5 Saham Dividen Konsisten di Atas Bunga Deposito

Sepanjang 2023 bakal banyak saham dividen one season wonder, artinya saham dividen jumbo yang cuma ada di tahun ini aja. Untuk itu, kami screening 5 saham dividen jumbo konsisten untuk jangka panjang. Cek di sini

5 Saham Dividen Konsisten di Atas Bunga Deposito

Mikir Duit – Sepanjang 2023, ada beberapa saham yang bagikan dividen jumbo seperti, sektor batu bara dan beberapa saham luar biasa seperti, TOTL, PUPD, dan saham CFIN. Nah, daripada kita membeli saham dividen jumbo yang mungkin cuma sesekali itu, lebih baik kita screening potensi saham dividen jumbo non-cyclical dari sekarang untuk mendulang cuan di tahun depan. Apa saja nih sahamnya?

Banyak yang terkejut, saham PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) membagikan dividen jumbo dengan yield 18 persen. CFIN membagikan dividen per saham Rp100 saat posisi harga sahamnya di Rp500-an per saham. Bahkan, rasio dividen dibandingkan laba bersihnya tembus di atas 100 persen.

Hal itu sempat membuat banyak yang bertanya, dari mana uang CFIN untuk bagikan dividen. Sebenarnya, wajar aja CFIN bisa membagikan dividen di atas 100 persen laba bersihnya. Soalnya, CFIN punya saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sektiar Rp3 triliun.

Namun, risiko memburu dividen CFIN sangat tinggi. Perseroan terakhir membagikan dividen 1 dekade silam. Apakah akan ada dividen lagi di masa depan? jika kena dividen trap bisa jadi hold jangka panjang banget seperti Lo Kheng Hong.

BACA JUGA: Begini Nasib Saham Dividen Jumbo Setelah Ex-date, Lebih Kasian Lagi Kalau itu Saham Dividen Yield yang Cuma Bagikan Dividen Besarnya Sesekali Doang

Tips beli saham dividen jumbo agar bisa mendapatkan nikmat dividen yield raksasa adalah dengan membelinya jauh-jauh hari, bahkan setahun sebelum pembagian dividen selanjutnya. Artinya, waktu beli terbaik adalah setelah harga saham turun parah pasca pembagian dividen, meski harus cek lagi apakah valuasinya sudah murah atau belum.

Dengan membeli saham jauh hari sebelum pembagian dividen selanjutnya, kita berpotensi mendapatkan tingkat dividen yield yang tinggi. Berikut ini 5 saham dividen jumbo non-cyclical yang bisa menjadi pilihan.

PT Power Cikarang Listrindo Tbk. (POWR)

Saham POWR menjadi salah satu pilihan saham dividen jumbo yang cukup konsisten. Sejak IPO pada 2016 sampai saat ini, POWR tidak pernah absen bagi dividen. Bahkan, perseroan konsisten membagikan dividen 2 kali dalam setahun.

Kalau di rata-rata, tingkat dividen yield POWR sekitar 6 sampai 7 persen per tahun. Tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan deposito.

Namun, jika dilihat tren harga saham sejak IPO, POWR mencatatkan tren yang negatif. POWR IPO dengan harga Rp1.500 per saham, sedangkan saat ini harga sahamnya sekitar Rp720 per saham.

Dalam setahun terakhir, harga saham POWR juga mencatatkan penurunan 1,38 persen. Meski, hal itu akan tertutupi jika dibandingkan dengan dividen yield final POWR pada 2023 sebesar 6 persen. Angka itu belum termasuk dividen interim yang dibagikan POWR sebelumnya.

Namun, bagaimana prospek bisnis POWR?

Kami melihat sepanjang kuartal I/2023, kinerja POWR melanjutkan tren positif. Seperti, pendapatan yang naik 16,63 persen menjadi 132,3 juta, sedangkan laba bersihnya naik 41,74 persen menjadi 33,73 juta dolar AS. Arus kas operasionalnya juga positif 33,14 juta dolar AS ditambah emiten ini juga tidak punya utang berbunga.

Secara prospek bisnis, POWR memiliki lini bisnis pembangkit listrik. Kini, POWR juga mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya serta porsi pembangkit listrik gas bumi dengan batu bara mulai seimbang. Dengan begitu, POWR punya potensi untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari bursa karbon jika terus mengembangkan bisnis yang zero karbon tersebut.

BACA JUGA: Memahami Efek Bursa Karbon ke Kinerja Emiten

Bagaimana valuasi POWR?

Jika dihitung dengan price to book value (PBV), posisi harga saham POWR masih murah dengan PBV 1,05 kali. Soalnya, rata-rata PBV POWR 5 tahunan itu sekitar 1,25 kali.

PT Adira Multifinance Tbk. (ADMF)

Saham ADMF menjadi salah satu saham dividen jumbo non-cyclical yang bisa menjadi pilihan selanjutnya. ADMF mencatatkan rata-rata dividen yield sekitar 6-7 persen per tahun artinya di atas dari bunga deposito.

Berbeda dengan POWR, dari segi harga saham, ADMF cenderung naik, meski secara bertahap. Bayangkan, dari harga IPO pada 2004 di angka Rp2.350 per saham. Kini, harga saham ADMF berada di level Rp10.375 per saham.

Artinya, dengan tambahan rata-rata dividen yield 6-7 persen, peluang keuntungan dari saham ADMF bisa berlipat ganda.

Lalu, bagaimana prospek bisnis ADMF?

Kinerja keuangan saham ADMF per kuartal I/2023 juga lagi tumbuh positif lumayan agresif. Meski pendapatannya hanya tumbuh 7,26 persen menjadi Rp2,23 triliun. Namun, laba bersihnya mampu tumbuh 36,92 persen menjadi Rp417 miliar. Hal itu didorong oleh pengelolaan biaya yang baik.

Hanya saja, dari segi kas operasional, ADMF mencatatkan negatif Rp3,51 triliun. Hal itu dipicu karena adanya transaksi pembiayaan yang melejit tinggi hingga menjadi Rp10,9 triliun dari periode sebelumnya cuma Rp7 triliun.

Secara risiko bisnis, ADMF seharusnya tetap oke karena rasio pembiayaan bermasalah bersihnya hanya 0,04 persen.

Apalagi, ADMF tengah mengembangkan ekosistem baru setelah mengakuisisi Home Credit. Artinya, portofolio pembiayaannya akan menjadi lebih beragam ke berbagai produk elektronik yang menjadi bisnis utama Home Credit.

Lalu, bagaimana valuasinya? jika melihat price to book value ADMF saat ini berada di sekitar 1,06 kali. Angka itu lebih murah dibandingkan dengan rata-rata 5 tahunnya yang berada di 1,13 kali.

Meski, modal untuk beli saham ADMF tergolong besar ya, minimal Rp1 jutaan.

PT Bank BJB Tbk. (BJBR)

Saham BJBR menjadi salah satu saham non-cyclical yang terhitung membagikan dividen cukup besar. Rata-rata pembagian dividen BJBR sekitar 6 persen. Dari segi pergerakan harga saham, BJBR menjadi salah satu yang atraktif. Bayangkan, IPO pada 2010 dengan harga penawaran Rp600 per saham, kini harganya per 23 Juni 2023 sekitar Rp1.175 per saham.

Pertanyaannya, bagaimana prospek bisnis BJBR untuk investasi jangka panjang?

Namun, secara kinerja kuartal I/2023, BJBR mencatatkan penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 15,74 persen menjadi Rp1,69 triliun. Hal itu berefek terhadap penurunan laba bersih sebesar 37,67 persen menjadi Rp371 miliar.

Penurunan kinerja BJBR terjadi karena kenaika beban bunga yang cukup tinggi sebesar 46,99 persen menjadi Rp1,72 triliun. Beban bunga adalah biaya yang harus dikeluarkan bank untuk membayar bunga nasabah. Dalam hal ini, bunga nasabah termasuk APBD Jawa Barat yang disimpan di sana. Ada asumsi, ketika suku bunga naik, deposan besarnya meminta spesial rate untuk menahan dana lebih lama sehingga itu memicu kenaikan bunga lebih tinggi ketimbang pendapatan bunga.

Hal itu terlihat dari segi pendapatan bunga sebenarnya BJBR mencatatkan kenaikan sebesar 7,35 persen menjadi Rp3,42 triliun. Harusnya, kenaikan beban bunga diiringi juga dengan kenaikan bunga kredit. Namun, BJBR sangat mengambil risiko kalau menaikkan bunga kredit yang bisa meningkatkan rasio kredit bermasalah.

Saat ini, rasio kredit bermasalah kotor BJBR masih terjaga di angka 1,21 persen.

Adapun, gara-gara kenaikan beban bunga yang tinggi itu, net interest margin BJBR menjadi koreksi ke 4,77 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 5,75 persen.

Sebenarnya, jika suku bunga turun akan menjadi titik bagus juga untuk bank BPD seperti BJBR [dengan catatan kami akan melakukan riset terlebih dulu korelasi antara suku bunga dengan BPD]. Soalnya, mereka punya alasan untuk menurunkan suku bunga simpanan dengan tetap menjaga posisi bunga kredit tetap. Jadi, margin bunga bersihnya bisa naik lagi.

Dengan peluang itu, bagaimana posisi valuasi BJBR saat ini?

Posisi valuasi saham BJBR saat ini bisa dibilang lumayan murah. Rasio price to book value (PBV) BJBR sebesar 0,81 kali. Angka itu jauh di bawah rata-rata PBV 5 tahun yang sebesar 1,24 kali hingga di bawah rata-rata PBV 5 tahunan standard deviasi minus 1 sebesar 0,87 kali.

💡
PENJELASAN: istilah statistika yang menandakan harga saham sudah jauh di bawah rata-rata PBV historisnya, tapi ada satu level lagi yang menandakan harga saham lebih murah yakni standard deviasi minus 2

PT BPD Jawa Timur Tbk. (BJTM)

Saham BJTM menjadi salah satu saham bank daerah yang rajin bagi dividen jumbo secara konsisten. Rata-rata dividen yield BJTM hampir mirip dengan BJBR, yakni sekitar 6 persen per tahun.

Namun, dari segi pergerakan harga saham, BJTM kalah agresif dengan BJBR. Saham banknya orang Jawa Timur ini IPO pada 2012 dengan harga Rp430 per saham. Kini, harga sahamnya sekitar Rp675 per saham. Kenaikannya sejak IPO tidak setinggi BJBR.

Lalu, apakah prospeknya juga bakal sama seperti BJBR?

Kinerja BJTM memang agak mirip dengan BJBR. Perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan bunga dari kredit sebesar 3,02 persen menjadi Rp1,72 triliun. Namun, pendapatan bunga bersihnya turun 5,01 persen menjadi Rp1,14 triliun. Hal itu disebankan kenaikan beban bunga sebesar 23,82 persen menjadi Rp577 miliar.

Hal itu pun membuat laba bersih BJTM turun 32,71 persen menjadi Rp305 miliar. Menariknya, net interest margin BJTM malah naik tinggi menjadi 5,3 persen dibandingkan sebelumnya 5,08 persen. (ini agak aneh sebenarnya karena NIM BJTM harusnya tergerus karena kenaikan beban bunga lebih tinggi ketimbang pendapatan bunga).

Di sisi lain, risiko saham BJTM bisa dibilang lebih tinggi ketimbang BJBR. Pasalnya, tingkat kredit bermasalahn kotornya sebesar 3,03 persen, meski baru mengalami penurunan dari sebelumnya 4,76 persen.

Lalu, bagaimana valuasinya BJTM?

Posisi valuasi BJTM juga mirip dengan BJBR. Saat ini, posisinya sudah cukup murah dengan PBV di level 0,82 kali. Angka itu di bawah rata-rata PBV 5 tahunnya yang sebesar 1,07 kali maupun rata-rata PBV standard deviasi minus 1-nya yang berada di 0,94 kali. Bahkan, posisi harga saham BJTM ini sudah sangat murah karena dekat dengan rata-rata PBV standard deviasi minus 2-nya yang di angka 0,81 kali.

PT Astra International Tbk. (ASII)

Saham ASII menjadi salah satu pilihan paling aman untuk investasi jangka panjang termasuk dapat dividen secara konsisten. Alasannya, saham ASII memiliki lini bisnis yang terdiversifikasi hampir ke seluruh sektor sehingga daya tahannya lebih kuat. Apalagi, skala bisnis ASII juga sudah sangat besar.

ASII menjadi saham yang paling rutin kasih dividen dua kali setahun. Artinya, kalau dijumlahkan selama setahun, rata-rata dividen yield ASII sekitar 7 persen per tahun. [pengecualian tahun ini yang dapat berkah dari UNTR akibat tren harga batu bara tinggi di 2022]

Meski, harga saham ASII dalam 10 tahun terakhir memang terlihat kurang menarik, tapi jika diakumulasikan dengan pendapatan dividennya tetap layak dijadikan pilihan.

Bagaimana prospek ASII?

Prospek ASII berpotensi cukup bagus. Setidaknya untuk jangka pendek, pertumbuhan bisnisnya berpotensi tetap terjag.

ASII mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 15,45 persen menjadi Rp82,98 triliun, sedangkan laba bersihnya melejit 27,11 persen menjadi Rp8,71 triliun.

Meski, era booming harga batu bara sudah berakhir, saham ASII masih berpotensi mendapatkan peluang cuan besar dari bisnis otomotif yag mulai bergairah. Ditambah, tren kendaraan listrik yang membuat bisnis otomotif masih bisa bertumbuh ke depannya.

Di luar itu, PT United Tractors Tbk. (UNTR) yang menjadi motor laba bersih ASII pada 2022 juga berpotensi terus tumbuh. Ingat, bisnis UNTR itu bukan cuma tambang batu bara, tapi juga kontraktor tambang yang digunakan PT Bukti Asam Tbk. (PTBA) dan perusahaan batu bara lainnya, serta tambang emas dan baru saja ekspansi ke emiten energi baru terbarukan, yakni PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO).

Belum lagi, UNTR juga dikabarkan lagi melirik akuisisi tambang nikel yang akan menjadi jalan bisnisnya makin terdiversifikasi.

Dengan berbagai prospek dari otomotif dan dunia tambang serta energi terbarukan itu saja, cerita ASII tidak ada habisnya. Belum lagi bisnis CPO, teknologi, keuangan, hingga rumah sakit lewat Hermina berpotensi menjadi motor penjaga cuan ASII untuk tumbuh konsisten di masa depan.

Namun, bagaimana dengan valuasi ASII?

Jika dianalisis dengan PBV, posisi harga saham ASII saat ini masih bisa dibilang cukup murah, meski dari catatan kami posisi terbaik ASII ketika berada di bawah Rp6.000 per saham.

PBV ASII saat ini sekitar 1,37 kali. Angka itu masih berada di bawah rata-rata PBV 5 tahunnya sekitar 1,63 kali.

Kesimpulan

Dari ulasan tadi, saham-saham bank daerah menjadi pilihan yang cukup bagus untuk dikoleksi dan memburu dividennya di tahun depan. Alasannya, bank daerah seperti BJBR maupun BJTM hampir pasti 100 persen membagikan dividen yang menarik. Soalnya, pendapatan dividen itu menjadi salah satu pendapatan daerah sehingga pemegang sahamnya pemerintah provinsi akan mengoptimalkannya dari sana. Hal itu juga yang membuat saham bank daerah (kecuali PT BPD Banten Tbk. alias BEKS) akan diatur untuk terus dalam posisi untung, meski ada moral memberikan bunga deposito untuk penempatan uang pemda yang menarik, serta menjaga bunga kredit yang disalurkan ke masyarakat lebih rendah.

Di luar itu. saham ASII, POWR maupun ADMF sebenarnya masih berada di level yang cukup fair value alias belum terlalu murah banget. Namun, jika mau mulai cicil beli bisa dilakukan saat ini untuk antisipasi potensi kenaikan lebih tinggi di masa depan. Jika turun, berarti bisa tambah beli lagi di harga yang lebih murah.

Nah, apa nih saham dividen jumbo yang jadi pilihanmu?