Dua Cara Melawan Siklus Dividend Trap
Dividend trap kerap menjadi momok yang menakutkan bagi investor, padahal dividend trap tidak semenakutkan itu. Begini dua cara hadapi dividend trap dengan tetap dapat dividen dan capital gain.

Mikirduit – Salah satu yang sering dikhawatirkan ketika membeli saham dividen adalah risiko dividend trap. Lalu, apakah investor bisa terhindar dari dividend trap? simak ulasan dan strateginya di sini.
DMAS dan SCMA yang sempat membuat kejutan dengan membagikan dividen jumbo kini mulai membuat kekhawatiran adanya dividen trap. Pasalnya, kedua saham itu akan memasuki periode ex-date pada 8 Mei 2025. Lalu, apa sebenarnya dividen trap tersebut?
Dividen Trap adalah ketika ada investor yang membeli saham dividen dengan harapan mendapatkan keuntungan dari dividen. Namun, setelah memasuki periode ex-date, harga saham cenderung turun yang membuat keuntungan antara dividen dan capital loss atau penurunan harga saham hampir sama, bahkan cenderung lebih rugi.
Selain itu, dividen trap juga bisa menggambarkan risiko saham yang tiba-tiba bagi dividen jumbo, tapi dividen jumbo itu hanya diberikan sekali dalam seumur hidupnya sehingga setelah itu harga sahamnya mengalami penurunan tajam dan tidak pernah bangkit lagi.
Dari dua pengertian dividen trap, kami menilai real dividen trap adalah pengertian kedua ketika ada saham yang membagikan dividen karena faktor eksternal di luar operasional. Sementara itu, pengertian pertama bukan dividen trap karena sudah menjadi siklus rutin saat ex-date terjadi penurunan harga yang hampir setara dividen.
Untuk menghindari asumsi dividen trap yang pertama, ada dua cara yang bisa dilakukan agar kamu tetap dapat dividen dan capital gain secara optimal.
Pertama, Beli Saham Secara Bertahap dari Periode Sebelum Ex-date dan Setelah-nya atau Harga Murah
Jadi, ketika kamu memiliki alokasi modal senilai Rp30 juta, dan ada saham yang bagikan dividen jumbo. Kamu bisa membagi periode masuk menjadi 2-3 kali masuk.
Pertama, masuk saat sudah mengetahui adanya dividen jumbo bisa 50 persen atau 30-an persen terlebih dulu. Nantinya, modal ini yang akan menghimpun dividen.
Kedua, masuk saat penurunan drastis dalam periode ex-date. Bisa langsung 50 persen atau 30-an persen. Modal ini untuk menurunkan harga rata-rata dari pembelian tinggi sebelumnya.
Ketiga, modal terakhir bisa diakumulasikan dengan dividen untuk masuk di harga yang lebih murah dan ekspektasi bisa mendapatkan dividen yang lebih besar di tahun selanjutnya.
Dengan cara ini, kamu bisa mendapatkan dividen di tahun pertama dan mengakumulasi saat harga sudah murah sehingga bisa mendapatkan dividen yang lebih besar di tahun selanjutnya.
Misalnya, kamu beli saham LPPF setelah mengetahui ada dividen jumbo. Kamu beli saham LPPF senilai Rp10 juta di harga rata-rata sekitar Rp2.060 per saham.
Setelah masuk ex-date, ternyata harga saham LPPF turun ke Rp1.680 per saham. Dengan modal yang sudah disediakan, kamu bisa beli senilai Rp10 juta di harga tersebut. Dengan begitu, harga rata-rata yang kamu miliki turun ke Rp1.850 per saham.
Dengan begitu, jika mengacu ke harga saham per 7 Mei 2025, posisi-mu sudah floating profit sebesar 3,74 persen.
Sehingga jika diakumulasikan dengan total dividen yang didapatkan (Rp1,45 juta) dengan capital gain tersebut, total keuntungan menjadi sekitar 11 persen.
Kedua, Membeli Saat Ex-date Secara Bertahap dengan Ekspektasi Mendapatkan Harga Murah di Tahun Selanjutnya
Setelah pengumuman dividen jumbo, investor bisa menunggu waktu beli saat periode ex-date. Memang, investor tidak akan mendapatkan dividen dalam periode pertama, tapi bisa masuk di harga yang lebih murah untuk bisa mendapatkan dividen di tahun selanjutnya.
Misalnya, kamu membeli saham UNTR pada saat ex-date di 6 Mei 2024 di harga Rp22.350 per saham sebanyak Rp15 juta. Lalu, sisanya kamu siapkan ketika harga UNTR lebih murah atau di bawah harga rata-rata.
Dari situ, kamu mendapatkan momentum beli saham UNTR di Rp21.225 per saham. Dengan masuk senilai Rp15 juta, berarti posisi harga rata-rata-mu menjadi Rp21.772 per saham.
Dari situ, kamu sudah mendapatkan dividen senilai Rp2,96 juta atau setara 9,87 persen dari modalmu.
Lalu, kondisi aset-mu saat periode ex-date selanjutnya cenderung stagnan sehingga bisa dikatakan tidak terkena dampak dividend trap.

Kesimpulan
Kami menilai penurunan harga saham saat periode ex-date bukanlah dividend trap. Alasannya, hal itu merupakan lumrah terjadi, terutama di saham dividen jumbo dengan yield sekitar 7 persen ke atas. Risiko penurunan ex-date bisa diantisipasi dengan strategi investasi yang dilakukan.
Dividend trap yang nyata adalah saham yang tiba-tiba bagi dividen jumbo dan tidak pernah bagi dividen sebesar itu atau malah tidak ada dividen lagi ke depannya. Sehingga demand terhadap saham tersebut langsung hilang ke depannya dan akan sulit balik ke level sebelumnya.
Selain itu, dividend trap lainnya adalah jika ada saham yang bagikan dividen bukan dari hasil operasional bisnis, melainkan hasil penjualan aset. Pasalnya, hal itu bisa membuat dividen selanjutnya lebih kecil atau kembali normal.
Yuk Mulai Perjalanan Investasimu dengan Langkah yang Tepat Bersama Mikirsaham
Join membership Mikirsaham (dulu bernama Mikirdividen) dan dapatkan benefit:
- Pilihan saham value-growth investing bulanan
- Pilihan saham dividen yang potensial
- Insight saham komprehensif serta actionnya
- IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
- Diskusi saham dan rekap diskusinya
- Event online bulanan
- Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan
Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini