Agresivitas Ekspansi Saham ASII yang Sempat Disebut Next-UNVR Karena Mobil China
Tahun ini bisa dibilang menjadi tahun yang agresif bagi ASII melakukan akuisisi diberbagai sektor, mulai dari healthcare, property, sampai tambang emas. Kira-kira sejauh mana saham ASII terbang? masih bisa dibeli atau tunggu dulu?

Mikirduit - Emiten holding yang banyak bergerak di bidang otomotif, PT Astra International Tbk (ASII) tahun ini agresif melebarkan sayap-nya ke berbagai sektor, mulai dari kesehatan, properti, sampai tambang emas. Kira-kira gimana prospeknya? masih menarik untuk dibeli sahamnya atau tunggu dulu?
Highlight :
- Tahun 2025 menjadi tahun agresif bagi ASII untuk ekspansif melalui akuisisi perusahaan di berbagai sektor.
- Investor dapat cuan combo dari ASII di Oktober : harga saham terbang + dividen interim
- Saham ASII yang sudah naik makin dekati target analis, sudah saatnya take profit atau masih bisa keep hold atau malah masih bisa dibeli lagi?
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Saham ASII sempat dikabarkan suram bahkan disebut next UNVR atau menjadi next-Nokia hingga Blackberry karena kehadiran mobil listrik China. Di sisi lain, saat pasar saham gonjang-ganjing, ASII malah menjadi salah satu saham yang diburu asing dengan net buy asing sepanjang 2025 (hingga 17 Oktober 2025) mencapai Rp3 triliun.
Tahun 2025 bisa dibilang menjadi tahun yang agresif bagi ASII melakukan ekspansi, terutama melalui aksi akuisisi perusahaan berbagai sektor seperti kesehatan, properti, sampai tambang emas.
Kami merekap secara berurutan di tahun ini ada beberapa perusahaan yang telah diakuisisi ASII sebagai berikut :
Februari 2025 : Astra tambah kepemilikan di Halodoc
Pada Februari 2025, Astra International kembali memperkuat pijakannya di sektor kesehatan digital dengan meningkatkan kepemilikan saham di Halodoc menjadi sekitar 31,34 persen.
Langkah ini dilakukan melalui injeksi dana tambahan senilai US$57 juta (sekitar Rp900 miliar). Sebelumnya, Astra juga memimpin pendanaan Series D senilai US$100 juta pada 2023, sehingga total investasi grup ke startup healthtech ini kini mencapai sekitar US$135 juta.
Maret 2025 : Astra akuisisi perusahaan properti logistik
Pada Maret 2025, Grup Astra melalui entitasnya PT Pratista Industrial Properti, anak usaha tidak langsung yang dimiliki 95 persen melalui Menara Astra, resmi mengakuisisi 100 persen saham PT ESR Indonesia Properties One dan PT ESR Indonesia Properties Two dari ESR Group.
Nilai transaksi diperkirakan mencapai sekitar Rp1,3 triliun, menjadikannya salah satu langkah strategis terbesar Astra di sektor properti logistik.
Kedua perusahaan tersebut kini berganti nama menjadi PT Pratista Industrial Properti Satu (PIPS) dan PT Pratista Industrial Properti Dua (PIPD).
Melalui akuisisi ini, Astra mengambil alih dua kompleks pergudangan modern milik ESR di kawasan Cikarang Logistic Park 1 & 2, yang berlokasi di GIIC dan KITIC, Bekasi. Fasilitas tersebut memiliki total luas lantai sekitar 113.700 meter persegi di atas lahan seluas 173.100 meter persegi, dan telah sepenuhnya disewakan (fully tenanted) kepada berbagai penyewa industri.
Sejak diakuisisi, kedua entitas ini langsung memberikan kontribusi pendapatan sekitar Rp26 miliar dan laba bersih Rp16 miliar ke laporan keuangan Astra per semester I-2025. Angka tersebut setara dengan sekitar 14,5 persen dari laba bersih segmen properti Astra, yang tumbuh 17 persen secara tahunan menjadi sekitar Rp110 miliar.
Juni 2025 : Lewat UNTR, Astra akuisisi bisnis proyek panas bumi
Pada Juni 2025, melalui anak usahanya PT Energia Prima Nusantara (EPN), United Tractors (UNTR) yang merupakan anak dari grup Astra menyelesaikan pembelian tambahan 30,6 persen saham di Supreme Energy Sriwijaya (SES) senilai US$ 30,8 juta. Dengan tambahan ini, kepemilikan UNTR di SES naik ke 80,2 persen.
SES sendiri memegang 25,2% saham di SERD (Supreme Energy Rantau Dedap), proyek panas bumi dengan kapasitas 91,2 MW di Sumatera Selatan. Dengan akuisisi di SES, UNTR secara langsung & tidak langsung menguasai 40,4% saham di SERD.
Dengan memiliki sekitar 80,2% saham SES, UNTR punya kendali operasional & keputusan penting proyek geothermal yang digarap SES & SERD. Ini memudahkan integrasi dan pengelolaan proyek jangka panjang. Ini sekaligus jadi langkah diversifikasi ke bisnis ramah lingkungan dan mengurangi kontribusi batu bara terhadap revenue ke depan-nya.

September 2025 : Astra tambah porsi saham HEAL
Pada 9–12 September 2025, Astra (melalui anak usahanya PT Astra Healthcare Indonesia / AHI) melakukan aksi akumulasi besar atas saham HEAL (PT Medikaloka Hermina Tbk).
Total yang mereka beli ada 1,472,471,400 lembar saham HEAL dengan harga berkisar Rp1.683,14 hingga Rp1.850 per saham, jadi total transaksi sekitar Rp2,69 triliun.
Sebelum transaksi itu, Astra / AHI sudah memiliki sekitar 10,42% saham HEAL. Setelah pembelian itu, kepemilikan Astra naik jadi 20%, baik secara langsung maupun tidak langsung
Langkah ini jadi bukti kalau Astra makin memperluas sayapnya ke bisnis kesehatan. Selain itu, Astra juga bisa lebih leluasa untuk kolaborasi antara ekosistem kesehatan digital (misalnya lewat Halodoc) dan jaringan rumah sakit Hermina guna memperkuat sinergi di layanan medis dan layanan kesehatan secara menyeluruh.
September 2025 : Astra akuisisi tambang emas
Pada 12 September 2025, Grup Astra melalui anak usahanya UNTR lagi-lagi mengambil langkah akuisisi untuk diversifikasi bisnis. Kali ini ke critical mineral yaitu emas.
Grup Astra diketahui mengakuisisi hampir 100% saham PT Arafura Surya Alam (ASA), emiten tambang emas yang mengelola Proyek Doup di Sulawesi Utara. Nilai kesepakatan mencapai US$540 juta (± Rp8,8 triliun), yang sudah termasuk utang pemegang saham sebelumnya.
Meski ASA belum mulai produksi, masih di tahap konstruksi dan selesai studi metalurgi, UNTR telah merancang penggunaan teknologi pressure oxidation untuk meningkatkan efisiensi dan recovery emas dari tambang ini.
Proyek Doup, konsesi seluas sekitar 4.000 hektar di Blok Doup, ditargetkan mulai beroperasi komersial di tahun 2028, dengan output tahunan diperkirakan mencapai 140.000-155.000 ons emas.
September 2025 : Astra resmi akuisisi MMLP
Masih dibulan yang sama, pada akhir September lalu, Astra secara resmi mengakuisisi
PT Mega Manunggal Property Tbk. (MMLP) melalui PT Saka Industrial Arjaya.
Dalam keterbukaan informasi, PT Saka Industrial Arjaya melaporkan telah membeli 5,76 miliar saham MMLP dengan harga Rp580 per saham, sehingga total nilai transaksi mencapai sekitar Rp3,34 triliun.
Kalau dilihat dari urutannya, langkah Astra mengakuisisi MMLP sebenarnya punya benang merah yang kuat dengan akuisisi dua entitas milik ESR Group sebelumnya, yaitu PT ESR Indonesia Properties One dan Two pada Maret 2025.
Kedua perusahaan itu dulunya merupakan bagian dari jaringan properti logistik milik ESR, yang juga dikenal sebagai mitra strategis MMLP dalam mengembangkan gudang modern di Indonesia.
Dengan kata lain, Astra secara bertahap masuk ke rantai bisnis logistik ini dari dua sisi: mengambil alih aset fisik gudang dari ESR lebih dulu, baru kemudian menguasai platform pengelola propertinya melalui MMLP.
Melalui kombinasi dua akuisisi ini, Astra kini memiliki kendali penuh atas aset dan manajemen ekosistem logistik industri yang strategis, mulai dari gudang di kawasan Cikarang, Cileungsi, hingga Karawang. Ini memperkuat posisi Astra bukan hanya sebagai pemain otomotif, tapi juga sebagai pemilik dan operator infrastruktur logistik nasional yang menopang sektor manufaktur, e-commerce, dan distribusi suku cadang.
Secara strategis, langkah ini juga sejalan dengan arah diversifikasi Astra yang tengah gencar membangun portofolio di sektor real asset dan supply chain modern, melengkapi ekspansi mereka di sektor healthcare dan energi terbarukan.
Saham ASII Sudah Terbang 15%, Makin Dekati Proyeksi Analis
Melihat berbagai gebarakan akuisisi yang ramai dilakukan Astra tahun ini membuat harga saham-nya pun melejit.
Kalau ditarik dari awal tahun sudah naik sekitar 15 persen sampai akhir Jumat lalu (17/10/2025) ke posisi Rp5.625 per lembar. Posisi ini sudah semakin mendekati target rata-rata analis di Rp5.937 per lembar, artinya potensial upside yang tersisa sekitar 5,5 persen lagi.
Target harga tersebut didapatkan dari rata-rata 33 analis, dimana 25 diantaranya masih menyematkan rekomendasi beli, sisanya delapan analis merekomendasikan hold.


Kalau melihat upside yang kian menyempit seiring dengan harga saham yang naik, maka untuk yang baru mau beli seperti lebih bijak untuk wait and see dulu.
Mari kita cek dulu teknikal-nya dari gambar di bawah ini.

Kami melihat sampai akhir Jumat lalu (17/10/2025) saham ASII mengalami koreksi signifikan menembus support trenline MA20 daily. Ada pattern distribusi yang terbentuk yaitu double top. Jika ini terkonfirmasi lebih lanjut, artinya akan ada risiko penurunan lagi, paling tidak mencapai target pattern ke 5.275.
Jika bisa turun lagi, untuk yang mau beli tentu menjadi kesempatan untuk menunggu ke level yang lebih best price.
Lantas bagaimana untuk yang masih punya? kami menilai kalau yang punya harga agak atas bisa pertimbangkan untuk mulai menikmati profit sebagian, kecuali jika punya di harga bawah masih menarik untuk hold jangka menengah sampai panjang sebagai dividen investing.
Prospek cuan dividen Astra belum selesai…
Bicara soal dividen, baru-baru ini ASII juga membagikan dividen interim. Masa cum date-nya sudah lewat pada 13 Oktober lalu, yang artinya bagi pelaku pasar yang mau beli saham ASII sudah tidak bisa dapat dividen lagi sekarang.
Namun, tentu ini bukanlah akhir, karena dividen yang diberikan bulan ini baru bentuknya interim. Artinya, dividen final masih akan dibagikan tahun depan dari hasil laba yang diperoleh pada tahun ini.
Sebagai catatan, dividen interim ASII yang dibagikan sekitar Rp98 per lembar. Nominal ini konsisten diberikan Astra selama tiga tahun beruntun tiap jelang akhir tahun sebagai dividen interim.
Biasanya, untuk dividen final nanti yang dibagikan berkisar Rp300-Rp500 per lembar. Jumlah ini tentu jauh lebih besar daripada dividen interim yang dibagikan bulan ini, artinya peluang cuan juga masih bisa lebih banyak.
Dengan menggunakan laba yang disetahunkan dari kinerja semester pertama, laba bersih ASII tahun ini diperkirakan mencapai sekitar Rp31 triliun. Dengan asumsi payout ratio yang lebih konservatif sebesar 60%, total dana yang dibagikan sebagai dividen akan mencapai sekitar Rp18,6 triliun, setara dengan Rp459,3 per lembar saham.
Setelah dikurangi dividen interim sebesar Rp98 per lembar yang telah dibagikan sebelumnya, maka potensi dividen final ASII diproyeksikan berada di kisaran Rp361 per lembar saham.
Kalau dari harga terkini Rp5.625 per lembar, yield yang didapat dari dividen final mencapai 6.42%. Potensi cuan ini bisa saja lebih tinggi kalau harga average yang kita dapatkan lebih rendah.
Mau Belajar Cari Cuan Saham Sendiri Plus Bonus Dapat Diskusi Bersama Founder Mikirduit di Mikirsaham Pro?
Pas banget, kami juga lagi ada promo bundling mikirsaham pro dengan event mini bootcamp Stockverse: Mencari Cuan Secara Mandiri.
Di sini, kamu bisa praktek cari saham sendiri dan mendapatkan insight untuk mempermudah pembelajaran hingga nantinya kamu bisa menganalisis saham secara mandiri.
Benefit Mikirsaham Pro:
- Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
- Insight saham terkini serta action-nya
- IPO dan Corporate Action Digest
- Event online bulanan
- Grup Diskusi Saham
Benefit Stockverse:
- Video edukasi Lifetime
- Event online, 1 November 2025 (belajar teknikal), 8 November 2025 (menciptakan strategi investasi saham sendiri), 9 November 2025 (Market Outlook)
Kamu bisa beli paket bundling ini cuma Rp950.000 dari harga sebelum diskon Rp2,1 juta dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini