GOTO Masuk Indeks MSCI, Begini Nasib Harga Sahamnya
GOTO resmi masuk MSCI dan sejauh awal perdagangan 12 Mei 2023, harga sahamnya sudah naik 1,72 persen. Lalu, seberapa jauh efek masuk indeks MSCI ke harga sahamnya ya?
Mikir Duit – PT GoTo Group Tbk. atau Saham GOTO menjadi satu-satunya saham yang masuk ke indeks MSCI Global Standard dalam rebalancing di pertengahan Mei 2023 ini. Terus, apakah tanda saham GOTO ini bagus? harganya bakal ARA gitu? oke kita jelasin di sini ya.
Indeks Saham MSCI adalah indeks saham yang menggambarkan bagaimana peforma pasar saham Indonsia. Biasanya, daftar saham yang ada di MSCI adalah yang paling likuid dan punya bobot besar ke Indeks harga saham gabungan (IHSG).
Ketika sebuah saham masuk ke indeks MSCI, berarti ada potensi munculnya permintaan beli dari investor asing yang portofolio di Indonesia mengikuti dari deretan saham di indeks MSCI. Begitu juga dengan saham yang keluar dari indeks itu, berarti ada potensi aksi jual yang besar dari investor asing karena menyesuaikan portofolio sahamnya dengan indeks saham MSCI.
MSCI Index pun akan melakukan rebalancing sebanyak dua kali dalam setahun, yakni di Mei dan November.
BACA JUGA: Ada Perubahan Saham di LQ45, Begini Efeknya ke Harga Saham Tersebut
Efek Rebalancing Indeks MSCI ke Harga Saham
Apakah benar rebalancing indeks MSCI akan berefek ke harga saham? oke kita akan coba studi kasus efek rebalancing ini ke harga saham yang masuk dan keluar, setidaknya tiga tahun terakhir. sample yang diambil ketika ada saham Indonesia yang kompak keluar-masuk indeks saham MSCI.
Jika Saham Masuk Indeks MSCI
Misalnya, pada 10 November 2020, masing-masing ada dua saham Indonesia yang keluar-masuk indeks saham MSCI. Indeks ini akan efektif pada 30 November 2020. Kita akan lihat bagaimana efeknya ke harga saham ya.
Dua saham yang masuk adalah PT Merdeka Gold Copper Tbk. (MDKA) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR). Lalu, yang didepak dari indeks itu adalah PT H.M Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT XL Axiata Tbk. (EXCL).
Hasilnya, saham MDKA malah turun 5,85 persen ketika diumumkan masuk ke indeks MSCI pada November 2020. Lalu, jelang efektifnya indeks MSCI pada 30 November 2020, saham MDKA malah turun lagi 1,27 persen. Meski begitu, sepanjang periode dari awal pengumuman hingga efektifnya indeks, harga saham MDKA sudah naik 4,84 persen.
Berbeda dengan MDKA, TOWR mampu mencatatkan kenaikan 2,81 persen ketika diumumkan masuk indeks tersebut. Namun, saat efektif, saham TOWR malah turun 4,74 persen, meski secara periode setelah pengumuman, saham TOWR sudah naik 10 persen.
Lalu, ada satu saham Indonesia yang masuk MSCI pada Mei 2021, yakni PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk. (TBIG). Ketika diumumkan, saham TBIG sempat naik 1,15 persen dalam sehari. Namun, saat indeks efektif, harga saham TBIG turun 3,95 persen, bahkan secara akumulasi selama proses pengumuman hingga efektif masuk MSCI, saham TBIG malah koreksi 7,25 persen.
Kemudian, ada tiga saham Indonesia yang masuk ke MSCI pada 2022, yakni PT Adaro Mineral Tbk. (ADMR), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), dan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO).
Hasilnya, saat diumumkan masuk MSCI, saham ADMR malah turun 6,93 persen. Lalu, ketika efektif turun 5,9 persen. Secara akumulasi sepanjang pengumuman hingga efektif masuk MSCI, saham ADMR sudah turun 2,19 persen.
Berbeda dengan ADMR, AMRT dan INCO memiliki pola yang sama. Saat pengumuman AMRT dan INCO masing-masing koreksi 6,81 persen dan 1,84 persen. Lalu, setelah efektif, AMRT dan INCO kompak naik 7,69 persen dan 2,88 persen. Secara akumulasi, keduanya kompak menguat 20 persen selama proses dari pengumuman hingga periode efektif.
Jika Saham Keluar MSCI
Kita juga ambil sample saham yang keluar MSCI dalam tiga tahun terakhir. Misalnya,pada November 2020 ada dua saham yang keluar, yakni PT H.M Sampoerna Tbk.(HMSP) dan PT XL Axiata Tbk. (EXCL).
Menariknya, saat pengumuman kedua saham itu dikeluarkan dari MSCI, harga sahamnya malah naik masing-masing sebesar 5,2 persen dan 2,8 persen. Namun, setelah masa efektif, kedua saham itu kompak turun sebesar 4,68 persen dan 4,71 persen. Secara akumulasi, HMSP dan EXCL malah cenderung menguat selama proses pengumuman dan efektif MSCI masing-masing sebesar 6,64 persen dan 13,34 persen.
Setelah periode efektif selesai, harga saham HMSP dan EXCL kompak menguat sebesar 2,62 persen dan 1,65 persen.
Selanjutnya, ada satu saham Indonesia yang didepak dari indeks MSCI pada Mei 2021, yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS). Saat masa pengumuman, saham PGAS koreksi 2,06 persen. Namun, saat periode efektif PGAS naik 1,81 persen. Secara akumulasi, saham PGAS turun sebesar 9,67 persen selama proses pengumuman dan masa efektif.
Setelah periode efektif indeks saham baru selesai, harga saham PGAS naik 0,89 persen.
Lalu, ada satu saham juga yang didepak dari indeks MSCI pada Mei 2022, yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP). Saat periode pengumuman, harga saham INTP turun 2,61 persen, sedangkan saat periode efektif harga saham INTP turun 6,03 persen. Secara akumulasi, saham INTP turun 7,38 persen selama periode pengumuman dan efektif tersebut.
Sama seperti saham lainnya yang didepak dari MSCI, saham INTP mencatatkan kenaikan sebesar 1,28 persen setelah periode efektif itu selesai.
Kesimpulan
Dari studi kasus dalam tiga tahun terakhir ini, kita bisa ambil simpulan kalau saham yang masuk indeks MSCI ada potensi menguat secara akumulasi dari periode pengumuman hingga efektif yang biasanya memakan waktu sekitar 2 minggu. Namun, seberapa besar penguatannya akan tergantung sentimen lainnya dari sektor bisnis serta fundamental keuangan emiten terkait.
Namun, ingat juga, setelah penguatan pada periode pengumuman hingga jelang efektif masuk indeks MSCI, harga saham berpotensi koreksi setelahnya.
Lalu, jika ada saham yang didepak dari MSCI efeknya cenderung mix, meski ada kecenderungan setelah masa efektif selesai, harga saham yang didepak itu cenderung naik.
Artinya, efek dari MSCI ini tidak akan berpengaruh apa-apa jika tujuanmu adalah investasi saham jangka panjang. Namun, jika kamu seorang trader, sentimen MSCI ini bisa dimanfaatkan untuk mengambil untung. Setuju?