23 Digest: Meramal Nasib 10 Saham di Window Dressing

Akhirnya, kita memasuki bulan Desember 2023 nih. Kira-kira, apa saja saham potensi window dressing tahun ini ya? simak selengkapnya di sini.

23 Digest: Meramal Nasib 10 Saham di Window Dressing

Hai Para Pemikir Duit, nggak berasa 2023 tinggal sebulan lagi. Nah, di bulan terakhir ini menjadi penentuan, apakah Window Dressing akan kembali muncul atau tidak. Kira-kira, saham apa saja yang bisa naik dan malah berpotensi turun. 

Kami sudah beberapa kali membuat ramalan tentang window dressing dalam tulisan di Mikirduit.com. 

Untuk kali ini, kami akan membuat potensi window dressing dari pencapaian hingga 30 November 2023. Kira-kira seberapa besar potensinya dan saham apa saja yang menarik?

Sebenarnya, salah satu perhatian kami ketika membicarakan window dressing adalah kinerja IHSG di November. Secara umum, dalam 25 tahun terakhir, November adalah bulan yang buruk bagi IHSG. Namun, sepanjang November 2023, IHSG justru mencatatkan kenaikan sebesar 4,89 persen. Kalau begini bakal ada window dressing nggak ya? 

Secara historis, ketika IHSG menguat di November, potensi kenaikan bulanan pada Desember berpotensi berlanjut. Hanya saja, trennya kenaikan di Desember tidak akan setinggi di November. 

Sebelum itu, kita juga harus memahami, apa yang mendorong penguatan IHSG di November 2023. Menurut kami, salah satu pendorongnya adalah pergerakan harga saham GOTO yang naik sebesar 58 persen sepanjang November 2023. Dengan bobot GOTO yang cukup besar ke IHSG, kenaikan harga sahamnya itu telah mengerek indeks saham Indonesia agak melejit di November 2023. 

Di sisi lain, IHSG juga kedatangan saham big caps baru, meski bobotnya mungkin tidak sebesar GOTO, yakni BREN. Namun, dengan penguatan yang cukup signifikan hingga merangsek ke peringkat dua saham dengan market cap terbesar, BREN bisa dibilang berkontribusi atas kenaikan IHSG tersebut. 

Lalu, apakah bisa terbang tinggi? 

Kami menilai, potensi paling optimistis IHSG di window dressing adalah balik ke kisaran 7.300, yakni level tertinggi di 2022. Berarti dengan posisi saat ini, peluang kenaikan IHSG dalam sebulan ke depan sektiar 4 persen. Hal itu bisa terjadi jika shifting dana tidak terjadi dari GOTO dan BREN ke saham dengan bobot besar lainnya. Misalnya, dari saham second liner pindah ke saham bobot besar, tetapi saham GOTO dan BREN minimal sideways gitu. Dari situ, ada potensi IHSG kembali menuju 7.300. 

Namun, jika shifting terjadi dari saham GOTO dan BREN ke BBCA dan lainnya, kemungkinan potensi kenaikan hanya akan sebatas hingga 7.100. 

Lalu, apa saja 10 saham potensial yang sudah berdarah-darah sepanjang 3 bulan terakhir dan potensi meroket di Desember 2023? 

Guideline 10 Saham Potensial yang Sudah Berdarah-darah Sejak 3 Bulan Terakhir

Ke-10 saham yang dipilih di sini diambil menggunakan indikator 50 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar dan mencatatkan penurunan harga saham dalam 3 bulan terakhir. Namun, beberapa saham dengan free float kecil, serta bisnis yang berisiko sunset atau kurang bertumbuh selama 5 tahun terakhir juga diskip.  

1. Saham BBCA

BBCA memang sempat mencatatkan penurunan bulanan di September dan Oktober 2023 masing-masing 3,81 persen dan 0,85 persen. Namun, di November 2023, BBCA justru mencatatkan kenaikan 2,29 persen. Jika dilihat siklusnya sejak 25 tahun terakhir, penguatan di November berarti ada potensi kenaikan di Desember tidak akan setinggi di bulan sebelumnya. Apalagi, jika melihat tren harga saham BBCA secara tahunan juga cenderung naik sekitar 4 persen. Berarti, peluang kenaikan harga saham BBCA di Desember secara konservatif sekitar 1-2 persen dari saat ini. 

Meski, secara valuasi saham BBCA sudah cukup menarik karena mendekati level rata-rata 5 tahunnya. Hal yang sangat jarang bagi saham BBCA. 

Price to book value BBCA per 30 November 2023 sebesar 4,67 kali, sedangkan rata-rata PBV 5 tahunnya sebesar 4,63 kali. Meski, kalau dilihat secara sektoral, saham BBCA tetap yang paling mahal. 

Di sisi lain, risiko terbesar BBCA adalah jika ada aksi jual dari investor asing. Pasalnya, dalam sebulan terakhir, BBCA telah mencatatkan net sell asing sekitar Rp161 miliar. Meskipun begitu, aksi jual asing sepanjang November 2023 juga bisa menjadi peluang juga, jika ada kepastian kenaikan suku bunga, bukan tidak mungkin asing kembali masuk dan mencatatkan net buy. Pasalnya, seluruh risiko kenaikan suku bunga sudah diantisipasi sejak beberapa bulan terakhir.

Peluang Naik Window Dressing: Besar
Posisi Asing di November 2023: Net sell
Potensi Kenaikan Harga Saham di Desember 2023: 1-2% 

2. Saham BBRI

BBRI juga bergerak sangat atraktif di November 2023 setelah menguat sebesar 7,86 persen. Meski, tiga bulan sebelumnya, sejak Agustus hingga Oktober 2023, BBRI mencatatkan penurunan bulanan secara berturut-turut dengan total hampir 12 persen. 

Untuk trennya, BBRI juga sama seperti BBCA, saat ada kenaikan tinggi di November 2023, kecenderungannya adalah kenaikan di Desember tidak akan setinggi di November. 

Jika melihat tren pergerakan harganya dan sudut pandang optimistis, BBRI berpeluang besar menguat ke kisaran Rp5.600 sampai Rp5.700 per saham. Posisi ini adalah titik tertinggi yang sempat dicapai BBRI pada awal Agustus 2023. Dengan asumsi ini, berarti ada potensi kenaikan saham BBRI hingga sebesar 6 persen atau masih di bawah dari kenaikan sepanjang November 2023. 

Secara valuasi BBRI sudah cukup mahal dengan price to book value (PBV) sebesar 2,64 kali. Angka ini di atas rata-rata 5 tahunnya sebesar 2,54 kali. Jika mencapai ke harga Rp5.700 per saham, berarti harga saham BBRI akan mendekati valuasi PBV 5 tahun standard deviasi plus 2 atau sangat mahal sekali. 

Hal ini bisa saja terjadi jika BBRI kembali mengumumkan pembagian dividen interim. Di mana, Direktur Utama BBRI Sunarso sempat sesumbar perseroannya bakal bagi dividen interim lagi. 

Sementara itu, dalam sebulan terakhir, saham BBRI telah mencatatkan aksi beli asing yang cukup besar, yakni Rp919 miliar. Pertanyaannya, dengan asing yang sudah masuk cukup banyak, apakah masih ada peluang besar investor asing menambah kepemilikannya lagi di Desember? jawabannya ya bisa saja jika dividen interim yang dibagikan menarik. 

Meski, kami mengestimasikan dividen interim BBRI pada 2023 berpotensi lebih rendah menjadi Rp48,75 per saham dibandingkan dengan Rp57,2 per saham pada 2022. 

Peluang Naik Window Dressing: Besar
Posisi Asing di November: Net Buy
Potensi Kenaikan Harga Saham di Desember 2023: 4-5% 

3. Saham BMRI

Dibandingkan dengan BBCA dan BBRI, peluang penguatan saham BMRI mungkin akan lebih rendah. Asumsi ini dilihat berdasarkan: 

  • Sepanjang 2023, harga saham BMRI sudah naik hampir 20 persen
  • Penurunan bulanan BMRI sepanjang 2023 baru terjadi 2 kali, yakni pada Mei 2,82 persen dan Oktober sebesar 5,81 persen
  • Harga saham BMRI sudah mencatatkan kenaikan bulanan di November 2023 hingga 3,96 persen
  • Posisi harga saham BMRI sudah mulai mahal (PBV-nya di atas rata-rata 5 tahunnya)  sejak pertengahan 2022
  • Net buy asing BMRI dalam sebulan terakhir mencapai Rp499 miliar. Angka ini sudah lebih tinggi dibandingkan dengan net sell asing sepanjang 2023 yang berada di level sekitar Rp300 miliar. 

Untuk itu, kami melihat saham BMRI berpotensi cenderung sideways di Desember 2023 nanti. 

Peluang Naik Window Dressing: Kecil
Posisi Asing di November: Net Buy
Potensi Kenaikan Harga Saham di Desember 2023: 0-1%

4. Saham TLKM

Saham TLKM juga hampir mirip dengan BMRI. Sepanjang November 2023, saham BMRI sudah naik 8,31 persen. Penurunan bulanan TLKM terparah terjadi di Mei-Juli 2023 masing-masing sebesar 4,94 persen, 0,99 persen, dan 7 persen. 

Meski, harga saham TLKM sudah naik cukup kencang di November 2023, secara valuasi price to earning ratio (P/E)-nya masih di angka yang sama dengan standard deviasi minus 1, yakni 15,9 kali. Jika dilihat, TLKM ada peluang penguatan ke rata-rata 5 tahunnya sebesar 17,9 kali atau jika dihitung dengan estimasi laba bersih per saham TLKM di 2023, potensinya keRp4.700 per saham. 

Namun, angka harga itu terhitung masih terlalu tinggi untuk dicapai dalam sebulan. Soalnya, butuh kenaikan hingga 27 persen. Jadi, kami asumsikan level itu bisa dicapai dalam 6 bulan - 12 bulan ke depan. 

Di sisi lain, TLKM masih dalam tekanan jual net sell asing sepanjang November 2023 sebesar Rp35,8 miliar.

Kami pun berekspektasi, jika bisa menguat di Desember 2023, penguatan saham TLKM tidak akan setinggi di November 2023. Kisarannya sekitar 3-4 persen. 

Peluang Naik Window Dressing: Moderat
Posisi Asing di November: Net Sell
Potensi Kenaikan Harga Saham di Desember 2023: 3-4%

5. Saham ASII

Saham ASII lagi jadi sorotan karena trennya terus mencatatkan penurunan sejak  Agustus 2023 hingga November 2023. Cerita lengkapnya sudah kami tuliskan di sini. 

Saham ASII Turun Terus, Momen Nyerok atau Tanda Bahaya?
Saham ASII sudah turun ke level cukup murah. Namun, pertanyaannya, apa yang bikin saham ASII ini turun dari Agustus 2023 hingga 29 November 2023?

Namun tekanan saham ASII makin kuat setelah emiten ini dikeluarkan dari indeks Sri Kehati. Memang, indeks ini bukan indeks global, tapi bobot ASII di indeks itu cukup besar mencapai 10,72 persen. Sehingga jika dikeluarkan dari indeks, efeknya bisa menciptakan tekanan jual besar hingga rebalancing indeks efektif di 1 Desember 2023. 

Namun, ini justru jadi peluang karena setelah indeks efektif, biasanya saham yang keluar dari indeks dianggap murah sehingga jadi sasaran beli. Apalagi, saham ASII ini punya bobot terbesar kelima di IHSG, sehingga ketika harga sudah murah bukan tidak mungkin daya belinya meningkat signifikan. 

Peluang ASII menguat di Desember 2023 juga diperkuat dari penurunan bulanan yang sudah terjadi 4 bulan berturut-turut sejak Agustus 2023. Jumlah penurunannya secara berturut-turut sebesar 5,84 persen (Agustus), 3,49 persen (September), 7,23 persen (Oktober), dan 5,19 persen (November). 

Dengan penurunan ini, dari segi valuasi dengan price to book value (PBV), saham ASII sudah berada di bawah standard deviasi minus 1-nya, yakni sebesar 1,17 kali. 

Sepanjang November 2023, ASII masih mencatatkan net sell asing hingga Rp147 miliar. Meski, dalam sepekan terakhir, investor asing mulai cicil beli ASII dengan total net buy sekitar Rp105 miliar. 

Dengan berbagai sentimen itu, kami ekspektasikan saham ASII berpotensi window dressing cukup agresif di Desember 2023 dengan potensi kenaikan hingga 8 persen.

Peluang Naik Window Dressing: Besar
Posisi Asing di November: Net Sell
Potensi Kenaikan Harga Saham di Desember 2023: up to 8%

6. Saham ICBP

Saham ICBP telah mencatatkan kenaikan sebesar 4 persen sepanjang 2023. Namun, saat ini, saham ICBP mulai turun dari level tertingginya di kisaran Rp11.000-an per saham. Adapun, sepanjang November 2023, saham ICBP sudah naik sekitar 2,42 persen. Padahal sejak IPO di 2010, rata-rata pergerakan harga saham ICBP selalu merah. 

Dari segi valuasi, saham ICBP memang terlihat murah dengan price to earning ratio 12 bulan terakhir sebesar 14,79 kali. Angka itu mendekati level PE standard deviasi minus 1 di 13,81 kali. 

Sementara itu, dari segi pergerakan investor asing, sepanjang November 2023 masih mencatatkan net sell asing senilai Rp274 miliar. 

Secara umum, kami melihat peluang kenaikan ICBP di Desember 2023 cukup tipis, kecuali ada arus investor asing yang mencatatkan net buy. Alasannya, meski secara valuasi PE sudah mendekati standard deviasi minus 1, tapi daya beli masyarakat masih belum pulih untuk membuat saham ICBP layak kembali diapresiasi ke atas Rp11.000 per saham. 

Tantangan selanjutnya dari saham consumer goods adalah kebijakan cukai plastik di 2024. Jika itu diterapkan berpotensi menekan daya beli masyarakat lebih jauh lagi dan bisa berefek pembelian produk alternatif yang lebih murah. 

Dari sini, kami ekspektasikan jika pun saham ICBP mampu menguat di Desember 2023, kemungkinannya tipis sekitar 1 persen.

Peluang Naik Window Dressing: Kecil
Posisi Asing di November: Net Sell
Potensi Kenaikan Harga Saham di Desember 2023: up to 1%

7. Saham UNTR

Saham UNTR juga menjadi salah satu yang jadi sorotan karena penurunan harga sahamnya cukup signifikan dalam 2 bulan terakhir. UNTR mencatatkan penurunan bulanan sekitar 11,06 persen dan 12,04 persen dalam periode Oktober - November 2023. 

Pertanyaannya, apakah artinya UNTR pasti akan window dressing dengan kencang? jawabannya belum tentu juga. 

Soalnya, ada beberapa kejadian saat UNTR mencatatkan penurunan bulanan berturut-turut sebelum Desember, akhirnya di akhir tahun tetap ditutup merah. Hal ini cukup wajar karena UNTR juga bukan 10 saham dengan bobot terbesar di IHSG. 

Beberapa tekanan ke harga saham UNTR adalah estimasi normalisasi penurunan bisnis setelah aktivitas produksi batu bara mulai melandai, termasuk bisnis alat berat di mana segmen utamanya ke industri pertambangan batu bara. 

Namun, hal ini bukan berarti penurunan bisnis, tapi hanya normalisasi setelah sektor batu bara booming tidak wajar di 2022 akibat perang. Untuk itu, bagi UNTR yang juga punya bisnis penunjang akan terkena dampak dealy dari penurunan harga batu bara. Soalnya, perusahaan batu bara butuh waktu untuk menyesuaikan produksi dengan tren penurunan harga batu bara. 

Sepanjang November 2023, UNTR masih terus dijual oleh asing sebesar Rp69,72 miliar. Namun, dalam sepekan terakhir, asing mulai borong bertahap UNTR sekitar Rp11 miliar. 

Hal ini wajar karena valuasi UNTR sudah cukup menarik. Price to book value-nya sudah sebesar 1,1 kali dan itu sudah berada di bawah PBV standard deviasi minus 1 5 tahunnya yang sebesar 1,14 kali. Apalagi, UNTR juga salah satu saham yang rutin bagi dividen jumbo, meski nominal dividennya bakal turun dibandingkan dengan 2023, tapi saham ini tetap pilihan untuk mendapatkan dividen jumbo.

Untuk itu, kami proyeksikan peluang naiknya moderat tidak terlalu besar, tapi jika naik bisa mencapai sekitar 8-10 persen. Soalnya, posisi saat ini akan mulai menarik untuk mendapatkan yield dividen yang lebih besar.

Peluang Naik Window Dressing: Moderat
Posisi Asing di November: Net Sell
Potensi Kenaikan Harga Saham di Desember 2023: 8-10%

8. Saham ADRO

Saham ADRO memiliki potensi sentimen yang masih abu-abu, yakni penerapan kebijakan iuran ekspor batu bara untuk menutup selisih jual perusahaan batu bara yang jual dengan harga domestic market obligation (DMO). 

Beberapa riset sempat menyatakan ADRO berpotensi diuntungkan karena dari segi penjualan, punya porsi besar ke domestik. Namun, sampai kuartal III/2023, ADRO hanya mencatatkan porsi penjualan sebesar 14 persen ke domestik. Namun, angka ini bisa jadi bias karena harga jual domestik yang rendah membuat porsinya kecil. Namun, jika dihitung secara  volume penjualan ADRO mungkin tidak akan lebih dari 30 persen. 

Untuk itu, kehadiran kebijakan ini bisa jadi sentimen kurang bagus bagi saham-saham batu bara yang mayoritas ekspor. Soalnya, bakal mengeluarkan biaya tambahan lagi. 

Secara pergerakan harga bulanan, saham ADRO hanya mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,78 persen pada November 2023, setelah mencatatkan penurunan sebesar 10 persen pada Oktober 2023. Namun, secara tahunan harga saham ADRO masih turun sekitar 28 persen. Lalu, probabilitas kenaikan harga saham ADRO di Desember 2023 juga tidak terlalu besar. 

Dari sisi pergerakan investor asing, sepanjang November 2023 justru mencatatkan net buy asing senilai Rp100 miliar. Namun, dalam seminggu terakhir, Asing mulai bergerak net sell senilai Rp1,88 miliar. 

Untuk itu, kami memperkirakan peluang ADRO menguat di Desember 2023 sangat kecil. Jika pun menguat, peluangnya hanya bisa naik sekitar 1-3 persen. 

Peluang Naik Window Dressing: Kecil
Posisi Asing di November: Net Buy
Potensi Kenaikan Harga Saham di Desember 2023: 1-3%

9. Saham BRIS

Saham BRIS menjadi salah satu saham newbie yang baru IPO sejak 2018. Jika dilihat secara historisnya, peluang kenaikan di Desember 2023 tidak bisa dibilang pasti naik dan cenderung mix. Kenaikan tinggi di 2020 pun terjadi karena ada rencana akuisisi merger dengan 2 bank syariah BUMN lain hingga sekarang berganti nama menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk. 

Pergerakan saham BRIS sepanjang November 2023 sendiri sudah cukup kencang sebesar 10 persen. Di sini, muncul pertanyaan, apakah saham BRIS berpotensi lanjut menguat di Desember 2023?

Jika mengambil price to book value BRIS dalam 3 tahun terakhir, posisi PBV-nya saat ini yang sebesar 2,05 kali itu berada sedikit di atas standard deviasi minus 1 3 tahunnya di angka 1,94 kali. Jika kita berasumsi BRIS layak dihargai hingga PBV 2,5 kali di mana itu masih di bawah rata-rata 3 tahunnya, berarti harga saham bank syariah terbesar itu berada di angka Rp2.012 per saham. Artinya, ada potensi kenaikan hingga 21 persen dari posisi harga saham saat ini sekitar Rp1.600-an per saham. 

Apakah itu akan dicapai di Desember 2023? menurut kami kalau langsung 21 persen di Desember agak sulit ya. Kami ekspektasi paling tinggi kenaikan BRIS di Desember 2023 bisa di 8 persen atau masih di bawah dari pencapaian kenaikandi November 2023. 

Di sisi lain, kenaikan di November 2023 ini juga didorong oleh aksi net buy asing di BRIS yang tembus Rp102 miliar. Meski, per 29 November 2023, investor asing mulai net sell asing Rp1 miliar. 

Untuk itu, kami melihat peluang kenaikan harga saham BRIS di Desember 2023 cenderung moderat. Dengan potensi kenaikan bisa sampai 8 persen.

Peluang Naik Window Dressing: Moderat
Posisi Asing di November: Net Buy
Potensi Kenaikan Harga Saham di Desember 2023: up to 8%

10. Saham KLBF

Saham KLBF punya potensi menguat di Desember 2023 jika melihat sudah sejak Juli 2023 hingga November 2023, saham KLBF mencatatkan penurunan harga saham bulanan. Meski, secara umum peluang saham KLBF menguat di Desember dalam 25 tahun terakhir itu sebesar 60 persen. Jadi, penurunan bulanan berturut-turut bukan jaminan saham KLBF pasti naik. 

Sementara itu, ada beberapa faktor yang jadi penekan saham KLBF sepanjang 2023 seperti:

  • Normalisasi permintaan kebutuhan suplemen setelah pandemi berakhir
  • Pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang membuat biaya menjadi tinggi

Hal itu terlihat dari pertumbuhan pendapatan per kuartal III/2023 yang naik moderat 6,5 persen dan laba bersih yang turun 16,9 persen. 

Di sisi lain, penurunan harga saham tembus 20 persen sepanjang 2023 tidak membuat saham KLBF sudah di posisi murah. Pasalnya, secara price to earning ratio 12 bulan terakhir, posisi KLBF masih di 25,96 kali atau hanya tipis di bawah rata-rata 5 tahunnya yang sebesar 26,64 kali. 

Meski, dalam sebulan terakhir, investor asing sudah net buy saham KLBF sebesar Rp35 miliar. Namun, dalam seminggu terakhir justru malah sudah pada cicil net sell asing senilai Rp15 miliar. 

Untuk itu, kami menilai peluang KLBF bisa naik di Desember 2023 cenderung moderat. Jika pun naik, potensi kenaikannya hanya sebesar 3 persen. 

Peluang Naik Window Dressing: Moderat
Posisi Asing di November: Net Buy
Potensi Kenaikan Harga Saham di Desember 2023: up to 3%

Jejak investor asing di 15 saham big caps
Terlihat seminggu terakhir, investor asing mulai mencatatkan net buy di beberapa saham big caps seperti, BBRI, BMRI, TLKM,, ASII, hingga BBNI.

Setelah mengetahui peluang ke-10 saham big caps yang harga sahamnya sudah turun selama 3 bulan terakhir ini, kira-kira mana yang menarik untuk diborong di Desember 2023? 

Mau dapat guideline saham dividen 2024?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)

 Yuk langsung join Mikirdividen DISKON LANGSUNG Rp100.000 klik di sini ya

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini