Saham Bioskop Menanti Berkah Film Jumbo di Kuartal Kedua
Banyak yang menantikan hasil dari kinerja kuartal kedua saham bioskop setelah film jumbo laris manis. Apakah prospeknya akan indah atau tetap nelangsa seperti kinerja kuartal pertama?

Mikirduit – Saham bioskop dinilai punya potensi mencatatkan kinerja fantastis di kuartal II/2025 karena larisnya film Jumbo. Lalu, bagaimana peluang dan risiko saham bioskop tersebut?
Highlight
- CNMA berpotensi mencatatkan rekor pendapatan kuartalan tertinggi sepanjang sejarah berkat film Jumbo dan jaringan bioskop XXI yang dominan, meski laba bersihnya diperkirakan tetap terkoreksi secara semesteran.
- BLTZ masih menghadapi tantangan pemulihan pascapandemi karena belum kembali mencetak laba sejak 2019 dan saat ini masuk dalam papan pemantauan khusus akibat likuiditas rendah.
- RAAM memiliki potensi cerita turnaround berkat lonjakan laba bersih dan ekspektasi pertumbuhan pendapatan bioskop di kuartal kedua, meski bisnisnya masih terbatas dan volatilitas saham tinggi.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Ada tiga saham bioskop di Indonesia, yakni CNMA provider bioskop XXI, BLTZ provider CGV, dan RAAM provider Cineplex Platinum. Ketiga saham tersebut diindikasi mendapatkan berkah saat film Jumbo memecahkan rekor penonton terbanyak hingga 10 juta penonton.
Lalu, kira-kira bagaimana prospek saham-saham bioskop ini?
Saham bioskop memiliki siklus mencatatkan kenaikan pendapatan yang signifikan pada momentum liburan sekolah di kuartal kedua. Pasalnya, pada periode libur sekolah akan banyak film yang menarik minat penonton. Selain itu, akan tergantung film-film yang dirilis.
Jadi, saham bioskop mana yang paling menarik? begini penjelasannya.
Saham CNMA
Saham CNMA menjadi pemimpin pasar saham Bioskop dengan brand XXI. Secara umum, ketika film Jumbo booming, saham CNMA diperkirakan menerima keuntungan paling besar karena skala bisnisnya paling besar. CNMA tercatat memiliki sekitar 256 jaringan bioskop dengan total 1.350 layar.
Jika melihat siklus kinerja CNMA, perseroan sempat mencatatkan kinerja fantastis pada kuartal I/2024 ketika film Agak Laen yang dirilis pada 1 Februari 2024. Kala itu, pendapatan CNMA selama tiga bulan pertama tahun ini mencatatkan senilai Rp1,3 triliun. Secara historis kuartal pertama sejak 2022, pendapatan itu menjadi yang terbesar. Agak Laen menjadi salah satu film yang cukup ramai penonton mencapai 9,1 juta penonton.
Jika melakukan perhitungan total penonton CNMA pada kuartal I/2024 sebesar 21,1 juta penonton, lalu dibagi dengan pendapatan Rp1,3 triliun, berarti rata-rata pengeluaran setiap penonton sekitar Rp61.000.
Lalu, jumlah penonton XXI pada April-Juni ekspektasi sekitar 25 juta - 30 juta penonton. Dengan asumsi rata-rata pengeluaran penonton Rp85.000 sampai Rp100.000, berarti total pendapatan CNMA sepanjang kuartal II/2025 berpotensi sekitar Rp2,15 triliun hingga Rp3 triliun. Jika mencapai Rp3 triliun, itu menjadi pendapatan kuartalan terbesar CNMA.
Dengan menggunakan data historis rata-rata tingkat net profit margin CNMA selama kuartal kedua sekitar 15 persen, ekspektasi kami laba bersih CNMA di tiga bulan kuartal kedua sekitar Rp318 miliar hingga Rp450 miliar.
Jika menggunakan asumsi itu dan mengakumulasikan dengan kinerja kuartal pertama, berarti kinerja pendapatan CNMA sepanjang semester I/2025 berpotensi tumbuh 3,32 persen sampai 32,92 persen. Lalu, dari segi laba bersih berpotensi turun sekitar 2,31 persen hingga 35,96 persen.
Dengan begini, secara akumulasi,kinerja bottom line CNMA berpotensi masih koreksi meski dari pendapatan sudah mulai bertumbuh.

Saham BLTZ
Saham BLTZ menjadi provider bioskop CGV. Saat ini saham BLTZ masuk papan pemantauan khusus karena terkait likuiditas yang rendah mulai dari nilai transaksi kurang dari Rp5 juta dan volume transaksi di bawah 10.000 lembar saham. BLTZ bisa dibilang provider bioskop terbesar kedua dengan total jaringan mencapai 71 bioskop.
Namun, dari segi kinerja keuangan, BLTZ belum mampu kembali meraih laba bersih pasca pandemi Covid-19. Terakhir, BLTZ meraih laba bersih pada 2019.
BLTZ memiliki ciri khas menampilkan film-film anime populer hingga Korea. Namun, pendorong utama kinerja juga datang dari film lokal yang ramai ditonton.
Misalnya, ketika film Agak Lain rilis pada kuartal I/2024, saham BLTZ mencatatkan pendapatan yang lebih besar dari rata-rata kuartalan senilai Rp265 miliar. Namun, kenaikan pendapatan itu baru mampu menurunkan kerugian hingga di bawah Rp10 miliar (tepatnya Rp9 miliar)
Sayangnya, kami tidak menemukan data detail terkait jumlah penonton BLTZ terbaru sehingga tidak bisa memperkirakan prospek kinerjanya.
Saham RAAM
RAAM sering dikenal sebagai pembuat film, tapi perseroan juga mulai membangun jaringan bioskop bernama Cineplex Platinum. Namun, jumlah jaringan bioskopnya masih rendah baru 13 bioskop di bawah Cinepolis maupun BLTZ.
Hingga kuartal I/2025, RAAM mencatatkan kontribusi pendapatan dari bioskop sekitar 26,5 persen dari total pendapatan. Mayoritas sumber pendapatan berasal dari penjualan tiket, sedangkan bisnis makanan dan minuman di bioskop baru setara 30 persen dari total pendapatan tiket.
Adapun, dari segi pendapatan tiket bioskop, RAAM mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 88 persen menjadi Rp10,8 miliar pada kuartal I/2024. Kenaikan pendapatan di kuartal pertama 2024 itu selaras dengan rilisnya film Agak Laen yang cukup laris.
Adapun, kinerja pendapatan tiket bioskop RAAM pada kuartal II/2025 memasuki siklus tinggi. Misalnya, dari Rp10,8 miliar pada kuartal I/2024, RAAM mencatatkan Rp17 miliar di kuartal kedua. Sebelumnya, di kuartal I/2023 pendapatan tiket RAAM hanya Rp5 miliar naik hingga Rp12 miliar pada tiga bulan kuartal kedua.
Jika melihat kinerja pendapatan tiket kuartal pertama 2025 RAAM senilai Rp10,16 miliar, sedangkan dengan dorongan film Jumbo ekspektasinya kinerja pendapatan RAAM bisa bertambah hingga Rp20 miliar sehingga menjadi Rp30 miliar itu bisa mengerek kinerja perseroan.
Apalagi, RAAM berpotensi mencatatkan turnaround story setelah pada kuartal I/2025 mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 40 persen menjadi Rp7 miliar. Meski, pendapatan turun 21 persen.
Kenaikan laba bersih RAAM didorong oleh catatan manfaat pajak sehingga menjadi laba bersih. Dari segi laba usaha, kinerja RAAM turun 21 persen.
Jika lonjakan penonton pada musim liburan bisa membuat core bisnis RAAM meningkat dan menghasilkan laba lebih solid, saham RAAM bisa makin menarik. Meski, volatilitas saham RAAM memang cukup tinggi.
Kesimpulan
Dalam kondisi saat ini, persaingan bioskop cukup sengit, CNMA sebagai pemain paling besar menawarkan harga menengah di bawah BLTZ (dalam beberapa tempat harganya cukup tinggi), tapi masih di atas RAAM.
RAAM bisa mendapatkan ruang permintaan yang lebih optimal karena harga lebih terjangkau meski mayoritas bioskop ada di daerah. Namun, CNMA seharusnya juga bisa menerima potensi optimal karena memiliki pangsa pasar terbesar di kota besar.
Mau dapat update pilihan saham bulanan hingga insight saham real time sesuai dengan kebutuhan?
Kamu juga bisa diskusi saham real-time, insight saham yang menarik, hingga pilihan saham bulanan. Mau dapat list lengkapnya sekaligus konsultasi dengan Mikirduit? yuk join Mikirsaham sekarang juga dengan klik di sini dan dapatkan semua benefit ini:
- Pilihan saham dividen, value, growth, dan contrarian
- Kamu bisa tanya lebih detail alasan pemilihan saham tersebut
- Curhat soal kondisi porto-mu
- Update perkembangan market secara real-time
- Konfirmasi isu yang kamu dapatkan dan impact-nya ke saham terkait
Semua itu bisa didapatkan dengan gabung Mikirsaham, Join sekarang dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini