5 Saham yang Mulai Diakumulasi Tipis-tipis Oleh Asing, Begini Prospeknya
IHSG mencatatkan net sell asing senilai Rp8,5 triliun dalam 3 bulan terakhir. Namun, ada saham-saham yang lagi diakumulasi. Kamiulas 5 dari 16 saham yang lagi diakumulasi asing di sini

Mikirduit – Kami melakukan review ke 5 saham yang diborong asing dalam beberapa waktu terakhir dengan rekor 50 hari perdagangan beruntun. Lalu, bagaimana sahamnya, apakah masih bisa dibeli serta seperti apa prospeknya?
Highlight
- Lima saham yang sedang diborong investor asing menunjukkan minat kuat meski kondisi pasar didominasi investor domestik, menandakan adanya potensi selektif di sektor-sektor tertentu.
- DRMA dan SPTO menjadi saham dengan aksi beli asing terpanjang (50 hari beruntun), masing-masing didukung prospek suplai otomotif ke BYD dan ekspansi pabrik baru.
- Beberapa saham seperti BBSI dan MSTI masih memiliki risiko fundamental — dari LDR tinggi hingga perlambatan margin — sehingga peluang cuan perlu diimbangi dengan kehati-hatian dalam likuiditas dan valuasi.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Meski, dalam 2 tahun terakhir saham-saham konglomerasi yang lebih manggung dan ditransaksikan oleh investor domestik, tapi daya tarik saham yang dilirik investor asing juga tidak bisa dipandang sebelah mata.
Kami mencatat ada 5 saham yang diborong asing selama lebih dari 15 hari perdagangan terakhir (atau hampir sebulan terakhir). Apa saja saham tersebut, dan bagaimana peluangnya?
Saham BBSI
BBSI adalah saham bank digital milik Kredivo dengan nama Krom bank. Hingga 6 Oktober 2025, saham BBSI sudah mencatatkan aksi net buy asing sebanyak 16 hari perdagangan beruntun. Meski, nilai net buy asing-nya dalam sekitar 4 pekan terakhir di bawah Rp1 miliar, yakni hanya Rp167 juta.
Dari segi kinerja keuangan hingga semester I/2025, BBSI mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 80 persen menjadi Rp730 miliar. Namun, dari segi pencadangan juga naik 109 persen menjadi Rp507 miliar. Hasilnya, laba bersih hanya naik 12,31 persen menjadi Rp73 miliar.
Sementara itu, dari segi rasio keuangan, kami mengkhawatirkan kondsi LDR yang masih tinggi sebesar 115 persen. Meski, rasio CAR masih 57,96 persen yang artinya ada ruang hingga 30 persen untuk menutup kebutuhan LDR. (CAR diturunkan sebagai normalisasi kebutuhan LDR).
Namun, kondisi ini juga bisa memicu BBSI menawarkan bunga deposito tinggi untuk memicu penambahan jumlah DPK agar LDR bisa lebih normal.
Di luar itu, NPL BBSI kian membaik menjadi di bawah 3 persen dengan NPL net 0,12 persen. Tingkat NIM juga tinggi khas bank digital tembus 18 persen. Menariknya, cost to income rasio (CIR) BBSI sangat rendah di 19,21 persen.
Peluang untuk BBSI adalah jika tahun depan perseroan menurunkan pencadangan dengan kredit masih ekspansif bisa membuat laba bersih perseroan bisa tumbuh cukup menarik.
Risikonya, dari segi LDR masih sangat ketat (untuk organik LDR dari dana pihak ketiga). BBSI harus menormalisasikan proses bisnis ini dulu hingga nantinya bisa tumbuh lebih berkelanjutan.
Selain itu, saham ini SANGAT TIDAK LIKUID sehingga jika tertarik harus atur modal kecil.
Saham MSTI
Saham kedua yang diburu asing adalah MSTI. Saham ini mencatatkan 21 kali net buy asing secara berturut-turut. Dalam 3 bulan terakhir, MSTI mencatatkan net buy asing sekitar Rp107 miliar.
Kami belum menemukan story kuat terkait rencana MSTI yang bisa mendorong harga sahamnya lebih menarik. Namun, dari segi kinerja hingga kuartal II/2025, MSTI mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 11,83 persen menjadi Rp2,07 triliun. Meski, dari segi laba kotor naik 8,81 persen (lebih rendah dari pertumbuhan pendapatan) yang berarti adanya kenaikan beban pokok pendapatan.
Namun, laba bersih MSTI naik sebesar 20,25 persen menjadi Rp196 miliar. Laba bersih MSTI bisa naik lebih tinggi karena dorongan penghasilan bunga yang lebih tinggi serta kerugian kurs yang jauh lebih rendah.
Dari segi segmen pendapatan, MSTI mencatatkan penurunan dari segmen perangkat keras sebesar 12,77 persen menjadi Rp963 miliar, tapi mencatatkan kenaikan besar di perangkat lunak dengan kenaikan sebesar 78,42 persen menjadi Rp678 miliar. Untuk pendapatan MSTI, beberapa klien besarnya antara lain BMRI dan TLKM.
Saham IPCM
Saham yang diburu asing ketiga adalah IPCM. Emiten anak usaha BUMN Pelindo ini mencatatkan net buy asing selama 21 hari perdagangan berturut-turut. Dalam 6 bulan terakhir, saham IPCM telah mencatatkan net buy asing sekitar Rp12 miliar.
Karakter bisnis IPCM ini recurring income yang terus berulang karena memberikan jasa pemanduan kapal di berbagai pelabuhan milik Pelindo 2. Total, ada 11 pelabuhan Pelindo Regional 2 yang menggunakan jasa IPCM. Lalu, ada 7 Badan usaha pelabuhan yang juga berkolaborasi dengan IPCM, serta 6 Joint Operation.
Salah satu momentum IPCM jika pelabuhan Patimban mulai beroperasi optimal. Posisi IPCM di Patimban adalah mitra dari pengelola. Meski, belum diketahui lebih detail pengaruhnya terhadap kinerja perseroan.
Di luar itu, kinerja IPCM juga terjaga dengan pertumbuhan dua digit. Pendapatan IPCM hingga semester I/2025 naik 19 persen menjadi Rp714 miliar, laba kotor naik 16 persen menjadi Rp160 miliar, dan laba bersih naik 15 persen menjadi Rp90 miliar.
Saham DRMA
Saham DRMA menjadi yang paling lama diakumulasi asing kedua, yakni 50 hari perdagangan beruntun. Sepanjang 2025 hingga 6 Oktober 2025, saham DRMA sudah mencatatkan net buy asing senilai Rp65 miliar.
DRMA disebut menjadi hak yang akan menyuplai komponen otomotif untuk pabrik BYD. Perseroan mengaku sudah menjalin komunikasi dengan BYD pada akhir tahun lalu. Apalagi, hubungan DRMA dan SSIA adalah relasi dari geng pendiri ASII.
Sementara itu, kinerja DRMA tengah melambat dengan laba bersih yang hanya tumbuh 1,27 persen menjadi Rp240 miliar. Meski, pendapatan naik 8,53 persen menjadi Rp2,77 triluun. Adapun, hampir lebih dari 50 persen pendapatan DRMA berasal dari PT Astra Honda Motor.
Saham SPTO
SPTO menjadi emiten dengan aksi beli asing beruntun terlama (nilai sama dengan DRMA) sebanyak 50 hari perdagangan beruntun. Sepanjang tahun ini, SPTO telah mencatatkan net buy asing senilai Rp43 miliar.
Sebenarnya, SPTO memiliki rencana penambahan pabrik yang saat ini kapasitasnya sudah 75 persen. Lahan pembangunan pabrik juga sudah tersedia. Kabarnya, perseroan telah melakukan pembangunan tiang pancang serta fasilitas penunjang lainnya.
Sepanjang tahun ini, SPTO menganggarkan capex senilai hingga Rp150 miliar. belanja modal tahun ini disebut naik karena mau bangun showroom dan kantor baru di Surabaya. Ekspektasi, penyerapan capex akan lebih optimal di semester II/2025. (sepanjang kuartal I/2025 senilai Rp10 miliar)
Di sisi lain, saham SPTO tengah mencatatkan tren penurunan kinerja keuangan hingga semester II/2025. Pendapatan turun 2,86 persen menjadi Rp1,3 triliun dan laba bersih turun 6,96 persen menjadi Rp107 miliar.
Salah satu sentimen untuk SPTO adalah terkait rencana program 3 juta rumah dalam setahun. Namun, dari penjelasan manajemen per Juni 2025, pengaruh dari sentimen tersebut terhadap kinerja perseroan belum memberikan kontribusi yang signifikan karena programnya juga belum berjalan signifikan.
Kami Sudah Rekap 16 Saham yang Lagi Diakumulasi Asing Serta Strategi Investasinya di Mikirsaham.com
Pas banget, kami juga lagi ada promo bundling mikirsaham pro dengan event mini bootcamp Stockverse: Mencari Cuan Secara Mandiri.
Di sini, kamu bisa praktek cari saham sendiri dan mendapatkan insight untuk mempermudah pembelajaran hingga nantinya kamu bisa menganalisis saham secara mandiri.
Benefit Mikirsaham Pro:
- Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
- Insight saham terkini serta action-nya
- IPO dan Corporate Action Digest
- Event online bulanan
- Grup Diskusi Saham
Benefit Stockverse:
- Video edukasi Lifetime
- Event online, 1 November 2025 (belajar teknikal), 8 November 2025 (menciptakan strategi investasi saham sendiri), 9 November 2025 (Market Outlook)
Kamu bisa beli paket bundling ini cuma Rp950.000 dari harga sebelum diskon Rp2,1 juta dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini