3 Saham yang Sudah Diakumulasi Asing Sebulan Terakhir, Begini Prospeknya

Ada tiga saham yang lagi rutin diborong asing dalam sebulan terakhir. Apakah tandanya saham tersebut bisa lanjut melejit? atau malah ada risiko profit taking? kami menggambarkan dari segi prospek kinerjanya di sini.

saham big caps diborong asing

Mikirduit – Saat IHSG mulai konsolidasi, dan saham big bank belum mampu menguat lebih jauh. Ternyata, ada tiga saham yang skala besar dengan pergerakan harga sesuai fundamental based lagi diborong asing dalam sebulan terakhir. Kira-kira bagaimana prospek ketiga saham tersebut?

Highlight
  • Saham UNTR menjadi incaran asing dengan 18 hari net buy berturut-turut karena rebound pendapatan dari alat berat, emas, dan EBT meski laba bersih masih tertekan bisnis batu bara.
  • Saham TLKM juga diakumulasi asing meski kinerjanya belum pulih penuh, dengan tekanan terbesar datang dari Telkomsel dan beban biaya yang meningkat.
  • Saham ASII mencatat net buy asing paling konsisten dan pertumbuhan pendapatan di lima dari tujuh segmen bisnis, meski laba otomotif dan tambang masih melemah.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

Aksi investor asing di Indonesia mulai lesu sejak MSCI dan FTSE mengurangi bobot IHSG di indeksnya. Pengurangan bobot itu memperhitungan risiko ekonomi dan sebagainya sehingga ada tekanan net sell asing yang cukup besar di pasar saham Indonesia.

Namun, kami mencatat hal menarik, yakni investor asing mulai mencatatkan net buy asing dalam sebulan terakhir di saham-saham big caps non-konglo. Total, ada 3 saham yang kami lihat mencatatkan net buy asing yang cukup brutal. 

Berikut ulasan ketiga saham yang lagi dilirik asing ini:

Saham UNTR

UNTR mencatatkan net foreign buy hingga 18 kali berturut-turut. Terakhir, UNTR masih mencatatkan net foreign buy di 1 Agustus 2025 senilai Rp30,15 miliar. Dalam sebulan terakhir (hingga 31 Juli 2025, harga saham UNTR juga sudah naik 13,67 persen.

Apalagi, kinerja kuartal kedua UNTR mulai mencatatkan pertumbuhan kinerja yang positif. Pertanyaannya, mana sisi positifnya dengan penurunan laba bersih 14,71 persen?

Jika di-breakdown, UNTR mulai mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 6,22 persen menjadi Rp68,52 triliun. Kenaikan pendapatan itu menjadi rebound setelah kinerja perseroan sepanjang 2024 mencatatkan penurunan pendapatan pasca normalisasi harga batu bara dunia.

Menariknya, 3 dari 5 lini usaha UNTR kompak mencatatkan kenaikan pendapatan. Seperti, penjualan alat berat naik 15,64 persen menjadi Rp28,99 triliun. Lalu, penambangan emas dan mineral (nikel) naik 59 persen menjadi Rp6,98 triliun. Serta segmen lainnya, termasuk EBT naik 11,98 persen menjadi Rp1,43 triliun.

Tekanan pendapatan UNTR datang dari segmen kontraktor pertambangan yang mencatatkan penurunan pendapatan 5,45 persen menjadi Rp31,16 triliun, serta tambang batu bara thermal dan metalurgi turun 9,42 persen menjadi Rp15,86 triliun.

Dari segi laba bersih UNTR pun mengalami penurunan karena tekanan dari bisnis tambang batu bara dan kontraktor pertambangan. Jika mengecualikan bisnis tambang batu bara dan kontraktornya, UNTR mencatatkan pertumbuhan laba kotor sekitar 61,1 persen menjadi Rp4,68 triliun.

Namun, pendapatan dari kontraktor pertambangan dan tambang batu bara memang berkontribusi sebesar 55 persen, sehingga akumulasi laba bersih tertekan. Pasalnya, kontraktor pertambangan mencatatkan penurunan laba kotor sebesar 42 persen menjadi Rp3,78 triliun, sedangkan batu bara metalurgi dan thermal turun 21 persen menjadi Rp2,2 triliun.

Jika ada perbaikan harga batu bara yang implikasinya bisa disebabkan kenaikan demand nikel juga di China, kinerja UNTR berpotensi naik signifikan.

Saham TLKM

Saham TLKM diam-diam juga terus diakumulasi oleh asing. Meski, harga sahamnya belum mampu tembus ke atas Rp3.000-an per saham, tapi tekanan jual saham TLKM oleh asing menjadi yang paling rendah.

TLKM mencatatkan 11 kali net buy asing berturut-turut artinya sudah 2 minggu terakhir sepanjang Juli 2025. Terakhir, TLKM mencatatkan net buy asing mencapai Rp103 miliar. Harga saham TLKM sudah naik 12,96 persen sepanjang Juli 2025.

Namun, kinerja kuartal kedua TLKM masih kurang memuaskan. Secara keseluruhan bisnis masih mencatatkan penurunan. Sebelumnya, kami ekspektasi kinerja bottom line TLKM baka lebih baik di 2025 setelah sepanjang 2024 perseroan memberlakukan pensiun dini dengan keluar modal Rp1,2 triliun.

Sayangnya, laba bersih TLKM masih turun 6,68 persen menjadi Rp10,97 triliun. Penurunan laba bersih disebabkan oleh dua faktor, yakni penurunan pendapatan sebesar 3,04 persen menjadi Rp73 triliun, serta biaya yang terus mencatatkan kenaikan. Sehingga laba bersih masih turun di atas 5 persen, lebih tinggi dari penurunan pendapatan yang sebesar 3 persen.

Jika dilihat, segmen bisnis yang menekan kinerja TLKM antara lain:

Pertama, bisnis Telkomsel terkait pendapatan data internet dan jasa teknologi informatika yang turun 6 persen menjadi Rp44 triliun. Meski, pendapatannya hanya turun 6 persen, tapi impact ke keseluruhan kinerja TLKM cukup besar karena pendapatan dari Telkomsel itu berkontribusi sebesar 60 persen dari total pendapatan perseroan.

Kedua, Pendapatan telepon turun 13 persen menjadi Rp3 triliun.

Ketiga, pendapatan dari transaksi dengan lessor turun 5,7 persen menjadi Rp1,47 triliun.

Kinerja segmen bisnis TLKM yang paling moncer datang dari pendapatan jaringan (MTEL) yang naik 36 persen menjadi Rp1,84 triliun. Namun, kontribusi ke pendapatan TLKM memang masih rendah.

Sementara itu, pendapatan interkoneksi naik 2,39 persen menjadi Rp4,96 triliun. Layanan lainnya naik 12,12 persen menjadi Rp4,14 triliun.

BTN Syariah Siap Spin-off, Industri Bank Syariah Berpotensi Meroket?
Salah satu story kuat dari saham BBTN adalah rencana spin-off unit usaha syariah menjadi BTN Syariah. Hal itu sudah dilakukan dengan akuisisi Bank Victoria Syariah. Dengan begini, akan ada satu bank syariah besar yang menandingi BRIS. Lalu, bagaimana prospek lanskap bank syariah di Indonesia?

Saham ASII

Saham ASII menjadi yang paling rutin diborong investor asing dalam 20 hari perdagangan terakhir. Sampai 31 Juli 2025, ASII mencatatkan net buy asing senilai Rp10,36 miliar. Saham ASII pun sudah naik sekitar 15 persen dalam sebulan terakhir.

Dari sisi kinerja keuangan kuartal II/2025, peforma ASII juga ikut membaik selaras dengan kinerja UNTR. Meski, laba bersih akumulasi 6 bulan turun 2,15 persen menjadi Rp15,15 triliun. Namun, dari segi data tiga bulan kuartal kedua pendapatan dan laba bersih ASII mencatatkan kenaikan.

Secara akumulasi pun pendapatan ASII sudah naik 1,81 persen menjadi Rp162 triliun. Meski tingkat margin keuntungan masih cenderung stagnan.

5 dari 7 segmen bisnis ASII mendorong pertumbuhan pendapatan ASII seperti:

  • Bisnis perkebunan mencatatkan kenaikan pendapatan 40 persen menjadi Rp14 triliun
  • Bisnis Infrastruktur mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 13 persen menjadi Rp1,54 triliun
  • Bisnis TI mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 18 persen menjadi Rp1,52 triliun
  • Bisnis pertambangan dan alat berat (HEMCE) naik 6,22 persen menjadi Rp68 triliun
  • Bisnis jasa keuangan naik 0,62 persen menjadi Rp16 triliun

Dengan komposisi yang agak berbeda, 5 dari 7 bisnis ASII juga mencatatkan kenaikan laba bersih seperti:

  • Bisnis perkebunan mencatatkan kenaikan 40 persen menjadi Rp559 miliar
  • Bisnis Infrastruktur mencatatkan kenaikan 37 persen menjadi Rp636 miliar
  • Bisnis TI naik 30 persen menjadi Rp82 miliar
  • Bisnis properti naik 17 persen menjadi Rp110 miliar
  • Bisnis Jasa keuangan naik 6,22 persen menjadi Rp4,37 triliun

Adapun, dua bisnis yang mencatatkan penurunan laba ada dari tambang dan kontraktor tambang serta alat berat (HEMCE) turun 14 persen menjadi Rp4,98 triliun, serta otomotif turun 7,62 persen menjadi Rp5,25 triliun.

Jika nantinya UNTR mendapatkan momentum kenaikan harga batu bara dan nikel, ada potensi kinerja ASII juga akan kembali bertumbuh. Meski, dari segi bisnis otomotifnya memang tengah mencatatkan perlambatan.

Kesimpulan

Lalu, apakah ketiga saham itu layak beli? untuk tujuan investasi, posisi saat ini mulai agak tinggi dari segi tingkat volatilitasnya. Kami menilai ada ruang masuk saat nanti saham-saham tersebut mengalami retracement.

ASII sendiri sudah keluar dari list ready to buy Mikirsaham per Agustus 2025. Sementara UNTR ada di-list saham dividen pilihan. Namun memang saat ini bukan area beli-nya lagi.

Untuk TLKM, secara fundamental memang belum membaik sehingga jika ingin masuk bisa tunggu retracement.

Mau dapat Update Saham Bulanan Mikirsaham Edisi Agustus 2025 yang Terbaru?

Join mikirsaham untuk mendapatkan detail plan investasi saham. Kamu juga bisa diskusi saham real-time, insight saham yang menarik, hingga pilihan saham bulanan. Mau dapat list lengkapnya sekaligus konsultasi dengan Mikirduit? yuk join Mikirsaham sekarang juga dengan klik di sini dan dapatkan semua benefit ini:

  • Pilihan saham dividen, value, growth, dan contrarian
  • Kamu bisa tanya lebih detail alasan pemilihan saham tersebut
  • Curhat soal kondisi porto-mu
  • Update perkembangan market secara real-time
  • Konfirmasi isu yang kamu dapatkan dan impact-nya ke saham terkait

Semua itu bisa didapatkan dengan gabung Mikirsaham, Join sekarang dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

💡
Mau Fitur Propicks AI untuk Mendapatkan Stockpick Saham AS yang Menarik, serta data harga wajar saham di Indonesia hingga AS, kamu bisa dapatkan semua itu klik link di sini