Deretan Pebisnis dan Emiten yang Investasi di Klub Bola Indonesia

Siapa bilang sepak bola Indonesia tidak menarik, buktinya deretan investor ini tertarik gelontorin modal besar ke klub bola. Siapa saja mereka?

Deretan Pebisnis dan Emiten yang Investasi di Klub Bola Indonesia

Mikirduit – Bisnis sepak bola Indonesia bisa dibilang mulai berkembang. Awalnya, bisnis sepak bola Indonesia hanya mengandalkan dana anggaran daerah, kini beberapa pengusaha kaya mulai merambah ke bisnis ini. Apakah ini bisa jadi tonggak kebangkitan sepak bola Indonesia?

Prestasi timnas Indonesia memang belum ada yang mentereng, kecuali kembalinya Indonesia ke kancah Piala Asia setelah absen terakhir kali pada 2007. Jauh sebelumnya, Indonesia adalah negara langganan di Piala Asia, meski memang belum pernah juara.

Di sisi lain, aktivitas liga juga belum berkembang. Keributan supporter dan kualitas wasit masih menjadi permasalahan utama.

Meski begitu, pola secara bisnis sudah mulai baik dengan masuknya banyak perusahaan konglomerasi ke klub sepak bola. Jika uang yang masuk sudah bisa dijadikan bisnis, kita bisa berharap perkembangan sepak bola bisa berjalan ke arah yang lebih positif.

Lalu, siapa aja konglomerat yang berani investasi ke klub sepak bola?

Di sini, kami membaginya menjadi dua bagian, investor yang memang berbisnis dan investor daerah yang mendukung tim daerahnya.

BACA JUGA: Geng Pebisnis Terbesar di Pasar Modal Indonesia

Deretan Investor Daerah yang Dukung Klub Lokalnya

Dari catatan kami, ada empat klub besar yang didukung investor daerahnya.

Nabil Husein Said Amin di Borneo FC

Borneo FC lahir setelah Nabil Husein Said Amin yang punya perusahaan tambang PT Nahusam Pratama Indonesia mengakuisisi Perseba Super Bangkalan pada 7 Maret 2014. Alasannya, Nabil ingin membangkitkan kejayaan sepak bola Kota Samarinda di liga Indonesia.

Borneo FC memulai laga liga di Divisi Utama Indonesia atau kasta kedua Liga Indonesia. Meski, setelah lolos ke Liga Super Indonesia, sepak bola Indonesia dibekukan FIFA. Namun, hingga kini Borneo FC bisa bertahan di liga kasta tertinggi.

Nabil memiliki mimpi ingin menjadikan Borneo FC seperti JDT di Liga Malaysia.

Achsanul Qosasi di Madura United

Madura United bisa dibilang lahir dari salah satu eks klub Bakrie Pelita Bandung Raya (PBR). Klub asal Kabupaten Bandung itu diakuisisi Achsanul Qosasi pada 2016 dan disulap menjadi Madura United. Di sini, nama Haruna Soemitro dipilih menjadi manajernya.

Achsanul Qosasi bisa dibilang memiliki rekam jejak cukup bagus dari dunia politik, pemerintahan, bisnis, dan sepak bola.

Di dunia politik, Achsanul Qosasi pernah menjadi wakil ketua fraksi partai Demokrat dan menjabat sebagai wakil komisi 11 DPR RI. Lalu, Achsanul Qosasi juga pernah menjadi angota 12 BAdan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 2014-2017. Bahkan, sampai saat ini Achsanul Qosasi juga masih pegang jabatan Anggota III BPK RI.

Di dunia sepak bola, Achsanul Qosasi pernah menjadi Ketua Umum Persija Selatan (2000-2013). Lalu, menduduki jabatan bendahara PSSI (2007-2011).

Dari segi bisnis, Achsanul Qosasi juga memiliki PT Garuda Tani Nusantara atau GATARA grup yang bisnisnya terkait pemberdayaan UMKM.

Achsanul Qosasi sendiri ada putra daerah Madura. Tujuannya membuat Madura United agar ada satu klub yang membawa nama Madura. Soalnya, klub-klub lokal Madura cenderung bawa nama kecamatannya masing-masing.

Bosowa Grup di PSM Makassar

PSM Makassar bisa dibilang salah satu klub profesional yang sudah dikuasai pengusaha sejak lama. PSM Makassar diakuisisi oleh perusahaan adiknya Jusuf Kalla, Aksa Mahmud, melalui Grup Bosowa. Di sini, dua keponakan Jusuf Kalla, yakni Erwin Aksa dan Sadikin Aksa menjadi pengelolanya dari Reza Ali, sesama pengusaha di Makassar, pada 2003.

Bosowa sendiri adalah sebuah konglomeras perusahaan asli Makassar. Sehingga dukungan ke PSM menjadi salah satu upaya untuk membua klub bola asal Makassar itu berkembang.

Hasnur Grup di PS Barito Putera

Berbeda dengan kisah yang lain, PS Barito Putera sudah sejak awal memiliki konsep profesional. Soalnya, sejak awal Abdussamad Sulaiman HB atau Haji Leman pemilik Grup Hasnur mendirikan klub tersebut pada 1988. Waktu itu, Barito Putera lahir di era Galatama, di mana klub-klub lahir secara profesional.

Grup Hasnur sendiri salah satu perusahaan besar di Kalimantan Selatan. Hasnur Grup memiliki lima bisnis utama, yakni kehutanan, pertambangan, agribisnis, jasa, media, dan logistik.

Bahkan, konsep bisnis PS Barito Putera juga sudah sematang Bali United. PS Barito Putra termasuk menjadi lini bisnis media Grup Hasnur tersebut.

Bisnis media Grup Hasnur melingkupi Baruto Putra, sekolah olahraga SOBP, dan PT Hasnur Media Citra yang lini bisnisnya konvergensi dan sinergi media, agen iklan, promosi, percetakan, event organizer, rental equipment produksi, riset, survei dan litbang, serta store, merchandise, dan PS Barito Putera Heritage.

Salah satu bisnis Grup Hasnur juga sudah ada yang melantai di BEI, yakni PT Hasnur Internasional Shipping Tbk. (HAIS).

Deretan Investor yang Berbisnis Sepak Bola

Karakter yang kedua adalah investor yang murni berbisnis sepak bola. Pasalnya, investor ini tidak ada keterkaitan daerah dengan tim yang dimilikinya. Sehingga, pengembangan sepak bola juga mengarah sebagai model bisnis yang menghasilkan keuntungan. Ini deretan investor yang masuk ke bisnis sepak bola.

PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK)

Perusahaan yang dikenal sebagai induknya Grup Televisi SCTV dan Indosiar, serta investor Bukalapak ini bisa dibilang menjadi salah satu yang cukup agresif dalam berbisnis sepak bola.

Secara langsung, EMTK berinvestasi di klub Liga 2, PSIM Yogyakarta. Selain itu, EMTK juga secara tidak langsung menjadi pemilik klub bola Liga 1 Rans Nusantara FC. Pasalnya, EMTK menjadi salah satu pemegang saham di Rans Entertainment yang jadi induk usaha klub sepak bola milik Raffi Ahmad tersebut.

Grup Northstar dan T.P Rachmat

Tidak disangka, salah satu orang kaya Indonesia yang menjadi keponakan Wiliam Soeryadjaya, pendiri Astra Internasional, ini punya investasi di beberapa klub sepak bola. T.P Rachmat terhubung dengan dua klub sepak bola, yakni Bali United dan Persib Bandung melalui dua kerabatnya, seperti Ayu Patricia Rachmat, anak dari T.P Rachmat, dan juga istri dari Patrick Walujo yang punya Northstar, serta Glen Sugita kerabat Patrick Walujo dalam mengembangkan Northstar.

Ayu  Patricia Rachmat diketahui memegang saham minoritas Bali United sekitar 5 persen. Lalu, Glen Sugita digadang-gadang sebagai salah satu pemegang saham di Persib.

Thohir Bersaudara

Salah satu investor yang cukup agresif berinvestasi di grup sepak bola Indonesia adalah Thohir bersaudara, yakni Erick Thohir dan Boy Thohir. Total, keduanya secara tidak langsung memiliki tiga klub di kasta tertinggi Indonesia, yakni Persib Bandung, Persis Solo, dan Dewa United.

Bahkan, Erick Thohir pernah masuk ke manajemen Persib Bandung. Kini, posisi Erick Thohir di Persib Bandung diwakilkan oleh Rudy S.Laksmana, sosok yang sangat dekat dengan Erick Thohir.

Lalu, Erick Thohir juga punya jejak di Persis Solo melalui anaknya  Agha Thohir. Meski, setelah ayahnya menjadi ketua PSSI, Agha memilih meninggalkan jabatan komisaris utama Persis Solo. Namun, hal itu belum tentu menjadi pertanda koneksi Thohir bersaudara keluar dari Persis Solo.

Terakhir, kakak Erick Thohir juga menjadi pemegang saham di DEWA United, klub sepak bola asal Tangerang Selatan yang merupakan hasil akuisisi Martapura FC.

Grup Salim

Grup Salim juga tidak mau kalah, konglomerasi yang punya bisnis Indomie itu secara tidak langsung ikut menjadi salah satu pemegang saham di Bali United sebesar 8 persen melalui PT Asuransi Central Asia.

Selain itu, secara tidak langsung, Grup Salim juga menjadi pemegang saham EMTK yang memiliki investasi di klub sepak bola PSIM Yogyakarta dan juga pemegang saham RANS Entertainment, sebagai pemilik klub sepak bola RANS Nusantara FC.

Ditambah, Grup Salim juga punya kedekatan dengan Medco Grup yang diketahui memiliki klub PSS  Sleman. Meski tidak memiliki secara mayoritas, tetapi Grup Salim memiliki jejak di beberapa klub tersebut.

Pieter Tanuri

Pieter Tanuri yang sempat dikenal sebagai bos ban PT Multistrada Arah Sarana Tbk. (MASA), kini menjadi bos klub sepak bola Bali United. Klub bola pertama di Indonesia yang listing di BEI itu pun dikembangkannya menjadi bisnis hiburan yang terintegrasi.

Kini, Pieter Tanuri memegang 40 persen saham klub Bola eks Persisam Samarinda tersebut. Pieter Tanuri memegang Bali United bersama Grup Salim dan Northstar.

Selain Bali United, Pieter Tanuri yang pegang saham mayoritas klub bola asal Bali tersebut juga secara tidak langsung memiliki Rans Nusantara. Pasalnya, anak usaha Bali United, yakni PT Ekonomi Baru Investasi Teknologi menjadi salah satu pemegang saham di Rans Entertainment, pemegang saham terbesar dari Rans Nusantara FC.

Keluarga Barki

Secara mengejutkan, keluarga taipan Barki pemilik PT Harum Energy Tbk. (HRUM) diduga menjadi salah satu pemegang saham Persib Bandung. Hal itu dibuktikan dari Lawrence Barki yang menjadi salah satu komisaris di klub asal Bandung tersebut.

HRUM menjadi salah satu perusahaan batu bara yang cukup disoroti karena agresivitasnya dalam ekspansi ke industri nikel. Ternyata, diam-diam HRUM juga titip sendal di saham Persib Bandung.

Frisian Flag Indonesia

Frisian Flag Indonesia yang dimiliki oleh Wilkes bersaudara ternyata berinvestasi di klub sepak bola Persik Kediri.

Investor pemilik bisnis susu itu diperkirakan masuk ke Persik Kediri pada 2021.

Effy Soenarni Soeharsono

Saat dirumorkan Persik kediri akan diakuisisi oleh investor, nama Effy Soenarni Soeharsono sempat mencuat. Namun, pihak Persik membantah dan yang masuk adalah Wilkes bersaudara. Di sisi lain,nama Effy Soenarni Soeharsono secara tidak langsung tetap masuk ke Persik bahkan menjadi pemegang mayoritas.

Bisa dibilang, Effy Soenarni Soeharsono masuk ke persik melalui PT Astar Global Asia, perusahaan yang didirikan Arthur Irawan, yang juga anak dari Effy.

Effy Soenarni Soeharsono juga merupakan tokoh pasar modal, dia adalah pendiri Masindo Artha Sekuritas.

Grup Medco

Perusahaan energi Medco juga diindikasi memiliki klub bola di Indonesia, yakni PSS Sleman. Medco masuk ke klub itu melalui Agoes Projosasmito, yang dianggap salah satu orang kepercayaan almarhum Arifin Panigoro.

Arifin Panigoro sendiri salah satu orang yang hobi bola dan sempat bikin heboh setelah ingin membuat liga tandingan, yakni Liga Primer Indonesia (LPI)  pada 2011. Hal itu menjadi titik awal pecahnya PSSI menjadi dua bagian, yakni the New PSSI dengan the Oldest PSSI hingga berujung pembekuan status Indonesia di FIFA.

Di sisi lain, Agoes Projosasmito ini juga dekat dengan Grup Salim. Agoes dikabarkan menjadi salah satu arsitek yang mendekatkan Salim ke saham batu bara dan mineral PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) serta PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS).

Grup Bakrie

Bakrie diketahui memegang saham Persija Jakarta sejak 2019. Hal itu terungkap dari pengakuan kolega Nirwan Bakrie yang membantunya mengembangkan Pelita Jaya, yakni Rahim Soekasah.

Sebelumnya, Bakrie lebih dekat dengan Arema Indonesia setelah merger Arema ISL dengan Pelita Jaya pada medio 2012. Namun, Bakrie mulai melepas klub berjuluk Arema tersebut pada 2016. Untuk itu, kucuran dana segar dari Bakrie mulai hilang dan Arema seperti kehilangan taji saat itu.

Setelah tidak memiliki Arema itu, Bakrie diduga secara perlahan masuk ke Persija hingga saat ini. Tidak main-main, Bakrie bisa dibilang memiliki mayoritas hampir 100 persen saham Persija.

Kesimpulan

Dengan melihat pola ini, sebenarnya mulai terlihat arah sepak bola dikendalikan oleh grup yang berbeda dari sebelumnya. Bisa dibilang sepak bola Indonesia sejak 1990-an digerakkan oleh Grup Bakrie, kini menuju masa transisi masuknya era konsorsium keluarga Thohir, EMTK, hingga Pieter Tanuri dan Grup Salim.

Harapannya, kehadiran konglomerat baru yang menguasai sepak bola bisa membuat sepak bola maju. Seperti, ketika digdaya Grup Djarum membantu prestasi di bulu tangkis, meski sekarang sudah tidak lagi.

Soalnya, sepak bola ini butuh dukungan modal. Untuk itu, dibutuhkan para pebisnis yang punya modal. Namun, para pebisnis nggak mungkin kasih modalnya cuma-cuma, untuk itu mereka menyulap sepak bola menjadi bisnis agar bisa terus berkelanjutan.

Nah, dari semua ini, kamu sudah tau dong kalau ada sentimen terkait sepak bola, saham apa yang berpotensi mendapatkan pengaruh?