5 Saham yang Ada Aksi Korporasi dari KOKA hingga IMJS, Begini Prospeknya

Mikirduit – Ada 5 saham yang lagi ada aksi korporasi dari mulai diakuisisi hingga right issue. Lalu, bagaimana prospek kelima saham tersebut?
Highlight
- Aksi akuisisi atau right issue bisa memberi peluang cuan besar, tapi risikonya tinggi karena harga saham sangat dipengaruhi ekspektasi pasar dan tidak selalu naik setelah pengumuman.
- Contoh kasus KOKA menunjukkan potensi positif jika Ningbo Lixing benar-benar memasukkan aset konstruksinya ke KOKA, karena bisa melipatgandakan skala proyek dan pendapatan KOKA ke depan.
- Penilaian layak tidaknya masuk ke saham-saham aksi korporasi sebaiknya menunggu kepastian eksekusi dan tetap berbasis pada fundamental prospek bisnisnya, bukan hanya momentum sesaat.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Aksi akuisisi dan right issue sering dianggap momentum untuk bisa mendapatkan keuntungan signifikan dalam waktu singkat. Meski, dalam probabilitasnya tetap 50:50 karena tidak semua saham yang diakuisisi maupun right issue bisa meroket.
Biasanya, dorongan kenaikan harga saham saat ada aksi akuisisi atau right issue itu akan ditentukan oleh beberapa faktor seperti, skala transaksi akuisisi atau right issue, status perubahan pengendali, owner yang memang niat menggerakkan, hingga adanya rumor-rumor yang tidak jelas. Untuk poin ketiga dan keempat kecenderungannya memiliki risiko tinggi, sedangkan untuk skala transaksi besar dan perubahan pengendali ada kecenderungan kenaikan sudah terjadi sebelum pengumuman resmi.
RIsiko dari masuk ke saham-saham seperti ini adalah ekspektasi market yang terlalu tinggi. Seperti PANI dan PACK, yang mana banyak pihak menunggu aksi korporasinya. Namun, ternyata secara pengumuman rencana aksi right issue (dan PACK skema OWK right issue), harga sahamnya malah terjun payung karena tidak sesuai dengan ekspektasi pasar.
Jika ingin masuk, sebenarnya kita bisa lihat setelah kepastian muncul bagaimana prospeknya. Sehingga balik lagi, kita akan masuk by fundamental terkait prospek bisnis dan momentum ke depannya. Cuannya nggak besar dong? belum tentu juga. Jika momentumnya bagus bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan juga.
Berikut ini kami share 5 saham yang lagi ada aksi korporasi:
Saham KOKA
Saham KOKA mengumumkan Ningbo Lixing Enterprise Management Co. Ltd berencana mengakuisisi 63,5 persen saham perseroan dari pengendali eksisting. Sehingga nantinya Ningbo Lixing akan menjadi pengendali baru perseroan.
Ningbo Lixing disebut berencana mengakuisisi perseroan untuk memperluas jaringan bisnis di bisnis konstruksi, terutama konstruksi infrastruktur.
Siapa Ningbo Lixing ini? Salah satu dokumen yang tercatat, Ningbo Lixing Corporate Management (nama perusahaan yang sedikit berbeda dari Ningbo Lixing Enterprise Management) memiliki kepemilikan saham di dua perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Kedua perusahaan itu adalah PT Bangunan Teknik Group dan Yongcheng construction.
Kami berasumsi Ningbo Lixing Corporate Management dengan Ningbo Lixing Enterprise Management berada di satu pengendalian yang sama.
Dalam kepemilikan di kedua saham itu, porsi Ningbo di Bangunan Teknik Grup sebesar 15 persen, sedangkan Yongcheng Construction sebesar 49 persen.
Dari dokumen yang dirilis pada 2023, pemilik akhir dari Ningbo Lixing adalah Ya Youli dan Chen Liwei dengan kepemilikan masing-masing 50 persen.
Perusahaan tersebut memiliki kontrak proyek pembangunan smelter dari Lygend Resources & Technology, yang memiliki hubungan bisnis dengan NCKL (Grup Harita). Lygend ini juga perusahaan yang berbasis di kota Ningbo, China. Namun, kami belum menemukan hubungan antara Lygend dengan Ningbo Lixing.
Terlepas dari itu, KOKA juga merupakan perusahaan konstruksi yang berasal dari China. KOKA yang IPO pada 2013 dikendalikan oleh empat pihak, yakni Gao Jing, PT Kreatif Konstruksi Indonesia, Gao Jinfeng, dan Pei Yaxing.
Lalu, KOKA juga mengerjakan beberapa proyek termasuk dari PT Karunia Permai Sentosa senilai Rp31 miliar di Pulau Obi, salah satu area tambang nikel dan smelter NCKL bersama Lygends. Area tersebut juga dibangun oleh entitas terafiliasi Ningbo Lixing.
Gao Jing sebagai owner KOKA sempat menjadi mitra PT Shanghai Yiquan Trading Co. Ltd pada 2007 hingga 2010 sebelum akhirnya mengembangkan bisnis KOKA tersebut. Gao Jing hingga 2023 menjabat sebagai Vice President untuk Kadin China di Indonesia.
Dari cerita ini, seberapa menarik aksi korporasi KOKA ini?
Jika yang mengakuisisi Ningbo Lixing berencana memperluas skala bisnis konstruksi KOKA serta mendapatkan status tbk dan memasukkan aset perusahaan konstruksinya di sana, mungkin bisa berdampak positif terhadap prospek kinerja KOKA pasca pengalihan aset.
Pasalnya, sejauh ini proyek yang dikerja KOKA (untuk pipeline 2025) paling besar senilai Rp100 miliar. Jika dengan adanya Ningbo Lixing bisa membuat KOKA mendapatkan proyek dari perusahaan China lainnya di Indonesia hingga Rp1 triliun, artinya pendapatan KOKA bisa tumbuh lebih agresif.
Beberapa proyek pipeline KOKA di 2025 antara lain:
- PT Karunia Permai Sentosa senilai Rp31 miliar dengan lokasi proyek di Pulau Obi
- PT Formosa Bag Indonesia dengan nilai kontrak Rp35 miliar di Semarang
- PT Bintan Alumina Indonesia senilai Rp33 miliar di Pulau Bintan
- PT Jimon Group Inodnesia senilai Rp100 miliar di dekat Jakarta
Dengan book value per share sekitar Rp61 per saham, kami ekspektasi harga transaksi berkisar Rp50 hingga Rp65 per saham. Artinya, ada potensi Ningbo keluar modal sekitar Rp85 miliar hingga Rp110 miliar untuk transaksi ini. (Nilai yang cukup besar), kecuali kalau ditawar di bawah 1 kali PBV.
Jika harga transaksi sekitar Rp50 sampai Rp65 per saham, berarti potensi mandatory tender offer ada di sekitar Rp87 per saham (harga rata-rata tertinggi dalam 90 hari terakhir hingga sebelum pengumuman).

Saham FITT
FITT menjadi salah satu saham yang dikabarkan berpotensi mengalami perubahan pengendali dan adanya aksi backdoor listing. Dalam keterbukaan informasi, FITT disebut akan diakuisisi oleh PT Jinlong Resources Investment. Perusahaan tersebut akan mengambil alih 48,07 persen saham FITT dari PT Gloria Inti Nusantara, Hendro Sutanto, dan Richard Suwandi Lie.
Kami belum menemukan secara detail untuk entitas PT Jianlong Resources Investment secara resmi, tapi Grup Jianlong memang sudah banyak beroperasi di Indonesia terkait bisnis nikel.
Sosok Gao Jin Liang yang menandatangani keterbukaan informasi terkait rencana akuisisi FITT adalah sempat berstatus Direktur Industri Indonesia Huabao Industrial Park (IHIP) pada 2023. Lalu, Grup Jianlong menjadi salah satu investor di Kawasan Ekonomi Khusus Sorong melalui Beijing Jianlong Heavy Industry Group. Mereka bersama PT Sheng Wei New Energi Technology berinvestasi sekitar Rp75 triliun.
Beijing Jianlong Heavy Industry Group disebut akan membangun pabrik pembuatan baja di Sorong, Papua.
Lalu, kemana arah bisnis FITT nantinya? jika mengacu ke bisnis Jianlong di Indonesia, ada potensi ke sektor pembuatan baja, meski ini baru dari asumsi kami.
Saat ini, FITT memiliki bisnis perhotelan yang memiliki hotel di Majalengka bernama Hotel Fitra.
Jika melirik prospek nilai transaksi, kami perkirakan nilai transaksi bisa berkisar di Rp50 hingga Rp60 per saham (asumsi satu PBV senilai Rp56 per saham). Sehingga nilai transaksi sekitar Rp30 miliar - Rp37 miliar. Sementara itu, harga mandatory tender offer sekitar Rp227 per saham (harga rata-rata tertinggi dalam 90 hari perdagangan sejak pengumuman)
Saham LAPD
Saham LAPD juga mengumumkan rencana akuisisi 51 persen sahamnya oleh PT JSI Sinergi Mas dari Laymand Holding, PT Intiputera Bumitirta, Keraton Investment Ltd., Evi Felicia, dan Leo Andyanto.
JSI Sinergi Mas merupakan perusahaan perdagangan bahan bakar padat, cair, gas, dan produk.
Jika mengacu ke websitenya, JSI Sinergi mas memiliki bisnis pertambangan batu bara, layanan pertambangan, dan manajemen pelabuhan. Perseroan memiliki perusahaan batu bara di bawah anak usaha La Tahzan Coal Mining. Perusahaan tersebut memiliki tambang batu bara di Desa Embalut Kalimanta Timur seluas 497 hektar dengan rata-rata produksi sekitar 360.000 ton per tahun. Karakter batu bara thermal yang dimiliki sekitar 5000 kcal per kg (atau termasuk kalori rendah).
Selain itu, JSI Energi juga punya anak usaha yang bisnisnya adalah jasa pengelolaan pelabuhan batu bara di Desa Embalut seluas 15 hektar lewat anak usahanya PT Embalut Sinergimas Persada. Dari bisnis itu, perseroan lagi mengembangkan fasilitas dermaga agar bisa menampung batu bara hingga 200.000 metrik ton per bulan.
Selain PT Embalut Sinergimas, JSI Energi juga punya anak usaha di bisnis serupa bernama, PT Palaran Sinergi Mas yang memiliki daya tampung sekitar 150.000 metrik ton batu bara per bulan.
Bisnis JSI Energi lainnya adalah sebagai kontraktor pertambangan melalui PT Bersaudara Sinergi Sejahtera. Beberapa klien-nya antara lain, PT La Tahzan (perusahaan terafiliasi), PT Usaha Kawan Bersama, PT Amanah Batu Alam Persada, dan PT Dian Jaya Artha.
Serta, ada bisnis kontraktor pertambangan lainnya melalui PT Neon Sinergi Perkasa dengan klien terdiri dari La Tahzan (pihak terafiliasi) dan PT Madani Citra Mandiri.
LAPD yang saat ini bisnisnya adalah distributor berpotensi berubah bisnis kembali (sebelumnya bisnis terkait pembangunan tenaga listrik) menjadi perusahaan batu bara, kontraktor batu bara, atau jasa pelabuhan.
Jika melihat komposisi direktur dan komisaris JSI Energi, ada tiga sosok yang menjadi perhatian, yakni Sayid Muhammad Riyadh, Sayed Noval, dan Jamal Abdul Nasir yang berpotensi menjadi pengendali akhir dari perusahaan ini.
Adapun, untuk Sayid Muhammad Riyadh tercatat aktif menjadi anggota Pemuda Pancasila DKI Jakarta bidang Sumber Daya Mineral dan Pertambangan. Namun untuk dua nama lainnya Sayed Noval dan Jamal Abdul Nasir tidak diketahui detail profilnya.
Adapun, kami menilai harga transaksi LAPD bisa sangat rendah (sekitar Rp10 - Rp30 per saham). Pasalnya, kondisi LAPD dalam ekuitas negatif dengan total utang sekitar Rp7 miliar. Jika menggunakan asumsi itu, total transaksi bisa senilai Rp20 miliar hingga Rp60 miliar.
Lalu, harga mandatory tender offer berpotensi mengikuti harga rata-rata tertinggi dalam 90 hari terakhir sekitar Rp43 per saham. Kecuali harga transaksi lebih tinggi.
Saham IMJS
Saham IMJS berencana melakukan right issue dengan menerbitkan 3 miliar lembar saham atau setara 25,74 persen dari total lembar saham eksisting. IMJS sudah mendapatkan persetujuan RUPSLB untuk melakukan right issue, api belum menentukan harga pelaksanaannya.
Dengan harga nominal saham sekitar Rp200 per saham, artinya harga pelaksanaan akan berada di atas Rp200 per saham. Dengan asumsi sekitar Rp250 sampai Rp350 per saham, berarti IMJS akan mendapatkan dana segar sekitar Rp750 miliar hingga Rp900 miliar.
Dalam right issue ini, IMAS akan menjadi pembeli siaga dan melaksanakan seluruh hak saham barunya.
Right issue IMAS ini bisa dibilang tidak terlalu jumbo karena tingkat rasionya kecil dengan 115.391 lembar pemegang saham lama akan mendapatkan 40.000 hak tebus saham baru.
Dari dana right issue ini, IMJS akan menggunakan sepenuhnya untuk setoran modal kepada PT CSM Corporatama untuk modal penyediaan unit kendaraan sewa. CSM Corporatama memiliki bisnis Indorent, yang merupakan bisnis rental kendaraan dan juga logistik, termasuk bisnis bus antar kota dan provinsi.
Saham BUVA
BUVA mengumumkan rencana right issue dengan menerbitkan 4,02 miliar lembar saham baru dengan porsi 16 persen saham existing. Rasio right issue sebesar 225 saham lama mendapatkan hak 44 saham baru. Seberapa menarik right issue ini?
Right issue dilaksanakan dengan harga Rp150 per saham (di atas ekspektasi kami). Dengan begitu, jika menggunakan asumsi ex-date harga per 11 September 2025 di Rp336 per saham, berarti penyesuaian harga teoritis menjadi Rp305 per saham. Bisa dibilang right issue BUVA ini skalanya mini (dari segi rasio).
Total dana yang dihimpun dari right issue ini sekitar Rp603 miliar. PT Nusantara Utama Investama akan melaksanakan haknya serta menjadi pembeli siaga dalam right issue kali ini. Sementara itu, Hapsoro akan mengalihkan hak saham barunya kepada Nusantara Utama Investama.
Jika pemegang saham publik tidak ada yang eksekusi saham baru BUVA, ada potensi penurunan persentase free float menjadi hanya 20,97 persen dibandingkan dengan sebelumnya 25,07 persen. Porsi kepemilikan Nusantara utama Investama naik menjadi 72 persen.
Adapun, dana right issue akan digunakan mayoritas sekitar Rp400 miliar untuk pengembangan kegiatan usaha perseroan di Bali. Lalu, sekitar Rp175 miliar untuk akuisisi 55 persen saham PT Bukit Permai Properti dari PT Summarecon Bali Indah dan PT Bali Indah Development.
Mau Dapat Detail Strategi dari Masing-masing Saham Aksi Korporasi Ini? Kamu Bisa Temukan di Menu Corporate Action Mikirsaham.com
Join mikirsaham untuk mendapatkan detail plan investasi saham. Kamu juga bisa diskusi saham real-time, insight saham yang menarik, hingga pilihan saham bulanan. Mau dapat list lengkapnya sekaligus konsultasi dengan Mikirduit? yuk join Mikirsaham sekarang juga dengan klik di sini dan dapatkan semua benefit ini:
- Pilihan saham dividen, value, growth, dan contrarian
- Kamu bisa tanya lebih detail alasan pemilihan saham tersebut
- Curhat soal kondisi porto-mu
- Update perkembangan market secara real-time
- Konfirmasi isu yang kamu dapatkan dan impact-nya ke saham terkait
Semua itu bisa didapatkan dengan gabung Mikirsaham, Join sekarang dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini