5 Fakta Terkait Lonjakan IHSG, Lanjut Naik atau Koreksi Lagi?

IHSG sudah naik 7 persen dalam sebulan. Namun, apakah ini akan menjadi sinyal IHSG akan selalu naik atau ada risiko yang menghantui? simak 5 faktanya di sini

5 Fakta Terkait Lonjakan IHSG, Lanjut Naik atau Koreksi Lagi?

Mikirduit – IHSG sudah naik sekitar 7,6 persen dalam sebulan terakhir. Ini menjadi kenaikan agresif kedua IHSG sepanjang 2025 setelah sebelumnya naik 21,13 persen pada 9 April hingga 10 Juni 2025. Lalu, apakah IHSG akan lanjut naik atau ada potensi koreksi terlebih dulu?

Highlight
  • Kenaikan IHSG sebulan terakhir didorong oleh saham-saham konglomerat seperti BREN dan DCII, sementara saham big bank justru melemah.
  • Meski sempat ada net buy asing harian, IHSG secara akumulatif masih mencatatkan net sell asing dalam sebulan terakhir.
  • Sentimen besar seperti tarif dagang AS, rilis GDP kuartal II, dan nota keuangan 16 Agustus akan sangat menentukan arah IHSG selanjutnya.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari kenaikan IHSG sepanjang sebulan terakhir ini, untuk mengukur apakah saatnya lanjut berburu saham atau wait and see terlebih dulu?

IHSG Naik Didorong Saham Konglo

Jika dilihat saham-saham market cap besar yang mencatatkan penguatan dalam sebulan terakhir adalah saham-saham yang berkorelasi erat dengan konglomerat seperti:

  • BREN naik 26,98 persen
  • DCII naik 60,13 persen
  • AMMN naik 2,88 persen
  • DSSA naik 11,93 persen
  • PANI naik 18,16 persen
  • BRPT naik 46,75 persen
  • CUAN naik 3,49 persen
  • DNET naik 1,91 persen

Selain itu, ada beberapa saham non-konglo yang juga naik seperti, ASII naik 3,49 persen, BRIS naik 8,95 persen, BNLI naik 14,46 persen, dan UNTR naik 3,1 persen. Namun, jika dilihat persentase kenaikan harga saham konglo yang cukup mempengaruhi IHSG.

Sementara itu, saham big bank yang menjadi saham dengan bobot terbesar ke IHSG malah mencatatkan penurunan dalam sebulan terakhir, meski suku bunga baru saja diturunkan pada pekan lalu.

Secara Akumulasi, Asing masih Net Sell Asing Dalam Sebulan Terakhir

IHSG masih mencatatkan Net Sell Asing dalam sebulan terakhir

Jika diakumulasikan, IHSG masih mencatatkan net sell asing dalam sebulan terakhir. Adapun, IHSG beberapa kali mencatatkan net buy asing seperti:

  • 11 Juli 2025: Rp469 miliar
  • 17 Juli 2025: Rp540 miliar
  • 18 Juli 2025: Rp250 miliar

Namun, secara akumulasi dalam sebulan terakhir IHSG masih net sell asing dalam nilai triliunan rupiah. 

Lalu, apakah net buy asing dalam dua hari terakhir bisa dijadikan batu loncatan potensi net buy asing ke depannya?

Jika melihat net buy asing per 18 Juli 2025, beberapa saham big caps seperti, BMRI, TLKM, BBRI,dan BBNI mulai mencatatkan net buy asing. Bahkan, BMRI menjadi top net buy senilai Rp275 miliar. 

Namun, kontradiksinya adalah BBCA mencatatkan net sell asing senilai Rp223 miliar. Biasanya, ketika asing masuk dengan nada optimistis, apalagi jika asumsi sentimen suku bunga lebih rendah, BBCA juga menjadi target net buy asing.

Nasib Strategi Arbitrase di Saham MFIN Berujung Rugi Ratusan Juta Rupiah
Strategi arbitrase terutama saham-saham yang mau diakuisisi atau delisting sukarela memang kerap memberikan potensi keuntungan dengan risiko lebih rendah. Namun, ternyata ada risiko tidak terlihat dari strategi itu, yakni proses administrasi yang bisa membuat investor merugi.

Menanti Respons Market Saat Penerapan Tarif 1 Agustus 2025

Agustus 2025 menjadi bulan menantang bagi pasar saham. Pasalnya, bakal ada beberapa kejadian besar. Salah satunya penerapan tarif dagang oleh AS ke beberapa negara. Terakhir, Indonesia berhasil nego untuk tarif dagang menjadi 19 persen dengan timbal balik Indonesia borong komoditas, pesawat, dan produk dari AS, serta membuka pasar untuk AS seluas-luasnya.

Selain itu, salah satu yang menarik Trump mengutarakan bakal memberikan tarif hingga 0 persen untuk produk tembaga dari Indonesia. Hal ini bisa menguntungkan jika produk tembaga negara lain tetap dikenakan tarif 50 persen. 

Menanti Rilis Data GDP Indonesia Kuartal II/2025

Pemerintah Indonesia akan merilis data GDP kuartal II/2025 pada 5 Agustus 2025. Dari konsensus analis, rentang proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar antara 4,7 - 5 persen. 

Kementerian Keuangan memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh lebih dari 4,7 persen pada kuartal II/2025. Jika melihat kinerja GDP Indonesia kuartal I sebesar 4,87 persen, artinya ada potensi GDP Indonesia secara kuartalan kembali mengalami kontraksi sekitar 0,17 persen. Jika kembali kontraksi, angka GDP kuartal II/2025 secara kuartalan akan mencatatkan kondisi kontraksi dua kuartal berturut-turut. Meski, hal itu tidak termasuk resesi (karena kalau resesi menggunakan data tahunan), tapi menjadi tanda buruk untuk ekonomi Indonesia.

Adapun, saat pengumuman data GDP kuartal I/2025 di awal Mei, pasar saham malah lanjut bullish meski realisasi ekonomi mengalami perlambatan. 

Menanti Nota Keuangan 16 Agustus 2025

Salah satu hal terpenting lainnya adalah nota keuangan 16 Agustus 2025. Dalam nota keuangan itu, pemerintah akan mengumumkan berbagai rencana dan target dari APBN tahun depan, termasuk berbagai kebijakan yang digunakan untuk bisa mencapai target tersebut.

Beberapa yang akan menjadi perhatian:

  • Kebijakan cukai rokok, minuman berpemanis, natrium, dan plastik
  • Rencana anggaran subsidi yang berimplikasi terhadap prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi
  • Arah kebijakan yang lebih detail untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi

Jika ada program ekonomi yang dinilai positif untuk pertumbuhan ekonomi akan membuat pasar lebih menarik, sebaliknya jika program ekonomi yang dijalankan bersifat mencari perhatian masyarakat umum (seperti sekadar bansos dan diskon listrik), efeknya kurang menarik untuk pasar saham. 

Sentimen sektoral di saham rokok hingga consumer goods terkait kebijakan cukai juga akan mempengaruhi harga sahamnya.

Kesimpulan

Salah satu sentimen lainnya yang akan keluar adalah periode rilis laporan keuangan kuartal II/2025. Jika saham-saham yang berpotensi mencatatkan kinerja kuartal kedua yang bagus bisa mencatatkan volatilitas harga yang cenderung naik dalam jangka pendek. Namun, selanjutnya akan mengikuti tren besar di pasar saham maupun kondisi ekonomi Indonesia.

Kami sudah merekap 14 saham yang masih belum berfluktuasi tinggi, tapi punya potensi mencatatkan kinerja kuartal II/2025 yang menarik di Mikirsaham.com

Join mikirsaham untuk mendapatkan detail plan-nya. Kamu juga bisa diskusi saham real-time, insight saham yang menarik, hingga pilihan saham bulanan. Mau dapat list lengkapnya sekaligus konsultasi dengan Mikirduit? yuk join Mikirsaham sekarang juga dengan klik di sini dan dapatkan semua benefit ini:

  • Pilihan saham dividen, value, growth, dan contrarian
  • Kamu bisa tanya lebih detail alasan pemilihan saham tersebut
  • Curhat soal kondisi porto-mu
  • Update perkembangan market secara real-time
  • Konfirmasi isu yang kamu dapatkan dan impact-nya ke saham terkait

Semua itu bisa didapatkan dengan gabung Mikirsaham, Join sekarang dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

💡
Mau Fitur Propicks AI untuk Mendapatkan Stockpick Saham AS yang Menarik, serta data harga wajar saham di Indonesia hingga AS, kamu bisa dapatkan semua itu klik link di sini