Harga Saham Meroket Dipicu Rilis Lapkeu, Kejar atau Wait and See?

Saat musim laporan keuangan, kita bisa dibuat terkejut ada saham yang biasanya tidur tiba-tiba terbangun. Kira-kira, apa action yang bisa dilakukan saat ada kenaikan atau penurunan harga saham akibat hasil laporan keuangan?

laporan keuangan

Mikirduit – Beberapa saham tiba-tiba meroket setelah kinerja laba bersihnya di atas ekspektasi atau tumbuh signifikan, sebaliknya saat kinerja keuangan turun drastis, harga saham juga jeblok.. Dengan pola tersebut, apakah investor harus mengejar harga saham yang kinerjanya bertumbuh serta jual saham yang kinerja turun, atau tetap sabar?

Salah satunya saham EMTK yang mencatatkan kenaikan harga saham hingga 8,41 persen pada penutupan 3 Mei 2025. Hal itu dipicu oleh kenaikan laba bersih yang signifikan sebesar 1.300 persen menjadi Rp3,63 triliun dibandingkan dengan Rp259 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Apakah ini berarti saham EMTK layak dikejar?

Jika tujuan masuk ke saham EMTK adalah investasi, investor bisa memahami dulu, apa yang menyebabkan laba bersih EMTK meroket sangat drastis pada kuartal I/2025.

Hal yang Terjadi di Laporan keuangan EMTK Kuartal I/2025

Jika dilihat dari kinerja pendapatan, EMTK memang mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 58,71 persen menjadi Rp3,93 triliun.

Dari segi pendapatan, ada tiga pendorong utama, yakni pendapatan lain-lain meroket 231 persen menjadi Rp1 triliun dibandingkan dengan Rp300 miliar pada periode sebelumnya, pendapatan dari bisnis CASS (jasa layanan terkait penerbangan) senilai Rp725 miliar, serta Jasa VSAT yang naik 191 persen menjadi Rp226 miliar. 

Namun, apakah hanya karena kenaikan beberapa pendapatan itu hingga laba bersih EMTK naik 1300 persen? jawabannya tentu tidak. 

Selain pendapatan dari operasional bisnis, EMTK juga mendapatkan pendapatan dari laba atas investasi senilai Rp2,46 triliun pada kuartal I/2025. 

Laba atas investasi itu didapatkan dari penjualan 34,58 persen atau setara 27,42 juta lembar saham Grab Holding Ltd. yang dimilikinya. Sehingga, kini EMTK hanya memiliki sekitar 51,87 juta lembar saham Grab yang setara dengan Rp3,9 triliun. 

Dari fakta ini, apakah saham EMTK dengan laba bersih meroket tinggi layak dikejar? jawabannya tidak juga. Alasannya, kenaikan harga saham EMTK saat ini bersifat sementara karena ada sentimen rilis laporan keuangan. 

Hal ini sempat dialami oleh EMTK saat mencatatkan kenaikan laba atas investasi yang cukup signifikan pada 2021. Saat itu, EMTK mencatatkan kenaikan laba bersih yang cukup signifikan sebesar 174 persen menjadi Rp5,6 triliun. Kenaikan laba bersih EMTK didorong faktor non-operasional, yakni laba penyesuaian perubahan ekuitas entitas asosiasi senilai Rp5,8 triliun. 

Sebenarnya, kondisi saat itu agak berbeda dengan saat ini, karena kali ini EMTK mendapatkan riil cash dari penjualan saham Grab.

Namun, perlu dicermati adalah sentimen kinerja hanya akan muncul saat kinerja rilis, setelah itu pergerakan harga saham akan dipengaruhi oleh sentimen lainnya. Ada beberapa tantangan sentimen lainnya seperti yang lagi ramai tekanan bisnis media yang melakukan PHK bisa mempengaruhi ke EMTK yang menjadi pemegang saham SCMA. 

Artinya, jika ingin masuk EMTK, ada peluang diberikan harga lebih murah ke depannya. Jadi lebih baik sabar terlebih dulu. 

Lalu, bagaimana dengan kinerja emiten yang jeblok, apakah langsung dijual saja?

Mengukur Peluang Terbaik di Pasar Saham AS, Investasi Jangka Panjang atau Trading?
Kini, investor di Indonesia bisa mulai ekspansi di pasar saham AS dengan mudah, tapi bagaimana strategi investasinya? lebih baik investasi atau trading?

Saat Harga Saham Turun Akibat Kinerja Jeblok

Harga saham AADI sempat turun 6,98 persen pada periode 22-30 April 2025 sebelum laporan keuangan dirilis. Penurunan harga saham AADI itu selaras dengan realisasi kinerja AADI sepanjang kuartal I/2025 yang turun 29,19 persen menjadi 195,99 juta dolar AS.

Penurunan saham AADI ada korelasinya dengan penurunan harga batu bara dunia yang mencapai 20 persen sepanjang kuartal pertama. Sehingga rata-rata nilai penjualan pun juga ikut turun. 

Selain itu, jika melihat realisasi ekspor batu bara AADI, terlihat ada penurunan penjualan dari China dan Jepang karena penurunan nilainya lebih dari 20 persen. China turun 37 persen menjadi 108,65 juta dolar AS, sedangkan Jepang turun 45,53 persen menjadi 92,59 juta dolar AS. Meski, ada beberapa kenaikan permintaan seperti dari India naik 88,96 persen menjadi 244 juta dolar AS, serta Filipina naik 159 persen menjadi 54 juta dolar AS. 

Dengan kondisi begini, apakah lebih baik saham AADI ditinggalkan saja? belum tentu, kita perlu lihat faktor yang membuat kinerja laba bersihnya turun, yakni penurunan harga batu bara. 

Lalu, kita juga perlu lihat bagaimana emiten batu bara lainnya, apakah mengalami penurunan kinerja laba bersih juga?

Jika dilihat (selain ITMG yang melakukan limited review), rata-rata kinerja emiten batu bara jeblok. Bahkan, PTBA mencatatkan penurunan laba bersih hingga 51 persen. Artinya, ini faktor eksternal sektoral. 

Dengan faktor ini, jika ada penurunan harga saham AADI yang signifikan hingga mendekati harga PUPS di Rp5.960 per saham, harga saham AADI justru menarik untuk jangka menengah panjang. 

Pasalnya, posisi harga sudah murah dan jika ada perubahan harga batu bara secara dunia bisa mendorong kinerja keuangan AADI bisa lebih baik lagi.

Jadi, Apa yang Harus Dilakukan?

Jika dalam kondisi kinerja emiten mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan, kita lebih baik wait and see dan memanfaatkan momen trading jangka pendek jelang rilis laporan keuangan kuartal selanjutnya. 

Dengan mengetahui informasi jika kenaikan kinerja laba bersih di kuartal I/2025 ini akan mempengaruhi kinerja laba bersih sepanjang tahun, cerita kenaikan laba bisa menjadi sentimen jelang rilis laporan keuangan selanjutnya. 

Misalnya, EMTK di kuartal I/2021 yang rilis laporan keuangan pada Rabu, 28 April 2021 mencatatkan kenaikan 3,42 persen dalam sehari setelah labanya dilaporkan meroket. Hal serupa terulang juga ketika EMTK melaporkan kinerja keuangan di kuartal II/2021 yang membuat saham perseroan naik 6 persen dalam sehari pada 29 Juli 2021.

Begitu juga saat rilis laporan kuartal III/2021, meski harga saham perseroan dari akhir Juli sampai 13 Oktober turun 46 persen, tapi harga saham perseroan naik 11 persen dalam sehari pada 25 Oktober 2021 karena kinerja keuangan tersebut. 

Namun, pola tersebut bukan berarti 100 persen akan terulang karena akan ada faktor variabel yang membedakan di tahun ini yang perlu kita pantau. Namun, jika tidak ada perubahan sentimen yang signifikan, kita bisa mencoba untuk trading pendek di saham yang secara kinerja keuangan lagi meroket tersebut. 

Lalu, bagaimana dengan emiten yang kinerjanya lagi turun dalam?

Jika penurunan kinerja terjadi bukan karena masalah internal seperti adanya kenaikan utang sehingga beban bunga meroket atau ada penurunan penjualan yang signifikan ketika kompetitor lainnya malah mencatatkan kenaikan penjualan, kita bisa jadikan titik penurunan harga saham saat rilis laporan keuangan menjadi titik beli. Dengan rencana untuk investasi minimal 2 tahun ke depan. 

Namun, sebelum itu, kamu harus menilai terlebih dulu peluang pemulihan kinerjanya akan seperti apa. Misalnya, dalam kasus AADI, emiten batu bara itu hanya membutuhkan pemulihan permintaan yang bisa mengerek harga batu bara. Jika itu terjadi, berarti kinerja perseroan berpotensi bertumbuh.

Mau Dapat Full Report Pilihan Saham Value Investing, Growth Investing, dan Dividen Investing Mikirduit?

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini