caps MSCI senilai 54,2 triliun dolar AS dari sekitar 1.507 saham di seluruh dunia, bobot GOTO ke indeks besar itu hanya 0,009 persen.

Artinya, Bobot GOTO tidak terlalu signifikan terhadap fund manager global tersebut.

Untuk indeks MSCI khusus area di Indonesia saja. Bobot GOTO sekitar 5,97 persen dari total 79 konstituen dengan seluruh free float market cap senilai 108,7 miliar dolar AS. Posisi GOTO berpotensi masuk ke portofolio keenam terbesar di indeks MSCI khusus regional Indonesia.

Apakah itu signifikan? tampaknya tidak juga jika dibandingkan bobot PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Telkom (Persero) Tbk. yang mencapai 55 persen dari total indeks.

Kesimpulan

Fund manager sama sekali tidak rugi ketika ikut borong GOTO pada 31 Mei 2023. Soalnya, bagi fund manager global, porsi GOTO sangat kecil, sedangkan untuk fund manager Indonesia juga efek GOTO tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan bobot BBCA, BBRI, dan TLKM.

Toh, mereka melakukan rebalancing karena memang skema ETF adalah auto mengikuti indeks yang menjadi acuannya. Jika pun indeks ETF secara keseluruhan turun, berarti secara kondisi pasar saham di regional terkait maupun global memang sedang turun.  

Apalagi, goals utama dari reksa dana ETF maupun reksa dana indeks adalah pergerakan harganya bisa sama dengan indeks yang jadi acuannya. Kalau, pergerakannya berbeda, meski cuan luber-luber malah jadi prestasi buruk.

Lalu, apakah fund asing berpotensi keluar dari GOTO? kalau fund manager asing dengan produk ETF bakal tetap hold saham GOTO hingga saham itu didepak dari MSCI. Untuk fund manager reksa dana saham masih ada potensi keluar masuk karena pengelolaannya secara aktif.

Jadi, gimana prospek saham GOTO selanjutnya? sampai saat ini, kami menilai saham GOTO tidak menarik karena biaya transaksi yang tinggi berpotensi menurunkan peminat dan daya beli masyarakat secara riil bukan sekadar angka inflasi, masih belum pulih. Apalagi, suku bunga Bank Indonesia masih tinggi, belum ada tanda-tanda untuk menurunkan suku bunga.

Jika Bank Indonesia maupun Federal Reserve mulai pivot untuk menurunkan suku bunga, ada tanda-tanda harga saham teknologi seperti GOTO bisa melejit untuk jangka pendek. Buat swing trader bisa garap tuh.