Rekor Shutdown Terlama AS, Berikut 5 Saham yang Bisa Dilirik untuk Bottom Fishing
Pemerintah AS telah melakukan shutdown hingga 40 hari (menjadi rekor terlama sepanjang masa). Lalu, bagaimana efeknya ke pasar saham AS? apakah ada peluang yang bisa dimanfaatkan?
Mikirduit – Shutdown pemerintah AS telah mencatatkan rekor terlama sepanjang sejarah sekitar 40 hari. Meski, akhirnya dalam jangka dekat akan kembali dibuka. Lalu, bagaimana efeknya ke pasar saham AS?
Highlight
- Shutdown pemerintah AS selama 40 hari menjadi yang terlama dalam sejarah dan berpotensi memangkas PDB hingga 15 miliar dolar AS per pekan.
- Secara historis, pasar saham AS justru cenderung rebound setelah periode shutdown, terutama saat ekspektasi penurunan suku bunga meningkat.
- Penurunan sejumlah saham seperti ARE, DASH, FFIV, MOH, dan CMG lebih dipicu oleh kinerja kuartalan yang di bawah ekspektasi, bukan semata dampak shutdown.
- Mulai investasi saham AS dengan mudah bersama XTB Indonesia dengan klik link di sini
Dari kabar terakhir, senat AS sepakat untuk memecahkan kebuntuan terkait shutdown pemerintahan dalam 40 hari terakhir. Dalam negosiasi akhir pekan di Washington, sebagian kecil Demokrat bergabung dengan Republik dan mendukung kesepakatan untuk membuka kembali pemerintahan.
Meski begitu, ada beberapa hal yang harus dihadapi seperti pemungutan suara legislatif sebelum pemerintahan kembali dibuka.
Sejak 2010, ada 5 aksi shutdown yang dilakukan oleh pemerintah AS, termasuk pada 2025. Adapun, shutdown terdekat terjadi pada 22 Desember 2018 hingga 25 Januari 2019 selama 35 hari.
Shutdown pemerintahan AS memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi Paman Sam. Pasalnya, shutdown berarti pemerintah menutup mayoritas layanannya seperti, 1,4 juta pegawai federal cuti tanpa bayaran, hingga tunjangan makanan 41 juta warga Amerika berpenghasilan rendah.
Secara angka, shutdown pemerintah AS membuat Amerika berpotensi kehilangan 15 miliar dolar AS PDB setiap pekan. Jika terjadi 5 pekan, berarti akan kehilangan sekitar 75 miliar dolar AS.
Lalu, bagaimana korelasi shutdown AS dengan pasar saham dengan mengacu ke historis 2018-2019 yang juga menjadi salah satu shutdown terlama?
Efek Shutdown ke Pasar Saham AS
Jika melihat pola pergerakan indeks SP 500 pada shutdown Desember 2018 - Januari 2019 dengan Oktober-November 2025 memang agak berbeda. Sehingga efek shutdown akan dipengaruhi kondisi sentimen pendukung lainnya.
Kondisi arah kebijakan suku bunga kala itu juga agak berbeda dengan saat ini. Kala itu, suku bunga the Fed dalam mode dinaikkan. Hingga 20 Desember 2018 menjadi kenaikan terakhir pada periode tersebut sebesar 25 bps menjadi 2,25 persen hingga 2,5 persen.
Adapun, dengan adanya potensi shutdown memperkuat posisi suku bunga berpotensi turun sehingga menjadi sentimen positif ke pasar saham.
Jika dilihat, 2 bulan sebelum Shutdown pada Desember 2018, indeks SP 500 turun 17 persen. Namun, penurunan itu selaras dengan kebijakan kenaikan suku bunga yang diumumkan oleh The Fed. Setelahnya, pada saat Shutdown dilakukan hingga Januar 2019, indeks SP 500 malah naik 9 persen. Tren kenaikan berlanjut hingga 2 bulan setelah shutdown selesai. Namun, kenaikan pasca shutdown juga ada dorongan dari rencana penurunan suku bunga The Fed yang akhirnya dilakukan pada Agustus 2019.

Saham US yang Sudah Turun Dalam Selama Shutdown
Jika kamu merujuk kepada 10 saham di SP 500 yang mencatatkan penurunan paling dalam selama 1 bulan terakhir antara lain:
1. ARE (Alexandria Real Estate)
Inti Bisnis: ARE adalah perusahaan properti (REIT) yang sangat unik. Mereka bukan pemilik mal atau apartemen biasa. Mereka adalah "tuan tanah" (landlord) untuk laboratorium dan kantor perusahaan bioteknologi dan farmasi (Life Sciences).
Korelasi Shutdown: Ada korelasi kecil tapi tidak langsung. Banyak penyewa ARE (perusahaan biotek kecil) mengandalkan dana hibah riset dari lembaga pemerintah seperti National Institutes of Health (NIH). Jika shutdown berlangsung lama, dana riset NIH bisa tertunda, yang dapat menekan arus kas penyewa mereka.
2. DASH (DoorDash Inc)
Inti Bisnis: Ini adalah "Gojek/Grab-nya makanan" di AS. Mereka adalah platform teknologi (aplikasi) yang menghubungkan restoran dengan pelanggan dan pengemudi freelance (gig economy) untuk layanan pesan antar.
Korelasi Shutdown: Sangat rendah. Dampaknya hanya jika ratusan ribu pekerja federal yang dirumahkan kebetulan merupakan pengguna besar DoorDash. Ini bukan pendorong utama.
3. FFIV (F5 Inc)
Inti Bisnis: F5 adalah perusahaan teknologi (B2B). Dulunya mereka terkenal pembuat hardware (kotak fisik) untuk load balancing (membantu website besar menangani banyak trafik). Sekarang mereka bertransformasi menjadi perusahaan software dan keamanan siber (cybersecurity).
Korelasi Shutdown: Rendah. Penjualan mereka mungkin sedikit tertunda jika klien mereka adalah lembaga pemerintah yang anggarannya dibekukan.
4. MOH (Molina HealthCare Inc.)
Inti Bisnis: Perusahaan asuransi kesehatan. Fokus utama mereka adalah mengelola program asuransi yang didanai pemerintah, yaitu Medicaid (untuk masyarakat berpenghasilan rendah) dan Medicare (untuk lansia).
Korelasi Shutdown: Ada korelasi, tapi rumit. Shutdown umumnya tidak menghentikan pembayaran program wajib seperti Medicaid/Medicare. Namun, shutdown yang terkait dengan perdebatan plafon utang (debt ceiling) dapat menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuan pemerintah membayar tagihan-tagihan ini.
5. CMG (Chipotle Mexican Grill)
Inti Bisnis: Jaringan restoran cepat saji (fast-casual) yang populer, fokus pada burrito dan mangkuk nasi (bowls) dengan bahan-bahan yang dianggap lebih segar/berkualitas.
Korelasi Shutdown: Sangat rendah. Sama seperti DoorDash, dampaknya hanya sebatas hilangnya penjualan makan siang dari pekerja pemerintah di area terdampak.
6. GRMN (Garmin Ltd.)
Inti Bisnis: Perusahaan teknologi yang paling dikenal karena perangkat GPS. Dulu mereka dominan di GPS mobil, kini mereka kuat di pasar jam tangan pintar untuk olahraga/fitness (lari, golf, menyelam) dan teknologi GPS untuk kapal (Marine) dan pesawat (Aviation).
Korelasi Shutdown: Sangat rendah. Bisnis mereka 100% didorong oleh belanja konsumen dan profesional (kapal/pesawat), bukan birokrasi pemerintah.
7. CHTR (Charter Communication Inc.)
Inti Bisnis: Salah satu "Indihome/First Media"-nya AS. Mereka adalah perusahaan penyedia layanan kabel TV dan internet (broadband) terbesar di AS dengan merek "Spectrum".
Korelasi Shutdown: Hampir tidak ada. Orang tidak akan memutus internet mereka karena shutdown.
8. BAX (Baxter International)
Inti Bisnis: Perusahaan alat kesehatan (med-tech) global. Mereka membuat produk-produk penting yang digunakan di rumah sakit, seperti peralatan dialisis (cuci darah), pompa infus, dan produk bedah.
Korelasi Shutdown: Sangat rendah. Kebutuhan akan alat cuci darah tidak berhenti karena shutdown.
9. NCLH (Norwegian Cruise Line)
Inti Bisnis: Salah satu dari tiga perusahaan kapal pesiar terbesar di dunia. Mereka menjual paket liburan di atas kapal pesiar mewah ke berbagai destinasi.
Korelasi Shutdown: Hampir tidak ada. Ini murni sektor consumer discretionary (belanja barang mewah/hiburan). Penurunan di sini lebih mencerminkan kekhawatiran konsumen akan resesi daripada shutdown.
10. PAYC (Paycom)
Inti Bisnis: Perusahaan teknologi SaaS (Software-as-a-Service). Mereka menyediakan platform cloud tunggal yang dipakai perusahaan lain untuk mengurus segala hal terkait HR (SDM)—mulai dari absensi, penggajian (payroll), hingga manajemen talenta.
Korelasi Shutdown: Hampir tidak ada. Klien mereka adalah perusahaan swasta yang tetap harus menggaji karyawan mereka, terlepas dari apa yang terjadi di Washington.
Penyebab Harga Saham Turun
Dari sini, kami menyimpulkan efek Shutdown terhadap penurunan harga dan fundamental bisnisnya cenderung rendah. Namun, memang ada beberapa emiten memiliki korelasi yang sangat kecil terhadap shutdown pemerintah AS.
Beberapa saham itu antara lain, ARE, DASH, FFIV, MOH, dan CMG.Namun penurunan kelima saham tersebut lebih kepada realsiasi kinerja kuartal III/2025 yang tidak sesuai ekspektasi atau guidance kinerja di tahun selanjutnya yang juga di bawah ekspektasi.
Misalnya, ARE mengalami penurunan proyeksi fund from operations (FFO) menjadi 9,01 dolar AS dibandingkan dengan 9,26 dolar AS pada proyeksi sebelumnya.
Lalu, DASH juga mencatatkan penurunan tajam setelah platform pengiriman makanan itu berencana menggelontorkan dana sekitar ratusan juta dolar AS untuk inisiatif produk baru dari pengiriman otonom dan berbagai teknologi terbaru.
Di sisi lain, kinerja kuartal III/2025 DASH juga tidak begitu oke. DASH mencatatkan laba bersih 55 sen per saham atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sekitar 69 sen per saham.
FVIF juga mencatatkan penurunan harga saham yang signifikan setelah guidance manajemen untuk kinerja kuartal selanjutnya lebih rendah dari proyeksi. Manajemen memproyeksikan pendapatan kuartal keempat sekitar 755 juta dolar AS. Posisi itu berada di bawah 4,7 persen dari proyeksi konsensus sebelumnya. Begitu juga dengan laba per saham yang diperkirakan sekitar 3,6 dolar AS per saham di bawah dari proyeksi sebelumnya.
MOH mencatatkan penurunan setelah realisasi kinerja kuartal III/2025 di bawah ekspektasi analis. Perseroan hanya mencatatkan laba bersih per saham sekitar 1,84 dolar AS di bawah proyeksi analis senilai 3,89 dolar AS.
Begitu juga dengan CMG yang mengalami penurunan harga saham karena adanya realisasi kinerja yang tidak sesuai ekspektasi. Sebenarnya, laba bersih kuartal III/2025 CMG sesuai dengan ekspektasi, tapi pendapatan perseroan di bawah target setelah hanya mencapai 2,99 miliar dolar AS.
Mau Mulai Investasi di Pasar Saham AS Sekarang Juga?
Ada beberapa platform dari Indonesia yang bisa membuatmu bertransaksi di saham AS dengan mudah dan cepat. Dua platform saham AS di Indonesia antara lain:
- XTB Indonesia, platform yang sudah mendunia terutama di Eropa, daftar jadi nasabahnya sekarang dengan klik link di sini
- Gotrade Indonesia, platform yang juga memudahkan investasi saham AS di Indonesia. Jadi Nasabahnya sekarang dan dapatkan free tradingview jika gabung per Oktober 2025 dengan klik link di sini
