The Fed Diam-diam Borong Obligasi US, Begini Efeknya ke Market

Diam-diam the Fed membeli obligasi Amerika Serikat (AS) atau US Treasury senilai miliaran dolar AS. Apa ini jadi sinyal pelonggaran kebijakan moneter?

The Fed Diam-diam Borong Obligasi US, Begini Efeknya ke Market

Mikirduit - Banyak dari pelaku pasar yang menantikan adanya penurunan suku bunga the Fed, tetapi yang dilakukan akhir-akhir ini malah diam-diam membeli obligasi US Treasury senilai miliaran dolar AS. Apakah ini jadi sinyal teh Fed sudah mulai melakukan quantitative easing (QE) atau pelonggaran kebijakan moneter? 

Sekitar pekan ketiga Mei 2025, imbal hasil acuan US Treasury untuk tenor 10 tahun sempat melesat ke atas 4,5%, sementara tenor 30 tahun terbang lebih tinggi ke posisi tertinggi sejak Oktober 2023 ke atas 5%. 

Sebagai catatan, pada obligasi pergerakan harga dan yield itu berlawanan arah. Ketika yield semakin naik, artinya harga sedang mengalami penurunan yang menunjukkan investor melakukan aksi jual. 

Aksi jual terjadi pada obligasi AS setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit dari Aaa (peringkat tertinggi) menjadi Aa1. Ini terjadi kerana ada kekhawatiran membengkaknya beban pembiayaan defisit anggara pemerintah Federal dan ongkos pinjaman makin mahal di tengah era suku bunga tinggi. 

Moody’s sebelumnya menjadi satu-satunya lembaga pemeringkat yang masih mempertahankan peringkat tertinggi untuk AS. Namun, era itu sudah usai.

Sebelumnya, S&P Global sudah menurunkan peringkat AS ke AA+1 sejak Agustus 2011 dan Fitch Rating memangkas peringkat kredit AS sejak Agustus 2023. 

Selain persoalan dalam negeri, dari eksternal tekanan jual obligasi AS ini semakin diperparah dengan China yang melakukan aksi jual besar-besaran. Posisi China sebagai pemegang UST kini sudah turun jadi nomor tiga dari sebelumnya bertahan di urutan kedua. 

Mengutip data yang dikumpulkan MacroMicro, China telah mengurangi porsi obligasi UST jadi US$ 765,4 miliar per akhir Maret 2025, menandai posisi terendah sejak Februari 2009. 

Sudah tujuh tahun lama-nya sejak perang dagangn pertama dimulai, negeri Tirai Bambu ini mengurangi kepemilikan atas UST. Kami menilai ini adalah bentuk proteksi China untuk mengurangi kepentingan dengan AS. 

Apalagi dari dalam negeri China juga masih punya masalah sendiri, mulai dari krisis properti yang berkelanjutan sampai outflow modal. 

China’s Holding of US Treasury Securities, MacroMicro, March 2025 

Seiring dengan porsi kepemilikan China atas UST terus turu, Inggris kemudian menyalip posisi pemegang UST terbesar nomor dua terbesar di dunia. 

Adapun Jepang masih menjadi pemegang UST nomor satu dengan nilai kepemilikan US$ 1,13 triiiun per Maret 2025. Sejauh ini, negeri Bunga Sakura ini mengatakan tidak akan menggunakan posisi-nya untuk negosiasi tarif, tetapi jika melihat kondisi dalam negeri-nya yang lagi dilanda krisis obligasi, tak menutup kemungkinan pengurangan porsi bisa saja terjadi. 

Sebagai catatan juga, pada pekan ketiga bulan Mei, yield obligasi Jepang untuk tenor jangka panjang mengalami kenaikan signifikan. Imbal hasil tenor 30 tahun melejit ke posisi All Time High (ATH) lebih dari 3%.

Aksi Senyap The Fed Bikin Emerging Market Dapat Berkah

Akibat aksi jual besar-besaran di UST yang membuat yield obligasi acuan AS terbang, akhirnya memaksa the Fed menjadi penyelamat sebagai buyer of last resort. 

Simple-nya, karena dua negara pemegang UST terbesar lagi banyak masalah domestik, alhasil  The Fed harus jadi pihak yang menyerap UST. Ini supaya tidak merembet ke masalah fiskal, apalagi utang AS dari tahun ke tahun terus naik seiring dengan debt ceiling yang dinaikkan. 

Aksi pembelian UST oleh the Fed ini akhirnya bisa dibilang sebagai quantitative easing (QE) atau tanda-tanda pelonggaran kebijakan moneter. 

Sebagai catatan saja, pada pekan pertama Mei 2025, The Fed membeli UST empat hari beruntun totalnya US$ 43,6 miliar. Khusus dalam sehari per 8 Mei, the Fed membeli sampai US$ 8,8 miliar. Ini tentu bukan angka yang sedikit. 

Aksi senyap QE ini bisa jadi sinyal cepat atau lambat pasar akan segera menikmati suntikan likuiditas. Adapun instrumen yang bisa dapat keuntungan dari pelonggaran kebijakan moneter adalah risk asset, seperti crypto dan saham, utamanya di emerging market.

6 Fitur Ajaib Pro yang Bisa Bikin Trading Saham Lebih Mudah
Mau coba fitur terbaru dari Ajaib Pro yang bisa membuat trading saham-mu lebih cepat dan efisien. Simak 6 fitur Ajaib Pro yang membuat trading saham-mu lebih mudah

Prospek pasar negara berkembang pun kini sudah mulai menarik. JP Morgan baru-baru ini pada laporannya per 19 Mei 2025 menaikkan rating Overweight dari sebelumnya Netral per Maret lalu. 

Pasar negara berkembang, yang termasuk di dalamnya ada Indonesia juga semakin menarik perhatian karena langkah Bank Indonesia (BI) sudah curi start pangkas suku bunga lebih dulu pada pertengahan Mei sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50%. 

Penurunan suku bunga ini menunjukkan pasar negara berkembang akan mengucurkan likuiditas lebih cepat dibandingkan pasar negara maju. JP Morgan memprediksi pemangkasan negara berkembang lain sebagai berikut, kecuali Brazil yang beda arah sendiri malah menaikkan suku bunga : 

Lalu, Bagaimana Strategi Investasi Saham dalam Kondisi Market yang Penuh Ketidakpastian Saat Ini?

Kamu bisa diskusi dan tanyakan dengan Join membership Mikirsaham (dulu bernama Mikirdividen) dan dapatkan benefit:

  • Pilihan saham value-growth investing bulanan
  • Pilihan saham dividen yang potensial
  • Insight saham komprehensif serta actionnya
  • IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
  • Diskusi saham dan rekap diskusinya
  • Event online bulanan
  • Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan

Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini