Risiko Terbesar Investasi Saham Dividen

Setiap strategi investasi atau trading pasti memiliki risikonya masing-masing, termasuk investasi saham dividen. Lalu, apa saja risikonya? simak ulasan lengkapnya di sini

Risiko Terbesar Investasi Saham Dividen

Mikirduit – Setiap strategi investasi dan trading pasti punya risiko masing-masing, begitu juga dengan investasi saham dividen. Meski, kamu mendapatkan bagian dari laba bersih, tapi kamu juga tidak bisa menghindari risiko floating loss. Pertanyaannya, apakah floating loss akan tergantikan dengan dividen? kami akan mengulas beberapa saham dividen yang harganya turun dalam 10 tahun terakhir. Kira-kira investornya tetap cuan nggak ya?

Sebelum membahas risiko dan saham dividen yang harganya terus turun, pertanyaannya, kenapa bisa saham yang rutin bagi dividen bisa terus turun? untuk mengetahui itu, kami akan ulas mengapa sebuah saham rutin membagikan dividen. 

Beberapa alasan emiten rutin membagikan dividen:

  • Permintaan dari pengendali seperti pemerintah, pemda di bank daerah, atau pengendali yang memang menjadikan laba bersih emiten itu sebagai driver cash-nya
  • Perusahaan yang skala bisnisnya sudah besar, bisa jadi top 5-10 market share terbesar di industrinya. Sehingga dari sisi arus kas sudah tebal dan ruang ekspansi tidak cukup hanya mengandalkan laba ditahan, sehingga laba cenderung dibuat sebagai value untuk pemegang saham, terutama pengendalinya

Selain dua itu, mungkin ada beberapa alasan lainnya. Namun, dari kedua alasan emiten menjadi rutin dividen itu, ada beberapa penyebab saham dividen harganya malah mencatatkan penurunan dalam 10 tahun terakhir. 

Beberapa penyebab secara umumnya antara lain:

  • Bisnis emiten terkait diganggu oleh kebijakan pengendali seperti pemerintah dalam BUMN yang membuat margin keuntungan menjadi tidak optimal. 
  • Bisnis emiten terkait terganggu kebijakan pemerintah terhadap sektor tertentu, seperti pengenaan cukai rokok
  • Bisnis emiten sudah terlalu matang hingga sulit mencatatkan pertumbuhan bisnis yang positif sehingga hasilnya cenderung stagnan. 
  • Emiten adalah perusahaan holding dengan anak usaha bisnis yang beragam. Jadi, saat satu anak usaha lagi naik, tapi anak usaha lainnya lagi turun, sehingga tren pertumbuhan bisnis justru terlihat menjadi lebih lambat. Padahal, secara keseluruhan mampu tumbuh. 

Dengan risiko adanya potensi penurunan harga yang terjadi dalam jangka panjang, apakah dividen yang didapatkan bisa membuat sang investor tetap mendapatkan keuntungan?

Studi Kasus ASII vs UNVR

Dua saham big caps terbesar yang sering disorot kalau harganya cenderung turun dalam 10 tahun terakhir adalah ASII dan UNVR. Pertanyaannya, jika ada yang hold UNVR dan ASII sejak 10 tahun yang lalu (dalam perhitungan kami 10 tahun dengan asumsi setelah pembagian dividen jadi untuk ASII diambil dari awal 2015, sedangkan UNVR diambil dari awal 2014 karena belum bagi dividen di 2024)

Untuk saham ASII, jika beli di awal 2015 di harga Rp7.265 per saham, berarti sampai 22 Mei 2024 sudah mencatatkan penurunan harga saham sebesar 35 persen menjadi Rp4.710. Namun, selama 10 tahun terakhir, ASII sudah bagikan dividen sebesar Rp2.454 per saham. Artinya, jika diakumulasikan dengan dividen, kerugian di saham ASII hanya menjadi 1,39 persen. 

Apalagi, kami perkirakan saham ASII bisa bangkit ke Rp5.500 sampai Rp6.000 di semester kedua tahun ini. Jika menggunakan asumsi tersebut, berati investasi di saham ASII sudah mencatatkan untung sebesar 16,37 persen. 

Di sisi lain, saham UNVR juga jadi sorotan soalnya sejak stock split 1:5 di akhir 2019, harga sahamnya terus turun bahkan sempat ke bawah Rp2.600 per saham. 

Dengan asumsi pembelian di awal 2014, berarti total kerugian di saham UNVR hingga 22 Mei 2024 sebesar 45 persen. Namun, UNVR telah membagikan dividen senilai Rp1.697 per saham pada periode 2014-2023. Dengan begitu, tingkat kerugian di saham UNVR tersisa 14,89 persen.

Holder UNVR selama 10 tahun terakhir bisa cuan jika harga UNVR cukup naik ke kisaran Rp4.000-an per saham aja. Dari situ, holder UNVR kembali cuan sekitar 2 persen. 

Dari kisah ASII dan UNVR ini, sebenarnya dividen bisa jadi penutup risiko kerugian jika tren pembagian dividen terus bertumbuh dalam jangka panjang. Kondisi itu yang membuat investasi saham di ASII bisa berpotensi cuan meski hold di harga Rp7.000-an per saham pada 10 tahun silam. Soalnya, tingkat rata-rata pertumbuhan dividen ASII selama 2015-2024 itu sekitar 9,16 persen per tahun. Sehingga jika harga saham ASII naik ke Rp5.500 hingga Rp6.000-an per saham, investornya akan meraup cuan dari akumulasi dividen. 

Begitu juga dengan UNVR, meski tren harga terus turun, tapi dengan dividen yang konsisten, penurunan harga saham bisa diredam. Sehingga, harga UNVR cukup naik hingga ke Rp4.000-an per saham agar holder 10 tahun lalu bisa cuan. 

Hal itu terjadi, karena rata-rata penurunan dividen per saham UNVR selama 10 tahun terakhir itu hanya 0,54 persen per tahun, sedangkan rata-rata penurunan harga saham UNVR itu mencapai 6 persen. 

Namun, untuk memutuskan apakah saat ini waktu terbaik masuk ke UNVR atau ASII, kamu juga harus paham bagaimana prospek kedua emiten tersebut ya. Agar tidak perlu pusing mikirin apakah dividen yang diberikan bisa bikin balik modal atau tidak.

Penyebab Banyak yang Rugi di Saham Dividen
Siapa yang mengalami kerugian setelah investasi saham dividen? kami berikan penjelasan penyebab dan solusinya di sini.

Studi Kasus 5 Saham Dividen yang Harganya Terus Turun

Selain ASII dan UNVR, ada lima saham dividen rutin dengan tingkat yield lumayan menarik rata-rata sekitar 7-10 persen per tahun, tapi harga sahamnya turun. 

Kelima saham tersebut adalah ROTI, EPMT, PGAS, HMSP, dan TOTO. Hasilnya, 2 dari 5 saham tersebut tetap cuan, meski harganya turun. 

Seperti ROTI, harga sahamnya turun sebesar 25,42 persen dalam 10 tahun terakhir. Namun, perseroan membagikan dividen sekitar Rp374 per saham. Sehingga holder 10 tahun lalu tidak mengalami penurunan nilai aset dengan kenaikan tipis sebesar 0,78 persen. 

Bahkan, jika menghitung keuntungan akumulasi dividen dengan harga tertinggi di 2024 senilai Rp1.286 per saham, holder ROTI sudah cuan sebesar 16,25 persen selam 10 tahun terakhir. 

Lalu, ada juga EPMT, anak usaha KLBF di bidang distribusi dan logistik. Dalam 10 tahun terakhir, saham ini mencatatkan penurunan sebesar 16,2 persen. Namun, EPMT telah membagikan dividen sekitar Rp976 per saham dalam 10 tahun terakhir. Sehingga, meski harga sahamnya turun, tapi akumulasi modal investor yang hold saham ini sejak sepuluh tahun lalu tetap cuan sebesar 17,44 persen.

Bahkan, jika menggunakan harga tertinggi di 2024 di level Rp2.673 per saham, tingkat keuntungan investasi di saham ini dalam 10 tahun terakhir sekitar 25,82 persen. 

Namun, tidak dipungkiri, ada juga yang malah tetap koreksi, meski sudah ada pembagian dividen. 

Hal itu terjadi di saham PGAS, HMSP, dan TOTO. Ketiga saham ini mencatatkan penurunan harga masing-masing sekitar 40,69 persen, 37 persen, dan 11,73 persen. Angka itu sudah diakumulasikan dengan pendapatan dividen. 

Pertanyaanya,kenapa bisa saham-saham tersebut turun padahal dividennya rutin?

Kesimpulan

Salah satu penyebab utama adalah perubahan prospek bisnis setelah pandemi Covid-19, serta ada juga beberapa emiten yang terdampak kebijakan pemerintah seperti HMSP akibat cukai rokok, serta PGAS yang terkena dampak pengaturan harga gas di industri tertentu sejak 2020.

Kombinasi itu membuat harga saham dividen rutin turun signifikan, termasuk TOTO yang sempat booming di 2015-2017 tembus dari harga stabilnya di Rp300-an per saham sejak 10 tahun silam. Penurunan kinerja TOTO disebabkan banyak hal terkait prospek bisnisnya, dari persaingan dengan merek China, perlambatan bisnis real estate, hingga pemulihan ekonomi pasca Covid-19 yang berlarut-larut setelah suku bunga tinggi. 

Dari sini, artinya, investasi jangka panjang juga punya risiko besar terhadap risiko ekonomi yang tidak bisa diprediksi seperti pandemi Covid-19. Hal itu bisa menjadi pengubah fundamental bisnis dan daya tarik saham tersebut. Untuk itu, dalam investasi jangka panjang, kita pun perlu memantau perkembangan fundamental emiten, korelasi kebijakan pemerintah dengan nasib bisnis emiten, hingga kondisi ekonomi makro sehingga bisa memutuskan apakah dilakukan rebalancing atau tidak pada sebuah saham dividen.

Butuh Mentor untuk Pantau Saham Dividen yang Dimiliki, serta Strategi Investasi Terupdate sesuai dengan Kondisi Market?

Yuk join Mikirdividen sekarang juga, kamu akan mendapatkan semua benefit di bawah ini:

  • Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini