3 Mindset yang Bisa Bikin Kamu Cuan Konsisten di Pasar Saham
Investasi saham bukan cuma bicara, apa saham yang bagus besok, tapi juga bicara dari teknis fundamental dan price action sebuah saham hingga kesiapan psikologis seorang investor menghadapi naik-turunnya pasar saham. Berikut ini 3 hal yang bisa bikin cuan konsisten di saham.

Mikirduit – Investasi saham menjadi salah satu pilihan aset yang bisa memberikan keuntungan yang mengalahkan inflasi. Apalagi, di tengah biaya hidup yang terus naik, serta kondisi income yang begitu-gitu saja. Sebelum mulai investasi saham, kamu harus memahami 3 hal ini terlebih dulu agar tidak boncos.
Beberapa pertanyaan yang sering kami sepanjang tahun ini antara lain:
- Apa saham yang bagus? (ini pertanyaan template)
- Apa saham yang backdoor listing belum naik, tapi sudah pasti?
- Apa saham yang bisa multibagger?
- Apa saham yang besok naik?
- Apa saham dividen yang harganya bisa terus naik?
- Kalau sudah cuan di saham, mending hold atau take profit?
Agar bisa menjawab itu semua, kami memberikan gambaran 3 hal yang harus diketahui untuk bisa cuan di pasar saham
Pasar Saham itu Menghadapi Ketidakpastian, Jadi Jangan Berharap Adanya Kepastian
Pasar saham memang bisa memberikan keuntungan yang signifikan. Misalnya, banyak yang ingin mendapatkan keuntungan di atas 100 persen. Hal itu bisa saja dicapai, tapi karena pasar saham tidak pasti, kamu harus mengetahui beberapa poin sebelum membeli saham, misalnya:
- Bisnis perusahaan ini bagus nggak? masih bisa bertumbuh nggak?
- Valuasi sahamnya sekarang sudah murah belum ya kalau mau masuk?
- Apa momentum atau trigger yang bisa bikin menarik saham ini jangka menengah?
- Bagaimana skenario terburuk atau risiko saham tersebut?
Poin pertama dan ketiga akan membicarakan indahnya peluang kenaikan harga saham secara fundamental, tapi poin keempat akan menggambarkan bagaimana kondisi terburuk jika memiliki saham tersebut.
Sebagai investor saham, kita harus memahami risk dan reward membeli sebuah saham secara kuantitatif maupun kualitatif. Pasalnya, pasar saham penuh ketidakpastian, terutama dalam jangka pendek.
Ketidakpastian di pasar saham bisa disebabkan oleh kejutan makro ekonomi, sentimen global, masalah internal emiten, dan faktor lainnya. Sederhananya, pandemi Covid-19 mengubah lanskap ekonomi secara signifikan sehingga pola pasar saham mengalami perubahan signifikan. Itu menjadi salah satu ketidakpastian yang harus dihadapi.
Paling dekat, terkait tarif Trump yang sikapnya berubah-ubah yang membuat adanya ketidakpastian ekonomi global hingga mempengaruhi pergerakan investor asing di pasar emerging market.
Dengan adanya ketidakpastian, artinya setiap membeli saham, kita juga harus mengukur seberapa besar risiko yang berpotensi diterima. Jadi, bukan cuma bayangin seberapa besar keuntungan yang bisa didapatkan.
Tidak Ada Saham yang Jelek, Adanya Saham yang Tidak Sesuai dengan Strategi
Banyak yang bilang saham seperti KLBF, TOWR, atau saham big bank seperti BBCA dan BMRI (dalam kondisi 2025) itu jelek. Alasannya sederhana, karena harganya tidak mengalami kenaikan yang agresif.
Sementara itu, saham rumor backdoor listing seperti KOKA, FUTR, DADA dianggap bagus karena kenaikannya tinggi. Artinya nilai sebuah saham bagus atau tidak hanya berdasarkan apakah harga saham itu naik atau tidak. Padahal, kenaikan atau penurunan harga saham memang pasti terjadi setiap harinya dan ada momentumnya tersendiri.
Kami ingat ketika ANTM di Rp1.100 hingga Rp1.300 per saham tidak ada yang melirik, tapi ketika sahamnya sudah ke Rp2.500 per saham baru pada berburu. Padahal, kalau beli di harga Rp1.300 per saham, sekarang sudah hampir 2 bagger.
Jadi, setiap saham punya potensi kenaikan, tinggal kita mau menggunakan strategi apa di saham tersebut agar bisa hold hingga potensi kenaikan.
Kami membagi ke beberapa karakter saham:
- BIg Caps (market cap di atas Rp100 triliun dan sangat likuid): Jika harga sudah murah dan dividen lumayan, bisa untuk long term. Saham seperti ini jangan dilihat setiap hari, yang penting pantau perkembangan keuangannya. Dalam kondisi saat ini, bisa hold di atas 2 tahun (hingga 5-10 tahun bisa sesuai dengan karakter bisnisnya cyclical atau non-cyclical)
- Middle Caps (market cap di atas Rp10 triliun hingga Rp100 triliun): jika harga sudah murah dengan atau tanpa dividen yang menarik bisa masuk untuk jangka menengah. Periode toleransi hold maksimal 2 tahun (tapi ketika sudah cuan lumayan dalam 3-12 bulan bisa langsung take profit)
- Small Caps (market cap di atas Rp1 triliun - Rp5 triliun): selama likuiditas sahamnya masih cukup bagus bisa menggunakan skema Middle caps. Namun, untuk karakter saham yang kurang likuid bisa menggunakan strategi spekulatif dengan melihat momentum terdekat atau jika harga sahamnya sudah di bawah Rp50 per saham bisa mulai masuk spekulatif. Namun, perhatikan terkait risiko utang dalam bisnisnya agar tidak kena risiko masuk PKPU.
- Micro Caps (market cap di bawah Rp1 triliun) bisa dijadikan ajang spekulatif jika harga sahamnya belum berfluktuasi cukup tinggi. Apalagi, jika harga saham berada di bawah Rp50 per saham. Namun, alokasi modal jangan terlalu besar karena harga sahamnya sudah kecil serta perhatikan risiko utang dalam bisnisnya.
- Saham Pucuk atau Booming: menggambarkan saham-saham yang lagi naik kencang secara bersamaan atau sendirian seperti sektor CPO atau Emas. Dalam skema saham sudah naik tinggi, tapi kita belum punya barang, skema yang digunakan adalah trading jangka pendek dan cuan bungkus.

Ketahanan Psikologis Menghadapi Fluktuasi Saham Sama Pentingnya dengan Analisis Fundamental hingga Teknikal Sebelum Jual-Beli Saham
Selama ini, banyak yang merasa dalam investasi saham itu terpenting bisa punya informasi A1, memahami bisnis dan fundamental secara rinci, bisa teknikal, dan jago bandarmologi. Padahal, salah satu hal yang bisa mendukung semua skill itu adalah psikologis menghadapi fluktuasi pasar.
Misalnya, kamu yakin dengan fundamental dan momentum sebuah saham sudah diskon dan punya peluang naik. Namun, harga saham terus turun, akhirnya kamu merasa jangan-jangan analisis salah dan akhirnya tidak membeli saham tersebut. Ternyata, beberapa pekan kemudian harga sahamnya naik sesuai perkiraan.
Sebaliknya, ada saham yang ingin kamu abaikan karena sudah ketinggian. Tapi, banyak orang yang ngomongin saham tersebut. Sehingga akhirnya mencoba tipis-tipis dan mengejar harga dengan harapan bisa sesuai dengan cerita banyak orang, akhirnya mengalami floating loss. Di sini, psikologis bisa mempengaruhi conviction analisis kita yang bisa jadi lebih tepat dari kenyataan detik itu karena analisis yang dilakukan untuk forward looking bukan hari tersebut.
Beberapa contoh faktor psikologis lainnya, ada investor sudah memprediksi sebuah saham murah dan fundamental menarik, serta punya momentum. Dia masuk ke saham tersebut all in. Setelahnya, harga saham lanjut mengalami koreksi, sedangkan ada saham lainnya milik temannya malah ARA.
Investor ini panik karena merasa analisisnya salah sehingga dia melakukan cut loss saham yang dibeli dari hasil analisisnya, serta masuk ke saham yang temannya sudah beli di harga bawah. Hasilnya, temannya jualan dan investor ini jadi exit likuiditas. Belum lagi, ternyata saham yang dianalisis sebelumnya beneran naik juga.
Lalu, ada juga faktor psikologis ketika sudah floating profit. Kamu sudah floating profit 150 persen. Namun, jadi bingung mendingan jual atau hold aja, siapa tau jadi 500 persen nantinya. Di sini, ada dua jiwa yang saling bertolak belakang, jiwa bersyukur dengan cuan dan jiwa ke-marukan ingin cuan lebih besar.
Dalam case sudah floating profit besar, pilihan bijaknya bisa menjual setengah hasil modal dan keuntungan, dan biarkan sisanya lanjut terbang dengan ditentukan trailing stop (melakukan take profit jika harga saham yang sudah cuan mengalami penurunan).
Dari beberapa contoh itu, bisa analisis saham belum tentu cukup membuatmu cuan jika belum mampu menghadapi liarnya psikologis dalam berinvestasi dan trading saham.
Cara Bisa Menghadapi Pasar Saham Secara Analisis Fundamental-Teknikal + Psikologis
Mikirduit menyelenggarakan Bootcamp Short Course Stockverse: Cara Pilih Saham Cuan Secara Mandiri yang memiliki beberapa rangkaian seperti:
- Video edukasi dasar (akses Lifetime untuk bagian video edukasinya di Mikirsaham.com )
- Mengombinasikan Psikologis vs Hasil Analisis untuk Cuan Optimal + Praktek Analisis Saham ala Mikirduit
- Belajar analisis teknikal bersama tim trader Mikirduit
- Praktek analisis saham secara mandiri dan dievaluasi serta diskusi dengan Founder Mikirduit
- Market Outlook 2026
Akses video edukasi akan dibuka mulai 1 Oktober 2025, serta acara online akan diadakan dalam 3 pertemuan, yakni pada:
- Sabtu, 1 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Sabtu, 7 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
- Minggu, 8 November 2025, Pukul 10:00 WIB sampai dengan selesai
Untuk tahap awal, kami membuka pendaftaran inden (sebelum materi video edukasi dibuka) sebagai pre-sale tahap 1 dengan diskon lebih dari 60% menjadi Rp1,5 juta Rp350.000 hanya berlaku hingga 30 September 2025 (Kuota terbatas hanya 100 pendaftar pertama).
