5 Negara dengan Utang Paling Kecil, Makmur Nggak Nih?

Apakah ada negara tanpa utang? Baca lima negara yang memiliki rasio utang terkecil di dunia.

5 Negara dengan Utang Paling Kecil, Makmur Nggak Nih?

Mikir Duit – Negara tanpa utang? kalimat itu terdengar seperti sebuah negara  yang bagus sekali. Apalagi, jika dibandingkan dengan Indonesia yang per Desember 2022 disebut memiliki utang hingga Rp7.000 triliun dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto hampir tembus 40 persen. Namun, apakah ada negara tanpa utang?

Jika merujuk ke data terkini, bisa dibilang hampir tidak ada lagi negara tanpa utang. Namun, ada negara-negara yang punya utang dibandingkan dengan pendapatan domestik bruto (PDB) yang rendah.

utang dibandingkan dengan PDB menjadi acuan apakah utang suatu negara sudah terlalu tinggi atau tidak. Rasio ini seperti debt to equity ratio (DER) yang melihat tingkat risiko utang suatu korporasi. Semakin tinggi ya semakin buruk, tapi semakin rendah belum tentu menjadi tanda itu perusahaan atau negara yang sehat juga.

Jika merujuk ke data per 15 Februari 2023, berikut 5 negara dengan rasio utang terhadap PDB yang paling kecil:

5. Eswatini

Siapa yang baru dengar nama negara ini? ini bukan plesetan Estonia, tapi ini adalah sebuah negara kecil di Afrika. Negara dengan pemerintahan berbentuk kerajaan ini awalnya bernama Swaziland. Namun, nama itu sering membuat mereka dianggap Swiss hingga akhirnya diganti menjadi Eswatini pada 2018.

Sampai 2021, Eswatini mencatatkan pertumbuhan PDB sebesar 7,88 persen menjadi 4,74 miliar dolar AS atau setara Rp72 triliun. Pendapatan per kapita negara ini sekitar Rp5 juta per penduduk. Sedikit di bawah Indonesia yang sekitar Rp5,4 juta per penduduk.

Rasio utang Eswatini terhadap PDB sebesar 15,5 persen. Artinya, dengan PDB Rp72 triliun, berarti total utangnya cuma Rp11,6 triliun.

Tingkat inflasi Eswatini juga sudah stabil di sekitar 3,72 persen di 2021. Pada 2022, inflasi Eswatini diprediksi 4,22 persen. Angka inflasi itu masih di bawah Indonesia yang berada di kisaran 5,51 persen.

Namun, utang Eswatini yang rendah itu bukan berarti ekonomi dan kehidupan masyarakatnya baik-baik saja. Sebagai negara kecil di Afrika Selatan, Eswatini menghadapi beberapa risiko ekonomi seperti krisis pangan saat terjadi cuaca buruk, termasuk saat perang Rusia-Ukraina.

Utang yang ada pun digunakan untuk menanggulangi bencana di negara tersebut. Apalagi, dengan jumlah luas negara yang kecil, Eswatini tidak punya kepentingan besar untuk meningkatkan jumlah utangnya lebih tinggi lagi, kecuali jika benar-benar dibutuhkan.

Produk ekspor Eswatini pun seperti, bahan dasar parfum, bahan kimia, dan olahan gula.

4. Republik Kongo

Republik Kongo yang juga berada di benua Afrika menjadi negara keempat yang memiliki rasio utang terhadap PDB paling rendah di dunia sebesar 15,2 persen. Kongo mencatatkan pertumbuhan PDB sebesar 6,2 persen menjadi 55,35 miliar dolar AS atau setara Rp839 triliun. Artinya, total utang Kongo senilai Rp127 triliun.

Namun, dalam tulisan foreign policy, Kongo dinilai sebagai salah satu negara yang memiliki Dark Debt, utang yang terselubung. Sebagai produsen minyak terbesar ketiga di Afrika serta produsen Kobalt, Kongo menyamarkan utangnya dengan jaminan produksi komoditas di masa depan. Skema itu tidak akan terhitung sebagai utang sehingga rasio terhadap PDB-nya tetap rendah.

Di sisi lain, status negara dengan utang rendah itu ternyata tidak mampu menjaga tingkat inflasi di Kongo yang sampai akhir 2022 tembus 14 persen.

3. Kuwait

Kuwait, menjadi negara dengan tingkat rasio utang terhadap PDB terendah ketiga di dunia. Rasio utang negara Timur Tengah itu cuma 11,5 persen. Artinya, dengan PDB Kuwait tumbuh 3,4 persen menjadi 135 miliar dolar AS atau setara Rp2.047 triliun. Berarti, utang Kuwait cuma sekitar Rp235 triliun.

Rasio utang Kuwait cukup rendah karena mereka memiliki undang-undang yang ketat soal porsi utang internasional yang bisa diambil. Bahkan, saat pandemi Covid-19, ketika harga minyak turun dan Kuwait butuh tambahan dana segar, mereka harus menunggu rancangan undang-undang yang baru.

Sejauh ini, Kuwait masih mengandalkan perdagangan minyak serta investasi investor asing yang juga terkait dengan komoditas minyak mentah tersebut. Nasib Kuwait jika minyaknya habis pun aman karena mereka sudah punya dana abadi yang disebut Future Generations Fund, kini dana kelolaannya tembus 700 miliar dolar AS atau setara Rp10.000 triliun.

2. Afghanistan

Afghanistan memang menjadi negara dengan rasio utang terhadap PDB paling rendah kedua di dunia sebesar 7,8 persen. Namun, jika dilihat pertumbuhan ekonomi Afghanistan pada 2021 sedang terkontraksi alias negatif hingga 20 persen menjadi 14,79 miliar dolar AS atau setara Rp224 triliun. Dengan jumlah PDB segitu, berarti total utang Afghanistan senilai Rp17 triliun.

Dalam kasus Afghanistan, mereka memiliki tingkat rasio utang yang rendah karena wilayahnya cukup sering konflik. Sehingga, memberikan utang ke Afghanistan menjadi risiko yang cukup besar.

Utang yang diberikan berupa bantuan untuk Afghanistan bisa memulihkan kembali negaranya setelah konflik berkepanjangan.

1. Brunei Darussalam

Brunei disebut menjadi negara dengan tingkat rasio utang paling rendah di dunia sebesar 3,2 persen. Jika melihat PDB Brunei pada 2021 terkontraksi 1,6 persen menjadi 14,01 miliar dolar AS atau setara Rp212 triliun, berarti total utang Brune cuma Rp6,78 triliun.

Negara kecil di Asia Tenggara dengan skema pemerintahan kerajaan itu memang terkenal dengan sejarah negara yang kaya. Mereka memiliki sumber minyak dengan luas wilayah negara yang kecil. Bahkan, sultan-nya pernah menjadi salah satu orang terkaya di dunia hingga warganya diberikan fasilitas pendidikan hingga kesehatan gratis.

Namun, masalah bagi ekonomi Brunei akan muncul setelah cadangan minyak negaranya habis. Apakah mereka punya dana abadi seperti Kuwait sehingga keberlangsungan keuangan negara bisa jangka panjang? itu yang masih jadi pertanyaan.

Kesimpulan

Negara dengan rasio utang terhadap PDB yang rendah bukan berarti menjadi tanda sebagai negara yang makmur. Memang, rasio utang terhadap PDB yang rendah menandakan risiko keuangan negara akibat beban bunga utang menjadi lebih rendah.

Namun, biasanya utang digunakan untuk membangun infrastruktur dan pembentuk modal bruto lainnya yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga, negara dengan rasio utang rendah bisa jadi tidak punya sumber daya alam untuk dikembangkan atau memang wilayahnya kecil.

Jika mengambil contoh dari kelima negara itu, kita bisa menggambarkan ciri-ciri negara dengan utang rendah adalah negara kecil, bisa jadi pernah terjadi konflik, tidak punya sumber daya alam yang menarik untuk dikembangkan, hingga sudah ketergantungan dengan sumber daya alam yang dimiliki.

Setelah membaca ini, apakah kamu masih khawatir dengan rasio utang Indonesia terhadap PDB yang sudah mendekati 40 persen? ingat batas aman rasio utang terhadap PDB itu di 60 persen ya katanya.