5 Fakta Saham IPO PMUI, Distributor Produk XL Smart
PMUI, emiten distibutor XL Smart yang akan IPO berbarengan CDIA, PSAT, dan BLOG. Apakah saham-nya menarik dilirik? Check disini lima fakta yang wajib kamu tahu.

Mikirduit - Emiten distibutor produk XL Smart, PT Prima Multi Usaha Indonesia akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Juli mendatang. Ini berbarengan dengan CDIA, PSAI, dan BLOG. Berikut lima fakta soal saham IPO ini yang perlu kamu tahu.
Highlight
- PMUI menawarkan 1,16 miliar saham baru dengan target dana Rp208 miliar dan akan resmi melantai di BEI pada 8 Juli 2025.
- Mayoritas dana IPO digunakan untuk transaksi internal dan bayar utang anak usaha, bukan sepenuhnya ekspansi inti.
- Meski neraca sangat sehat, valuasi PMUI tergolong premium dengan margin tipis dan ketergantungan bisnis yang masih tinggi.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Tawarkan 1,16 Miliar Lembar Saham, PMUI Incar Dana Segar Rp208 M
PMUI akan menawarkan sebanyak-banyaknya 1,16 miliar lembar saham baru, setara 20 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Harga yang ditawarkan berkisar Rp160-Rp180 per lembar, sehingga total dana yang bisa diraup maksimal mencapai Rp208,80 miliar.
Adapun, untuk periode book building sudah berlangsung dari 24-26 Juli lalu, untuk pelaku pasar yang ingin mengikuti IPO Ini bisa mencermati periode penawaran umum yang akan berlangsung 2-4 Juli 2025.
Berikutnya untuk penjatahan efek dilakukan pada 4 Juli 2025 dan akan didistribusikan secara elektronik pada 7 Juli 2025. Sehari kemudian, tepatnya 8 Jull 2025, PMUI akan resmi melantai di BEI.
Dana IPO Buat Beli Tanah Direktur dan Bayar Utang Anak Usaha
Salah satu hal yang cukup disorot dari IPO ini adalah penggunaan dananya. Lebih dari 50 persen dana IPO PMUI ternyata dipakai untuk urusan internal dan anak usaha.
Transaksi internal yang dimaksud adalah sekitar 26,7 persen untuk membeli aset milik direktur utama, sementara hampir 30 persen lainnya dipinjamkan ke anak usaha GRPM, yang sebagian besar justru dipakai untuk bayar utang dan beli tanah.
Hanya sekitar 43,5 persen dana yang benar-benar digunakan untuk mendukung bisnis utama PMUI seperti pembelian persediaan. Berikut rinciannya :
Ketergantungan Bisnis sama XL Smart, PMUI Ekspansi Bisnis Aksesoris - FMCG
PMUI selama ini fokus di distribusi pulsa dan produk telekomunikasi. Saat ini mereka memegang sekitar 35 persen distribusi XL Smart di Indonesia. Dengan pengalaman lebih dari 25 tahun, jaringan distribusinya udah terbentuk kuat.
Tapi, mereka juga sadar kalau bergantung ke satu sumber pendapatan itu cukup berisiko. Makanya sejak 2023, PMUI mulai jual aksesori ponsel kayak charger, headset, sampai powerbank merek Philips dan Vdenmenv—semuanya lewat jalur distribusi yang sama.
Gak cuma itu, mereka juga akuisisi PT Graha Prima Mentari (GRPM), distributor FMCG yang pegang brand besar kayak Coca-Cola dan Kino. Akuisisi ini senilai Rp130 miliar, dan PMUI sekarang punya 70,67 persen saham GRPM, menjadikannya anak usaha mayoritas.
Mereka juga mendirikan cucu usaha bernama PT Tri Usaha Jaya, khusus buat distribusi barang kebutuhan harian kayak sabun, saus, dan makanan ringan. Tujuannya biar logistik makin optimal dan margin bisa naik.
Tapi, ada hal yang perlu dicatat. Karena akuisisi GRPM dilakukan sebelum IPO, maka laporan keuangan PMUI udah mencatat kontribusi GRPM, bikin kinerjanya kelihatan melonjak. Ini sah secara aturan, tapi investor tetap perlu hati-hati karena bisa jadi "ilusi pertumbuhan"

Margin Tipis, tapi Punya Neraca Kuat
Kalau dilihat dari laporan keuangan 2024, pendapatan PMUI tercatat Rp573 miliar, naik tipis 1,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Gross profit sebesar Rp55,8 miliar, tapi gross marginnya cuma 9,7 persen. Beban operasional (SG&A) juga cukup besar, hampir setengah dari gross profit. Hasil akhirnya, laba bersih mereka Rp20,2 miliar, atau net margin cuma 3,5 persen.
Meski tipis marginnya, cash flow mereka kuat. Arus kas operasi Rp47,7 miliar, dua kali lebih besar dari laba bersih. Belanja modal juga kecil (Rp6,4 miliar), jadi free cash flow-nya tebal banget.
PMUI juga punya posisi kas bersih Rp48 miliar, tanpa utang berbunga. Total kas Rp61,6 miliar dan liabilitas cuma Rp13,7 miliar. Intinya, neraca mereka sangat sehat dan aman dari tekanan likuiditas.
Valuasi Premium
Perusahaan ini bisa dibilang punya valuasi juga kelewat mahal, meskipun punya neraca sehat.
Kalau dihitung menggunakan metrik Price to Book Value (PBV) setelah menggabungkan dana IPO ke ekuitas akan mendapatkan nilai 3,9 kali. Nilai ini bisa bilang paling tinggi dibanding kompetitor yang rata-rata di bawah satu, seperti tabel di bawah ini :
Menggunakan Price to Earning (PER) juga tinggi di 49 kali dari laba 2024, sementara EV/EBIT sampai 34 kali. Ini udah setara perusahaan startup teknologi mau IPO.
Valuasi ini masih belum sebanding dengan margin perusahaan yang tipis dan bisnis digital yang masih mendominasi pendapatan. Angka valuasi ini akan bisa diterima kalau ekspansi bisnis perusahaan di jualan aksesoris dan FMCG bisa benar-benar optimal ke pendapatan dan bisa dongkrak margin ke depan.
Gimana, kalian tertarik masuk PMUI atau wait and see dulu?
Jika Ingin Tau Action Dari Setiap Saham IPO yang Lebih Detail, Kamu Bisa Temukan Jawabannya di Mikirsaham
Kamu bisa mendapatkan insight dari diskusi real time hingga analisis saham komprehensif di Mikirsaham. Dapatkan benefit:
- Pilihan saham value-growth investing bulanan
- Pilihan saham dividen yang potensial
- Insight saham komprehensif serta actionnya
- IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
- Diskusi saham dan rekap diskusinya
- Event online bulanan
- Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan
Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini