Cara Investor Saham Menghadapi Banjir Rumor Tidak Jelas Agar Tetap Cuan
Dalam beberapa waktu terakhir, banyak rumor-rumor tidak jelas yang membuat banyak orang FOMO. Hasilnya ya ada yang cuan, ada yang rugi juga. Simak cara cuan sambil menghadapi banjir rumor saham saat ini.

Mikirduit – Grup Prajogo Pangestu terus diterpa berbagai rumor dari kabar CBRE memiliki benang merah dengan transaksi PTRO dan CUAN dalam mengakuisisi Grup Hafar hingga kabar Prajogo juga mau akuisisi BUVA dari sumber yang tidak jelas. Sebagai investor, apa yang harus dilakukan dengan rumor seperti ini?
Highlight
- Rumor aksi korporasi emiten, termasuk dari Grup Prajogo, punya peluang 50:50 untuk menjadi kenyataan karena bantahan bisa terjadi saat proses belum resmi.
- Investor ritel yang ingin cuan dari rumor perlu memahami risikonya, karena informasi A-1 biasanya masih dalam tahap awal dan belum pasti terealisasi.
- Strategi masuk ke saham berpotensi rumor bisa lewat fundamental yang undervalued atau spekulasi backdoor listing, tapi tetap perlu manajemen risiko ketat.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Prajogo Pangestu melalui manajemen emitennya PTRO dan CUAN serta BRPT telah membantah terkait rumor yang beredar di pasar. Namun, ritel yang merasa dikadalin dari bantahan rumor ternyata jadi realita juga denial dan merasa ini rumor ini masih bisa terjadi.
Apalagi, secara historis beberapa bantahan malah menjadi kenyataan. Seperti, ketika Prajogo membantah CUAN akan mengakuisisi PTRO pada 2023, tapi ternyata CUAN melakukan akuisisi PTRO pada 2024. Begitu juga, teranyar PANI yang sempat membantah akan melakukan right issue pada Agustus 2025, tapi akhirnya mengumumkan rencana aksi korporasi tersebut di September 2025.
Namun, tidak semua bantahan rumor itu malah berujung terjadi. Beberapa bantahan seperti rumor UNTR akuisisi ARCI, kisah 1 dekade rencana akuisisi PNBN, kabar PSAB diakuisisi Salim dan DOID, semuanya masih tidak kelihatan ujung transaksi nyatanya.
Artinya, kemungkinan bantahan atas rumor yang justru menjadi realita memiliki probabilitas 50:50. Lalu, kenapa si emiten melakukan bantahan, padahal akhirnya akuisisi dan aksi korporasi yang dirumorkan malah terjadi juga?
Jawabannya sederhana, karena saat rumor muncul bisa jadi belum ada transaksi resmi. Jika belum ada deal dengan dua atau lebih pihak, salah satu pihak jelas tidak bisa mengutarakan rencana detailnya ke publik. Kecuali, dalam jurnalistik ada ucapan off the record.
Apalagi, dalam proses akuisisi ada namanya proses dari penjajakan awal, due diligence, negosiasi, hingga akhirnya deal tanda tangan perjanjian jual-beli.
Di sisi lain, untuk kasusnya PANI yang dirumorkan melakukan right issue di harga Rp20.000 per saham, tapi malah dibantah itu juga punya alasan kuat, yakni right issue-nya memang akan dilakukan, tapi belum tentu di harga Rp20.000 per saham. Pasalnya, dalam tahapan right issue ada prospektus awal, persetujuan RUPSLB, dan prospektus eksekusi right issuenya.
Apalagi, rumor PANI melakukan right issue terjadi di Juli 2025 dengan selisih 1 bulan lebih dari rencana right issue tersebut. Sehingga, alasan PANI membantah aksi right issue jelas, belum ada rilis prospektus awal.
Memahami Info A-1 yang Tidak Bisa Memberikan Cuan Instan
Sejak jumlah investor ritel membludak pasca covid-19 dan tren backdoor listing meningkat, banyak investor ritel menginginkan informasi A-1 atau sebelum aksi korporasi terjadi. Harapannya, investor ritel ini bisa membeli saham-nya sebelum berita dirilis dan bisa mendapatkan kenaikan harga saham yang menarik. Namun, apakah itu mungkin?
Pertanyaannya, apa kepentingannya hingga informasi A-1 bocor ke investor ritel sebelum aksi korporasi dilakukan? jawabannya bisa karena nggak sengaja karena hasil analisis seorang investor melihat gerak-gerik emiten atau sengaja karena membutuhkan likuiditas untuk keluar dengan cuan.
Lagipula, informasi A-1 yang muncul biasanya dalam tahap penjajakan awal sehingga proses transaksi aksi akuisisi masih lama terjadinya. Bahkan, informasi yang diterima tidak akan lengkap seperti waktu kapan transaksi akan terjadi. Pasalnya, belum ada kepastian transaksi akan deal atau tidak.
Sehingga jika ingin mendapatkan informasi A-1 juga harus sabar menunggu realisasi aksi korporasi dilakukan. Itu pun kalau jadi. Artinya, ada risiko transaksi tidak terjadi, serta harus sabar menunggu. Seperti dasar-dasar dalam investasi saham harus sabar dan siap dengan risiko jika ada hal tidak terduga.
Sementara itu, jika ada rumor yang muncul secara detail dan terbuka di media massa, apalagi terkesan too good to be true juga perlu diperhatikan.

Seperti DADA yang sejak bulan lalu dirumorkan akan ada pihak yang akuisisi dari Jepang dan menjadi Next PANI. Sampai jelang public expose, muncul kisah DADA juga mau membagikan dividen. Meski, terkait rencana akuisisi atau backdoor listing, manajemen hanya mengungkapkan terbuka atas peluang-peluang tersebut.
Terlepas dari rencana akuisisi perusahaan Jepang, yakni Mitsubishi Estate dan Kajima Corporation serta wacana dividen, owner DADA melakukan aksi jual signifikan sepanjang Agustus 2025.
PT Karya Permata Inovasi Indonesia sempat memiliki 66,23 persen saham DADA per akhir Juli 2025, tapi per akhir Agustus 2025 hanya tersisa 58,7 persen. Artinya, ada penurunan kepemilikan sebesar 8 persen.
Jika total 8 persen itu dilempar ke publik, berarti porsi pemegang saham di bawah 5 persen akan naik menjadi 40 persen dibandingkan dengan 32 persen pada periode sebelumnya.
Apalagi, peluang ritel yang mau masuk saat harga DADA mulai naik juga telah tertutup. Pasalnya, posisi bid dijaga di atas 5 juta lot sehingga posisinya selalu ARA.
Bahkan, transaksi di pasar nego menggila dengan harga tertinggi Rp78 per saham. Terlepas dari aksi korporasinya, euforia dan volatilitas saham DADA ini cukup berisiko. Masih banyak 900-an saham lainnya yang bisa dilirik dengan tingkat risk-reward yang lebih terukur ketimbang ikut euforia saham DADA yang sulit dibeli,tapi jika sudah bisa dibeli malah berisiko.

Cara Beli Saham yang Berpotensi Ada Rumornya
Cara beli saham yang berpotensi ada rumor atau aksi korporasi bisa dilakukan dengan memperkirakan apakah saham ini layak diakuisisi atau tidak sebelum ada rumornya. Pasalnya, jika info A-1 sudah mulai turun, berarti harga saham sudah naik signifikan. Sehingga, kita ambil posisi masuk sebelum bandar masuk atau bersamaan dengan akumulasi bandar.
Untuk masuk sebelum bandar masuk atau bersamaan dengan bandar, ada dua cara yang bisa dilakukan:
Pertama, melihat fundamental dan valuasi. Jadi, kita mencari saham-saham yang secara fundamental bagus banget, prospek bisnis menarik, tapi harga lagi diskon. Harga yang diskon ini bisa disebabkan beberapa hal, seperti adanya penurunan kinerja karena faktor sektoral yang harusnya bisa pulih dalam jangka pendek, adanya penurunan kinerja karena faktor internal yang tidak terduga (seperti longsor atau bencana alam lainnya), hingga sahamnya memang belum dilirik.
Jika ingin ruang pertumbuhan yang lebih besar, bisa berspekulasi dengan conviction fundamental tersebut ke saham-saham market cap kecil misalnya di bawah Rp5 triliun. Saran, selain memperhatikan PE dan PBV band atau sektoral yang paling dipahami untuk indikator sudah diskon atau belum, perhatikan juga volatiltias harga sahamnya. Jika sudah naik kencang banget meski PE dan PBV masih murah, lebih baik wait and see sampai ada retracement. Hal ini dilakukan untuk manajemen risiko jika ada aksi taking profit secara teknikal yang membuat harga saham turun signifikan. Apalagi, saham second dan thirdliner ini memiliki risiko volatilitas yang tinggi.
Kedua, pilih saham yang berpotensi menjadi cangkang backdoor listing. Biasanya, investor yang mau backdoor listing akan mencari saham yang nominal harga kecil di bawah Rp100 per saham, serta bisnisnya tidak memiliki banyak karyawan sehingga restrukturisasi-nya lebih mudah. Serta, saham-saham tersebut dari jebolan IPO pasca covid-19, yang rata-rata ownernya rela lepas status tbk-nya, ketimbang saham jadul yang bisa jadi ada unsur perusahaan keluarga atau bisnisnya cenderung sudah rumit.
Namun, cara kedua ini sifatnya spekulatif. Tidak ada indikator fundamental yang dilihat. Paling jika lebih pasti pilih saham-saham di bawah Rp50 yang punya waran masih aktif. Jika harga pelaksanaan waran cukup tinggi bisa dilirik karena ada potensi harga sahamnya mendekat ke harga pelaksanaan warannya.
Risiko dari cara ini kita bisa menunggu godot karena tidak tahu kapan transaksi terjadi dan digoreng. Namun, jika mulai masuk digoreng karena berbagai rumor, kita sudah pegang di harga bawah sehingga keuntungan bisa lebih optimal dan keluar dengan lebih mudah saat periode booming karena exit liquidity-nya sudah tersedia.
Untuk kedua cara ini, disarankan masuk bertahap sebagai manajemen risiko jika ada fluktuasi harga yang cenderung turun. Serta, untuk cara kedua disarankan dengan modal di bawah Rp50 juta karena ini masuk ke saham-saham yang likuiditas terbatas.
Serta, disarankan menghindari saham-saham dengan tingkat DER tinggi, ekuitas negatif, rugi berturut-turut hingga interest coverage ratio di bawah 1 kali. Ini juga manajemen risiko agar tidak masuk ke emiten yang berpotensi pailit hingga akhirnya delisting paksa.
Terakhir, kedua cara ini tidak memberikanmu cuan instan dengan cepat (abis beli harganya langsung terbang), serta ada risiko saham tidak bergerak atau mengalami penurunan.
Pilihan Saham Bulanan Mikirsaham untuk September 2025 Sudah Rilis Nih, Mau Tau Apa Aja yang Menarik Dilirik?
Join mikirsaham untuk mendapatkan detail plan investasi saham. Kamu juga bisa diskusi saham real-time, insight saham yang menarik, hingga pilihan saham bulanan. Mau dapat list lengkapnya sekaligus konsultasi dengan Mikirduit? yuk join Mikirsaham sekarang juga dengan klik di sini dan dapatkan semua benefit ini:
- Pilihan saham dividen, value, growth, dan contrarian
- Kamu bisa tanya lebih detail alasan pemilihan saham tersebut
- Curhat soal kondisi porto-mu
- Update perkembangan market secara real-time
- Konfirmasi isu yang kamu dapatkan dan impact-nya ke saham terkait
Semua itu bisa didapatkan dengan gabung Mikirsaham, Join sekarang dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini