5 Fear Saham Bank dari Kopdes Merah Putih Hingga Aksi Blokir PPATK, Begini Prospeknya

Saham bank lagi didera berbagai fear sepanjang 2025. Harganya pun terus tertekan meski 4 big bank memiliki bobot besar ke IHSG. Lalu, apakah tanda saham bank mulai sunset?

5 Fear Saham Bank dari Kopdes Merah Putih Hingga Aksi Blokir PPATK, Begini Prospeknya

Mikirduit – Berbagai sentimen negatif mewarnai saham big bank, bahkan termasuk BBCA yang secara kinerja keuangan hingga kuartal II/2025 masih tumbuh. Tekanan jual asing hingga harga saham yang tak kunjung naik membuat banyak spekulasi muncul terhadap saham ini. Lalu, apakah saham big bank sudah sunset?

Highlight
  • Sentimen negatif seperti program Koperasi Merah Putih, isu spin-off BRIS, hingga potensi downgrade MSCI memberi tekanan beruntun ke saham big bank, meski belum tentu berdampak fundamental secara langsung.
  • Tren penurunan NIM bank tidak selalu mencerminkan memburuknya bisnis bank, karena bisa juga dipicu strategi ekspansi ke debitur berkualitas atau kenaikan cost of fund yang bersifat sementara.
  • Meskipun saham big bank mengalami tekanan, fase ini bukan berarti 'sunset', melainkan siklus melemah menjelang potensi kebangkitan baru di tahun 2026–2027 seiring perbaikan ekonomi dan suku bunga.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Kami mencatat ada beberapa sentimen yang disangkut pautkan dengan runtuhnya saham big bank setelah isu Danantara sejak awal tahun ini. Seperti:

  • Program Koperasi Merah Putih berisiko bagi saham big bank BUMN
  • Spin-off BRIS bisa merugikan BMRI 
  • Tren NIM bank terus menurun sehingga menjadi risiko bagi bisnis bank
  • MSCI mau downgrade pasar saham Indonesia sehingga ada potensi net sell asing terus berlanjut
  • Kebijakan PPATK blokir rekening bisa berisiko terhadap bisnis bank karena memicu penarikan uang tunai di rekening yang berpotensi menjadi rekening dormant.

Lalu, dengan deretan masalah itu, apakah benar saham big bank akan kiamat dan sunset? kami akan memberikan penjelasan satu per satu dari setiap sentimen.

Efek Program Koperasi Merah Putih Terhadap Saham big Bank BUMN

Pertama, program koperasi merah putih bisa meningkatkan rasio kredit bermasalah bank BUMN. Pasalnya, penyaluran kredit berpotensi gagal bayar karena dugaan potensi pengelolaan dana hasil kredit yang buruk oleh koperasi merah putih.

Bahkan, ada ketakutan kalau penyaluran kredit di koperasi merah putih menggunakan dana pihak ketiga yang dihimpun dari tabungan masyarakat. Sehingga jika gagal bayar, berarti nantinya korbannya adalah dana masyarakat yang disimpan di bank tersebut.

Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani pun menjelaskan penyaluran kredit ke koperasi desa merah putih akan menggunakan sisa anggaran lebih dari APBN pada 2024. Tercatat, ada dana sisa anggaran lebih sektiar RP457 triliun yang bisa digunakan untuk kredit ke koperasi merah putih.

Sehingga nantinya penyaluran kreditnya tidak menggunakan dana pihak ketiga dari dana masyarakat yang menabung di bank. Nantinya, BBNI, BBRI, BMRI, dan BRIS akan memberikan pinjaman ke koperasi desa merah putih dengan suku bunga 6 persen dengan tenor hingga 6 tahun dan masa tenggang 6-8 bulan.

Setiap kredit yang disalurkan ke koperasi merah putih harus melalui due dilligence dari pihak bank. Sehingga penyaluran kredit ke koperasi merah putih ini tidak membebani bank terhadap risiko gagal bayar utang.

Penyaluran kredit juga akan diberikan sesuai dengan kebutuhan dan loos due dilligence. Jadi, bukan langsung disalurkan miliaran rupiah ke koperasi desa tersebut.

Dengan skema ini, saham big bank BUMN lebih diuntungkan karena bisa mendapatkan tambahan likuiditas dari sisa anggaran lebih APBN untuk disalurkan ke koperasi desa merah putih. Jika penyalurannya sesuai dengan ketentuan due dilligence yang ketat, seharusnya skema ini tidak merugikan.

BTN Syariah Siap Spin-off, Industri Bank Syariah Berpotensi Meroket?
Salah satu story kuat dari saham BBTN adalah rencana spin-off unit usaha syariah menjadi BTN Syariah. Hal itu sudah dilakukan dengan akuisisi Bank Victoria Syariah. Dengan begini, akan ada satu bank syariah besar yang menandingi BRIS. Lalu, bagaimana prospek lanskap bank syariah di Indonesia?

Efek Skema Spin-Off BRIS Merugikan BMRI

Salah sayang yang mengkhawatirkan adalah skema spin-off BRIS dari BMRI agar Danantara bisa menjadi pemegang saham secara langsung. Hal itu dinilai berpotensi merugikan BMRI jika harga beli Danantara di PBV 1 kali, yakni sekitar Rp1.000-an per saham.

Namun, perkembangan skema spin-off ini memang belum jelas seperti apa. Hanya saja dengan skala Danantara saat ini, skema yang paling murah dengan menggunakan skema spin-off  AADI oleh ADRO, meski sebenarnya kemungkinannya rendah karena akan merugikan BMRI.

Selain itu, melakukan akuisisi di harga PBV 1 kali atau terdiskon dari harga pasar saat ini. Dalam kondisi ini, BRIS bersifat netral karena transaksi terjadi antara pemegang saham dan Danantara. Hanya saja, jika Danantara membeli BRIS di harga murah, harganya bisa berfluktuasi juga.

Kecuali, skema spin off dilakukan dengan cara right issue. Sehingga BRIS bisa dapat dana segar juga. Dalam skema right issue, BMRI, BBRI, dan BBNI berpotensi dirugikan karena akan terdilusi untuk buka jalan masuk Danantara.

Meski begitu, semuanya masih bersifat asumsi dan belum ada pengumuman resmi terkait skema spin-off BRIS.

Tren NIM Bank Turun

Net interest margin adalah rasio keuangan yang menggambarkan tingkat bunga kredit yang disalurkan dengan biaya bunga simpanan yang harus dibayarkan oleh bank. Artinya, jika NIM bank cukup besar, kemungkinannya antara bunga kreditnya sangat besar atau bunga depositonya sangat rendah.

Namun, NIM bank sering digambarkan oleh faktor bunga kredit yang besar. Biasanya, bank yang punya segmen market kredit yang berisiko seperti UMKM akan memiliki tingkat rasio NIM yang lebih besar secara presentase dibandingkan dengan bank yang fokus di bisnis safety seperti korporasi dan konsumsi.

Apalagi, seperti Bank Digital, ARTO dan BBYB memiliki tingkat NIM yang lebih besar daripada bank besar, yakni sekitar 8-15 persen. Artinya, tingkat bunga kredit-nya berpotensi sangat besar mengingat deposito bank-bank digital juga persentasenya lumayan besar.

Jadi, apakah penurunan NIM bank menjadi tanda buruk? Industri bank di Indonesia memang dianggap memiliki NIM yang cukup besar. Namun, dalam 2 tahun terakhir, tingkat NIM justru mengalami penurunan.

Apakah itu hal buruk? jawabannya tidak juga karena penurunan NIM bisa jadi adanya persaingan mencari debitur berkualitas sehingga tingkat yield kredit turun hingga kenaikan biaya dana selaras dengan suku bunga tinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Adapun, penurunan suku bunga yang terjadi 3 kali sepanjang tahun ini efeknya baru bisa optimal dalam beberapa bulan ke depan.

Hingga kinerja kuartal II/2025, saham big bank BUMN memang mencatatkan tren penurunan NIM yang cukup signifikan sejak 2023, kecuali BBNI yang mengalaminya sejak 2022.

Dari kondisi itu, BBNI menjadi yang terparah karena mencatatkan tren NIM terendah sejak periode 2011-2025, yakni di 3,83 persen. Sementara itu, BMRI mencatatkan level NIM terendah mendekati periode 2021, sedangkan BBRI malah mencatatkan kenaikan NIM menjadi 6,58 persen dibandingkan dengan Desember 2024 sebesar 6,47 persen,

Untuk BBCA masih terus mencatatkan tren kenaikan sejak tren penurunan NIM pada 2021-2023.

Lalu, apakah ada korelasi antara NIM dengan harga saham big bank?

Jawabannya tidak ada korelasi yang cukup kuat. Pasalnya, ada periode NIM turun, tapi harga tahunan malah tetap naik dan sebaliknya saat NIM turun harga juga turun. Artinya, setiap penurunan harga juga diiringi oleh faktor-faktor lainnya. 

Kebijakan PPATK Blok Rekening Dormant

Salah satu kebijakan baru lainnya adalah terkait pemblokiran rekening dormant tanpa transaksi selama 3-12 bulan. Pasalnya, hal itu membuat banyak pihak yang memiliki rekening idle dengan dana cadangan malah dicairkan. Hal ini jelas menjadi sentimen negatif bagi saham bank.

Pasalnya, dalam kondisi ekonomi lemah, mencari dana pihak ketiga itu cukup sulit. Sehingga implikasinya adanya kenaikan suku bunga deposito untuk bisa bersaing mendapatkan DPK.

BI pun telah menurunkan suku bunga agar bisa meningkatkan likuiditas di pasar, tapi PPATK malah membuat kebijakan berlawanan yang membuat potensi dana murah bank-bank, terutama bank menengah-kecil malah terancam ditarik demi tidak terjebak blokiran PPATK.

Secara kinerja, kondisi ini bisa menaikkan tingkat cost of fund bank dalam berebut dana pihak ketiga. Ekspektasi kami, dampak ke big bank lebih rendah daripada bank menengah-kecil, tapi jelas bisa mempengaruhi dalam kondisi persaingan mendapatkan DPK sangat sengit seperti saat ini.

Rumor MSCI Mengurangi Bobot dan Potensi Outflow Big Bank Meningkat

Rumor tersebut muncul dengan asumsi tren harga saham big bank masih terus rendah dan cenderung turun saat indeks mencatatkan kenaikan. Sehingga ada potensi perubahan MSCI secara minor dengan pengurangan bobot di saham-saham big bank. Hal itu diindikasi bisa menekan harga saham big bank selama periode Agustus saat MSCI dan FTSE melakukan rebalancing.

Di sisi lain, jika melihat pola di saham BBCA sebagai induk IHSG malah mencatatkan net sell asing dalam 13 hari perdagangan beruntun.

Bahkan, dari segi outflow asing, BBCA menjadi yang terburuk dibandingkan dengan saham big bank lainnya seperti BBRI, BMRI, dan BBNI. BMRI hanya mencatatkan 6 hari perdagangan net sell asing beruntun, BBNI 4 hari perdagangan, sedangkan BBRI mencatatkan net buy asing dalam perdagangan 1 Agustus 2025 kemarin.

Secara risiko, ada beberapa momentum yang jadi perhatian di Agustus 2025, yakni rilis data GDP Indonesia pada 5 Agustus 2025 serta nota keuangan pada 16 Agustus 2025. Keduanya bisa memicu tekanan harga jika GDP Indonesia secara kuartal on kuartal mencatatkan negatif kedua kalinya secara beruntun, serta catatan nota keuangan proyeksi defisit APBN makin lebar.

Kesimpulan

Dari semua fakta itu, apakah saham big bank sudah sunset? kami menilai belum, tapi hanya saja periode ini bukan menjadi siklus terbaiknya. Pasalnya, sesuai perkiraan ketika suku bunga mulai diturunkan tahap awal berpotensi ada risiko ekonomi karena artinya ekonomi mulai melambat. 

Namun, ekspektasi awal adanya market crash yang besar dengan pemulihan cepat, tapi ternyata market crash pelan dan cenderung lambat. Apalagi, ditambah sentimen geopolitik dari perang fisik dan perang dagang yang membuat ketidakpastian menjadi lebih tinggi.

Dengan prospek ekonomi yang melambat membuat posisi saham bank secara bisnis lebih berisiko, mulai dari biaya dana masih naik karena adanya rebutan dana antar bank hingga risiko kredit bermasalah yang tinggi.

Kami ekspektasi dengan penurunan suku bunga yang telah 4 kali dilakukan BI, dan tambahan penurunan suku bunga The Fed di sisa akhir tahun ini, serta kinerja beberapa saham bank yang sudah melambat bahkan mencatatkan penurunan laba bersih bisa sudah di dasar bisa menjadi potensi kebangkitan di 2026 dengan periode terlambat di 2027. Pasalnya, jika sampai 2026 ekonomi masih melambat berarti ada potensi sudah terjadi resesi. untuk itu, risiko terlama periode pemulihan ekonomi adalah di 2027.

Mau dapat Update Saham Bulanan Mikirsaham Edisi Agustus 2025 yang Terbaru?

Join mikirsaham untuk mendapatkan detail plan investasi saham. Kamu juga bisa diskusi saham real-time, insight saham yang menarik, hingga pilihan saham bulanan. Mau dapat list lengkapnya sekaligus konsultasi dengan Mikirduit? yuk join Mikirsaham sekarang juga dengan klik di sini dan dapatkan semua benefit ini:

  • Pilihan saham dividen, value, growth, dan contrarian
  • Kamu bisa tanya lebih detail alasan pemilihan saham tersebut
  • Curhat soal kondisi porto-mu
  • Update perkembangan market secara real-time
  • Konfirmasi isu yang kamu dapatkan dan impact-nya ke saham terkait

Semua itu bisa didapatkan dengan gabung Mikirsaham, Join sekarang dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

💡
Mau Fitur Propicks AI untuk Mendapatkan Stockpick Saham AS yang Menarik, serta data harga wajar saham di Indonesia hingga AS, kamu bisa dapatkan semua itu klik link di sini