Cara Mencegah Risiko di Saham yang Paling Benar

Memang, nggak ada yang salah dalam saham. Mau jadi trader, investor, IPO hunter, atau ARA hunter. Ini catatan untuk kamu yang masih pemula dalam hadapi risiko di saham.

Cara Mencegah Risiko di Saham yang Paling Benar

Mikir Duit – Apa yang jadi kekurangan investor saham ritel dibandingkan dengan investor institusi? semua pasti kompak menjawab INFORMASI. Banyak yang merasa investor institusi itu bisa dapat informasi lebih dulu sehingga bisa take action. Namun, investor ritel harus paham, mereka lebih fleksibel ketimbang institusi. Jadi, bagaimana agar bisa cuan terus dalam investasi saham dan bisa mencegah risikonya?

💡
Tulisan ini muncul berhubung market yang lagi sepi juga, serta ada kejadian komentar di postingan saya di Stockbit yang jadi pro dan kontra. Jadi, saya menulis tentang lupakan saham IPO yang bisa baca di sini, dari situ banyak yang pro IPO hunter langsung mengemukakan pendapatnya, walau ada yang tak peduli tapi tetep komentar.

Oke, tulisan ini saya tunjukkan kepada kamu yang masih pemula. Belum jago saham, tapi mau belajar lebih dalam, dan belum terpengaruh ke satu sisi kelompok garis keras manapun seperti, teknikal garis keras, fundamental garis keras, IPO hunter garis keras, saham ARA garis keras, saham Gorengan garis keras, dan investor yang rugi terus garis keras.

Investasi saham, pada dasarnya menawarkan keuntungan dari sisi kenaikan harga saham dan juga dividen. Menurut saya, yang paling menarik dari saham ini adalah dividen. Soalnya, kita bisa mendapatkan bagian laba bersih emiten. Dari hasil dividen itu, hasilnya bisa diputarkan lagi untuk membeli saham yang baru.

Dengan begitu, aset kita benar-benar bertambah bukan sekadar dari kenaikan harga, tapi memang mendapatkan bagian dari keuntungan bisnis emiten. Menarik kan?

Hanya saja, bicara dividen, nilainya akan terasa jika kita punya modal yang besar. Lalu, kita perlu memilih saham dividen investing yang oke. Dalam hal ini, saya mengandalkan PT Selamat Sempurna Tbk. (SMSM), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Astra International Tbk. (ASII). Keempat emiten itu, telah menemani saya dan bagikan dividen yang rutin dan konsisten.

Sebenarnya, ada satu lagi PT Indofood CBP  Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang rutin bagi dividen. Namun, saya keluar masuk di saham itu seperti beli di Rp8.000-an, jual di Rp10.000-an. Kini, masih hold dengan rata-rata harga sekitar Rp8.000-an lagi. Soalnya, harga saham ICBP masih belum kemana-mana sejak pandemi Covid-19.

Memahami Risiko

Tadi kita bicara indahnya investasi saham, tapi setelah ini kita bicara risiko investasi saham. Jujur, risiko investasi saham lebih beragam ketimbang keuntungannya yang cuma dari kenaikan harga dan dividen.

Berikut ini deretan risiko dari investasi saham:

  • risiko penurunan harga saham
  • risiko suspensi saham akibat masalah utang
  • risiko delisting paksa akibat masalah utang dan hukum
  • risiko saham tidak bisa dijual karena tidak likuid atau tidak ada yang mau beli
  • risiko kena reverse stock split, penggabungan nilai saham yang membuat harga saham menjadi lebih tinggi. Biasanya untuk kebutuhan rights issue saham yang sudah stay di level gocap. Namun, jika setelah reverse stock split harga sahamnya turun lagi balik ke harga sebelum reverse stock split, berarti kerugian kita menjadi lebih parah. Kalau harga sahamnya mentok di Rp50 per saham, berarti kita udah pegang angka lebih rendah lagi.

Wah banyak ya risikonya? kalau gitu bagaimana cara agar kita bisa terhindar dari risiko-risiko tersebut?

Cara Menghindari Risiko Saham

Untuk menghindari risiko saham, kita harus menentukan dulu, posisi kita di saham ini sebagai apa? trader, investor, IPO hunter, atau ARA hunter? karena semuanya memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda.

Misalnya, trader saham, dia punya strategi membuat trading plan seperti membeli setiap posisi teknikal saham seperti apa, take profit saat posisi teknikal seperti apa, cut loss saat sudah mencapai tingkat kerugian seberapa besar, money management seperti berapa banyak porsi trading per saham, serta jangka waktu maksimal apakah scalping atau day trader, swing trader, atau jangka menengah sampai 6 bulanan. Untuk trader saham ini hanya berfokus di teknikal tanpa mempedulikan fundamental karena memang untuk mencari peluang cuan dari kenaikan dan penurunan harga. Sejatinya, trader tidak terlalu peduli dengan dividen, walau kadang-kadang pemula itu maruk mau jadi trader, tapi juga berburu dividen. Akhirnya, kena dividen trap.

Jika investor saham, caranya beda lagi, kita harus menentukan nih mau strategi cicil beli atau all in seluruh modal. Pilihan sahamnya juga beda, biasanya memperhatikan bagaimana kondisi fundemental saham seperti kesehatan keuangan perusahaan, valuasi perusahaan, hingga prospek bisnisnya. Investor saham hanya akan fokus di fundamental dan membeli sesuai dengan kondisi valuasi harga saham atau prospek perusahaan itu ke depannya. Hitung-hitungan fundamental yang sesungguhnya cenderung lebih rumit, tapi kita bisa menggunakan perhitungan sederhana seperti melihat tren pertumbuhan laba bersih, pembentuk laba bersih dari uang riil atau tidak riil, kondisi arus kas, hingga kondisi utang. Serta bisa menggunakan valuasi price to earning ratio (P/E) dan price to book value (PBV). Lalu, cara menghindari risiko dalam investasi bisa dilakukan dengan diversifikasi saham yang berbeda-beda.

💡
Saya tidak memasukkan dividen hunter, alasannya agak nggak make sense kalau beli saham dividen jelang cum-dividen dan jual ketika ex-dividen. Risikonya sangat tinggi untuk terkena dividen trap [seperti dalam penjelasan di sini] kecuali memang hold di harga rendah sebelum ada rencana pembagian dividen.

Seorang IPO Hunter juga agak berbeda lagi nih, mereka memburu saham-saham IPO yang berpotensi ARA. Analisis calon saham IPO ARA-nya juga menarik nih. Seperti, melihat apakah ada bonus waran, berapa persen saham yang dilepas ke publik, harga penawaran IPO, model bisnis, penggunaan dana IPO, siapa penjamin emisinya, prospek kinerja, sektor bisins, dan risiko bisnis. Bahkan, tak jarang ada IPO hunter yang nekat masuk ke sembarang saham IPO dengan asumsi win rate mereka akan cukup tinggi jika menggunakan money management yang baik.

Seorang ARA hunter ini yang sebenarnya saya juga tidak terlalu mengerti. Namun, dalam sebuah kompetisi trader, seorang bisa bikin ARA harga saham dengan mencari saham-saham nggak likuid lalu melakukan pengaturan aksi beli dan jual yang membuat harga saham ARA. Selain itu, ada beberapa metode teknikal hingga analisis bid offer yang menjadi bahan analisis apakah sebuah saham bisa ARA atau tidak.

Jadi, setiap peran dalam investasi saham itu memiliki strategi pencegahan risiko yang berbeda-beda. Untuk itu, tentukan dulu, kamu jadi apa? baru setelah itu menyesuaikan pencegahan risiko sesuai peran yang dipilih.

Kesimpulan

Setiap peran dalam investasi saham punya cara masing-masing untuk mendapatkan keuntungannya. Besaran keuntungan yang diterima juga akan tergantung, seberapa besar juga risiko yang siap kamu terima.

Tidak ada yang salah dengan setiap peran, semua punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, untuk kisah yang ada di Mikirduit ini, semuanya diarahkan ke investasi? kenapa? karena saya lebih memahami peran untuk investasi, bukan trader, IPO hunter, atau ARA hunter.

Catatan terakhir, pilihlah peran yang benar-benar kamu pahami atau ingin kamu pelajari semaksimal mungkin. Kalau tidak cocok dengan satu peran, jangan dipaksakan karena ujungnya bakal berisiko rugi juga untukmu.